Populasi bekantan di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang merupakan satwa endemik pulau Kalimantan meningkat populasinya 10 persen dari tahun 2019 sekitar 3.000 ekor menjadi sekitar 4.000 ekor pada tahun ini berdasarkan laporan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

"Ini tentunya menjadi kabar gembira di tengah upaya kita semua yang peduli dengan konservasi bekantan," kata Kepala BKSDA Kalsel Mahrus Aryadi di Banjarbaru, Jumat.

Diketahui saat ini bekantan oleh lembaga konservasi Internasional IUCN masuk dalam daftar merah sejak tahun 2000 dengan status konservasi endangered (terancam kepunahan). Selain itu, bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).

Mahrus menyebut bekantan masuk 25 satwa  prioritas Indonesia wajib dilindungi, sehingga menjaga populasinya menjadi tugas bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Adapun salah satu fokus BKSDA memastikan habitat dan pakannya tetap tersedia agar bekantan bisa selalu hidup di tempat yang memang seharusnya berada.

"Upayanya dengan memperbanyak pakannya yaitu mangrove rambai, kemudian memperluas lokasi koridor perjalanannya yaitu tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai," jelas Mahrus.

BKSDA juga terus mengembangkan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut di Kabupaten Barito Kuala yang merupakan hunian bagi bekantan, si maskot fauna Kalimantan Selatan termasuk jenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan.

"Dengan dibantu para pihak yang pedui pelestarian bekantan, TWA Pulau Bakut terus berbenah agar wisatawan semakin nyaman berkunjung untuk melihat bekantan," ucapnya.  

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022