Ustadz Walad Haderawi mengatakan, makna hari raya bukan serba baru, tetapi manakala tidak melakukan maksiat.

Ustadz Walad mengatakan itu dengan mengutip "Kalam Hikmah" Imam Athaillah Askandari pada tausiyah di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, usai Shalat Subuh Senin.

Kalam Hikmah Imam Athaillah, seorang ahli Sofi itu sebagaimana ceritera Khalifah Umar bin Abdul Aziz bersama anaknya.

Diceriterakan, pada suatu lebaran atau hari raya Khalifah Umar bin Abdul Aziz kedatangan tamu berpakaian serba baru dan anak khalifah tersebut duduk di belakang dengan pakaian lusuh.

"Ketika tamu pulang, Khalifah bertanya kepada anaknya: apakah malu dengan tamu yang berpakaian serba baru. Anak Khalifah pun menjawab : Tidak malu, dan akan malu kalau melakukan maksiat," kutip Ustadz Walad.

Pada kesempatan itu pula, Ustadz Walad menceriterakan "Ahlul Ariffin" (seorang yang tingkat bijaksanaan dan memiliki wawasan yang luas) bahwa kepapaan merupakan hari raya bagi mereka.

"Sedangkan kekayaan atau kemewahan merupakan hal biasa bagi seorang Ariffin. Begitu pula mereka tidak menganggap dunia mahal, tapi justru mencapekan pikiran," lanjutnya mengutip Kalam Hikmah Imam Athaillah.
Ustadz Walad Haderawi saat tausiyah di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, usai Shalat Subuh Senin (26/6/23) (ANTARA/Syamsuddin Hasan)

Sebelum mengakhiri tausyiahnya, ustadz Walad juga sekilas mengungkap makna Hari Arafah atau puasa, berdoa dan melakukan kebaikan pada sembilan Zulhijjah tersebut.

Sebagaimana Hadits Rasulullah Muhammad Saw riwayat Muslim bahwa siapa berpuasa pada hari Arafah, Allah mengampuni dosa satu tahun lalu dan satu tahun ke depan.

Ustadz Walad sengaja'mengangkat persoalan hari raya karena dekat Idul Adha 1444 Hijriah dengan harapan agar kaum Muslim jangan salah memaknainya.
 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023