Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis di Lembah Bukit Manjai, Mandiangin Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) ditanami pohon ulin yang semakin langka populasinya di alam saat ini akibat eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran di masa lalu.

"Penanaman kembali bibit pohon ulin dengan rata-rata ukuran 100 hingga 150 centimeter kami harapkan turut melestarikan pohon ulin di Taman Biodiversitas," kata Ferry F. Hoesain, pengelola Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis di Martapura, Selasa.

Bibit pohon langka itu didapatkan dari Botanical Private Garden milik Chendrawan Sugianto, seorang pelaku konservasi pohon langka di Banjarmasin dan juga pemilik PT. Bandangantirta Agung Perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan air murni. 

Ferry pun mengaku lebih mengutamakan capaian kualitas pertumbuhan pohon, daripada kuantitas pohon yang ditanam tapi tidak tumbuh dengan baik, bahkan mati karena tidak terawat dengan benar. 
Dr Amalia Rezeki saat penanaman bibit pohon ulin di Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Lembah Bukit Manjai. (ANTARA/Firman)


Sementara Dr Amalia Rezeki, conservation biologist dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang juga pendiri Taman Biodiversitas  Hutan Hujan Tropis Lembah Bukit Manjai  mengatakan dengan ditanamnya pohon ulin menambah koleksi tumbuhan langka yang menjadi sarana edukasi serta penelitian tentang keragaman hayati hutan hujan tropis di Kalsel.

Dijelaskan dia, pohon ulin memiliki keragaman morfologi yang sangat tinggi berdasarkan sifat-sifat vegetatif maupun sifat generatifnya. 

Pohon asli Indonesia yang digolongkan ke dalam suku Lauraceae ini dapat tumbuh tinggi mencapai 35 meter dengan diameter batang 60-120 centimeter.

Menurut Amalia, pohon ulin memiliki banyak manfaat bagi ekosistem hutan antara lain penyedia oksigen dan penyerap karbon layaknya pohon tropis lainnya, struktur akar ulin yang kuat serta memastikan siklus hidrologis air di pegunungan terjaga.

Amalia mengutip studi di jurnal Systematic Reviews in Pharmacy tahun 2021, kulit batang, daung dan biji kayu ulin dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit. 

Secara etnofarmakologi, tumbuhan ulin dapat digunakan sebagai obat diabetes, agen anti-inflamasi, agen antimikroba, dan agen pemutih. 

Selain itu di jurnal Biologi Tropis, disebutkan bahwa daun ulin yang diekstraksi dengan menggunakan metanol, kemudian diuji dengan metode difusi terhadap beberapa jenis bakteri pathogen seperti enterococcus faecalis, staphylococcus aureus, salmonella typhi memperlihatkan hasil bahwa semua level konsentrasi berpengaruh signifikan terhadap hambatan pertumbuhan bakteri patogen. 

Hal ini karena adanya kandungan senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, triterpenoid, tanin, dan saponin di dalam ekstrak kayu ulin.

Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023