Sejak satu bulan terakhir pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, menurun drastis hingga 75 persen.
"Menurunnya pendapatan petani disebabkan berkurangnya produksi sawit atau tandan buah segar (TBS) yang terjadi sejak satu bulan yang lalu akibat musim trek, atau musim ketika perkebunan dan lahan tidak menghasilkan hasil panen seperti biasanya," kata salah satu petani kelapa sawit di Tanah Bumbu, Abu Halimah, di Batulicin Senin.
Dalam kondisi normal, kelapa sawit umur tujuh tahun mampu menghasilkan TBS kurang lebih mencapai 1,5 ton/hektare, karena musim trek turun 1,1 ton/hektare menjadi 400 kg/hektare.
Sedangkan kelapa sawit umur 12 tahun, dalam kondisi normal menghasilkan 2 ton/hektar, sekarang menurun menjadi 7-8 kuintal/hektare.
"Artinya menurunnya produksi TBS juga berpengaruh terhadap pendapatan para petani," katanya.
Menurut dia, kondisi seperti ini juga diperparah terhadap menurunnya harga TBS di tengkulak dan pabrik kelapa sawit sejak Sabtu (28/1/2023).
"lima hari yang lalu harga TBS di wilayah Kelumpang Hilir Kabupaten Kotabaru mencapai Rp2.225/kg, namun hari ini turun Rp25 menjadi Rp2200/kg. Sama halnya dengan harga TBS di pabrik kelapa sawit awalnya Rp2.350/kg turun Rp50 menjadi Rp2.300/kg," jelas Abu Halimah.
Kondisi tersebut juga dialami oleh Dian Arianton petani kelapa sawit asal Kecamatan Simpang.
"Biasanya, dalam kondisi normal kami menghasilkan Rp1,2 ton/hektare, saat ini turun menjadi 4 kuintal/hektar," katanya.
Namun, kondisi seperti ini dapat dimanfaatkan bagi para petani kelapa sawit untuk melakukan perawatan, seperti memupuk, menyemprot rumput dan pruning untuk membantu meminimalisir brondolan tertinggal di ketiak pelepah atau bahkan di piringan pohon.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Menurunnya pendapatan petani disebabkan berkurangnya produksi sawit atau tandan buah segar (TBS) yang terjadi sejak satu bulan yang lalu akibat musim trek, atau musim ketika perkebunan dan lahan tidak menghasilkan hasil panen seperti biasanya," kata salah satu petani kelapa sawit di Tanah Bumbu, Abu Halimah, di Batulicin Senin.
Dalam kondisi normal, kelapa sawit umur tujuh tahun mampu menghasilkan TBS kurang lebih mencapai 1,5 ton/hektare, karena musim trek turun 1,1 ton/hektare menjadi 400 kg/hektare.
Sedangkan kelapa sawit umur 12 tahun, dalam kondisi normal menghasilkan 2 ton/hektar, sekarang menurun menjadi 7-8 kuintal/hektare.
"Artinya menurunnya produksi TBS juga berpengaruh terhadap pendapatan para petani," katanya.
Menurut dia, kondisi seperti ini juga diperparah terhadap menurunnya harga TBS di tengkulak dan pabrik kelapa sawit sejak Sabtu (28/1/2023).
"lima hari yang lalu harga TBS di wilayah Kelumpang Hilir Kabupaten Kotabaru mencapai Rp2.225/kg, namun hari ini turun Rp25 menjadi Rp2200/kg. Sama halnya dengan harga TBS di pabrik kelapa sawit awalnya Rp2.350/kg turun Rp50 menjadi Rp2.300/kg," jelas Abu Halimah.
Kondisi tersebut juga dialami oleh Dian Arianton petani kelapa sawit asal Kecamatan Simpang.
"Biasanya, dalam kondisi normal kami menghasilkan Rp1,2 ton/hektare, saat ini turun menjadi 4 kuintal/hektar," katanya.
Namun, kondisi seperti ini dapat dimanfaatkan bagi para petani kelapa sawit untuk melakukan perawatan, seperti memupuk, menyemprot rumput dan pruning untuk membantu meminimalisir brondolan tertinggal di ketiak pelepah atau bahkan di piringan pohon.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023