Bisnis pertashop badan usaha milik desa (BUMDes) di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, sekarang tetap bertahan meski daya beli berkurang akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax.

"Jelas berdampak kemungkinan permintaan berkurang," ujar Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Tapin, Iwan Satriansyah kepada ANTARA di Banjarmasin, Rabu.

Desa yang berbisnis pertashop ini di Kalsel cuma ada di Tapin. Di kabupaten itu terdapat enam titik pertashop.

Dampaknya kenaikan harga pertamax dari Rp12.750 (per April) ke Rp14.850 (September) kini dirasakan pertashop Bumdes Mitra Usaha Kecamatan Salam Babaris, daya beli masyarakat berkurang.

"Ya ada penurunan. Cuma karena di gunung gak ada pilihan, pilihannya cuma eceran aja. Allhamdulillah penjualan sampai 850 liter per hari," ujar Manager Keuangan Pertashop BUMDes Mitra Usaha, Kecamatan Salam Babaris, Zainal Arifin.

Dihitung, pada H+1 kenaikan harga pertamax penjualan per hari 1.100 liter, hari berikutnya 850 liter dan hari ketiga 820 liter.

Sebelumnya, saat pertamax di harga Rp9.200 penjualan per hari bisa mencapai 2.000 liter. Namun, daya beli berkurang sejak harga naik ke Rp12.750 dengan penjualan rata-rata hanya 600-700 liter per hari.

Namun demikian, dengan harga per April itu masih menguntungkan bagi BUMDes dan masih mampu menyumbang PADes sebesar Rp5 juta per bulan.

Dengan tingkatan kenaikan sekarang, dampaknya dipastikan akan membebankan konsumen dan akhirnya mempengaruhi daya beli masyarakat.

Baca juga: BUMdes di Tapin satu yang terbaik di Kalsel
Baca juga: BUMDes di Kalsel diharapkan maju dan berkembang
 

Pewarta: Muhammad Fauzi Fadilah

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022