Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Harga bawang merah di Kalimantan Selatan kembali melonjak tajam dari sebelumnya Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram di tingkat pedagang eceran kini menjadi Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram.

Beberapa pedagang besar bawang merah di pasar tradisional Banjarmasin, Rabu mengatakan, kenaikan harga bawang tersebut disebabkan karena sejak lima hari terakhir pasokan bawang asal Bima maupun Brebes berkurang.

Salah seorang pedagang besar bawang merah Aulia mengatakan, sekitar lima hari lalu, kapal pengangkut bawang asal Bima dikabarkan tenggelam di perairan laut Jawa.

"Kapal pengangkut bawang dari Bima tujuan Banjarmasin, tenggelam di sekitar perairan Laut Jawa, makanya pasokan bawang merah menjadi langka," katanya.

Menurut dia, kapal yang tenggelam tersebut, mengangkut sekitar 500 ton bawang merah, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

"Kerugiannya cukup besar, khusus kerugian bawangnya saja, mencapai miliaran, belum lagi kapalnya," katanya.

Khusus bawang milik Aulia, kerugiannya tidak kurang dari Rp250 juta, sedangkan kerugian pedagang bawang lainnya, jauh lebih besar.

Diperkirakan, pada Jumat (14/7), kapal pengangkut bawang dari Bima akan kembali datang, sehingga diharapkan harga bawang akan kembali stabil," katanya.

Saat ini, tambah Aulia, petani bawang di daerah Bima maupun Brebes, sedang menikmati musim panen, sehingga bila kapal pengangkut bawang tidak tenggelam, pasokan bawang akan melimpah.

"Sekarang ini, sedang musim panen bawang, seharusnya tidak terjadi kenaikan harga. Namun karena ada kapal yang tenggelam, pasokan menjadi langka, sehingga harga naik," katanya.

Saat ini, hampir 70 persen kebutuhan pokok dan sayur mayur warga Kalimantan Selatan, masih mengandalkan pasokan dari provinsi lain, sehingga sangat rentan terjadi kenaikan harga, terutama saat distribusi terhambat baik oleh alam atau cuaca buruk maupun bencana alam.

Mengantisipai hal tersebut, kini pemerintah daerah bersama Bank Indonesia dan berbagai pihak terkait, berupaya mengembangkan komoditas penyumbang inflasi terbesar, termasuk bawang merah.

Namun upaya tersebut, hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah, karena pengembangan masih dalam tahap uji coba. Diharapkan dalam beberapa tahun ke depan, Kalsel mampu menjadi provinsi mandiri pangan. 

Pewarta: Ulul Maskuriah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016