Sekretaris Komisi IV Bidang Kesra DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Firman Yusi mengharapkan, kasus kekerasan antarsesana anak didik di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Banjarmasin agar jangan terulang.
"Kasus SMAN 7 Banjarmasin jangan sampai terulang, baik di sekolah itu sendiri maupun sekolah lain," ujar Sekretaris Komisi IV yang juga membidangi pendidikan itu saat dimintai tanggapan di ruang kerja fraksinya, Selasa.
Baca juga: Belasan siswa SD dan SMP di Cianjur, Jabar ditahan polisi
Oleh karenanya, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin yang berkampus di Banjarbaru itu meminta semua pihak terkait, tidak terkecuali orang tua peserta didik agar memberikan edukasi supaya kejadian serupa tidak terulang.
"Sebagai contoh mengenai "buly" antarsesana anak didik jangan dianggap hal biasa. Karena ujung-ujungnya dari buly tersebut bisa menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan bersama," ujar Firman Yusi.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong itu mengaku miris atas kejadian di SMAN 7 Banjarmasin yang termasuk sekolah favorit di provinsinya.
Wakil rakyat kelahiran"kota minyak" Tanjung (237 km utara Banjarmasin) ibukota Tabalong itu menyarankan, baik terhadap korban maupun pelaku dan siswa yang mengetahui/nenyaksikan kejadian tersebut perlu pendampingan psikologis.
Menurut mantan pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) "Bumi Saraba Kawa" Tabalong itu, kejadian di SMAN 7 Banjarmasin tersebut merupakan rangkaian sebab - akibat yang juga harus penelusuran secara objektif atau benar.
Oleh sebab itu pula, Komisi IV DPRD Kalsel dalam waktu segera juga mengundang pihak terkait antara lain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana provinsi setempat.
Baca juga: Delapan Remaja Diamankan Polisi Diduga Ingin Tawuran
"Pokoknya kita harapkan penanganan kasus SMAN 7 Banjarmasin agar betul-betul tuntas guna kebaikan masa depan sekolah itu sendiri ataupun sekolah lain, dan peserta didik supaya tidak berekor hal-hal kurang mengenakkan," demikian Firman Yusi seraya mengimbau stop penyebarluasan video kejadian tersebut.
Sebelumnya di SMAN 7 Banjarmasin, usai apel pagi Senin (31/7/23) seorang siswa baru berinisial ABH melakukan penusukan dengan pisau kepada rekannya dari kelas lain sesama anak didik baru sekolah tersebut.
Diduga penusukan itu sebagai balas dendam karena sejak lama dibuly korban dan terakhir memoto ABH lagi shalat pada hari Jumat (28/7/23) dan menjadikannya olok-olokan.
Kasus SMAN 7 Banjarmasin tersebut kini sedang penanganan Polres setempat , dan ABH yang masih di bawah umur dalam pengaman pihak kepolisian.
Sebagai catatan sejak berdiri SMAN 7 Banjarmasin atau dulu bernama Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) 28 tahun 1970-an sampai 2023 tidak pernah ada kejadian yang memalukan nama sekolah itu, kecuali pada 31 Juli 2023.
Baca juga: Polisi Berhasil Cegah Tawuran Pelajar Di Banjarmasin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Kasus SMAN 7 Banjarmasin jangan sampai terulang, baik di sekolah itu sendiri maupun sekolah lain," ujar Sekretaris Komisi IV yang juga membidangi pendidikan itu saat dimintai tanggapan di ruang kerja fraksinya, Selasa.
Baca juga: Belasan siswa SD dan SMP di Cianjur, Jabar ditahan polisi
Oleh karenanya, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin yang berkampus di Banjarbaru itu meminta semua pihak terkait, tidak terkecuali orang tua peserta didik agar memberikan edukasi supaya kejadian serupa tidak terulang.
"Sebagai contoh mengenai "buly" antarsesana anak didik jangan dianggap hal biasa. Karena ujung-ujungnya dari buly tersebut bisa menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan bersama," ujar Firman Yusi.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong itu mengaku miris atas kejadian di SMAN 7 Banjarmasin yang termasuk sekolah favorit di provinsinya.
Wakil rakyat kelahiran"kota minyak" Tanjung (237 km utara Banjarmasin) ibukota Tabalong itu menyarankan, baik terhadap korban maupun pelaku dan siswa yang mengetahui/nenyaksikan kejadian tersebut perlu pendampingan psikologis.
Menurut mantan pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) "Bumi Saraba Kawa" Tabalong itu, kejadian di SMAN 7 Banjarmasin tersebut merupakan rangkaian sebab - akibat yang juga harus penelusuran secara objektif atau benar.
Oleh sebab itu pula, Komisi IV DPRD Kalsel dalam waktu segera juga mengundang pihak terkait antara lain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana provinsi setempat.
Baca juga: Delapan Remaja Diamankan Polisi Diduga Ingin Tawuran
"Pokoknya kita harapkan penanganan kasus SMAN 7 Banjarmasin agar betul-betul tuntas guna kebaikan masa depan sekolah itu sendiri ataupun sekolah lain, dan peserta didik supaya tidak berekor hal-hal kurang mengenakkan," demikian Firman Yusi seraya mengimbau stop penyebarluasan video kejadian tersebut.
Sebelumnya di SMAN 7 Banjarmasin, usai apel pagi Senin (31/7/23) seorang siswa baru berinisial ABH melakukan penusukan dengan pisau kepada rekannya dari kelas lain sesama anak didik baru sekolah tersebut.
Diduga penusukan itu sebagai balas dendam karena sejak lama dibuly korban dan terakhir memoto ABH lagi shalat pada hari Jumat (28/7/23) dan menjadikannya olok-olokan.
Kasus SMAN 7 Banjarmasin tersebut kini sedang penanganan Polres setempat , dan ABH yang masih di bawah umur dalam pengaman pihak kepolisian.
Sebagai catatan sejak berdiri SMAN 7 Banjarmasin atau dulu bernama Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) 28 tahun 1970-an sampai 2023 tidak pernah ada kejadian yang memalukan nama sekolah itu, kecuali pada 31 Juli 2023.
Baca juga: Polisi Berhasil Cegah Tawuran Pelajar Di Banjarmasin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023