Pengamat Energi Universitas Indonesia Iwa Garniwa mengatakan bila pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dikombinasikan dengan baterai akan menjadikan masyarakat mandiri energi dan tidak tergantung pada listrik dari PLN.
"Andaikata PLTS ini dikoneksikan atau menjadi satu sistem dengan baterai, maka rasanya bagi pemerintah, masyarakat enggak usah langganan lagi dengan PLN," ujarnya dalam siaran CNBC Energy Corner yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Iwa menuturkan harga baterai untuk energi surya saat ini masih tinggi yang membuat biaya listrik menjadi mahal. Ia memperkirakan harga baterai akan semakin turun lantaran biaya instalasi PLTS kini sudah murah dan bisa bersaing dengan energi kotor dari bahan bakar fosil.
"Ketika baterai masuk jadi mahal sekali biaya listriknya. Baterai ini akan semakin turun, harga PLTS sudah murah sangat bersaing dengan fosil," kata Iwa.
Dalam berbagai penelitian, investasi yang harus dikeluarkan untuk memasang PLTS sistem off-grid yang dapat menyimpan listrik memerlukan biaya dua hingga tiga kali lipat dibandingkan PLTS on-grid karena banyak komponen tambahan dan instalasi yang lebih kompleks, termasuk perawatan teratur.
Baca juga: Penggunaan panel surya kurangi tagihan listrik
Komponen utama PLTS off-grid berupa panel surya, baterai, charger controller, dan inverter. Sedangkan, komponen utama dalam PLTS on-grid hanya panel surya dan inverter karena ada proses ekspor-impor listrik dengan PLN.
Pemerintah telah menetapkan PLTS atap sebagai program strategis nasional untuk mempercepat pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Kementerian ESDM menargetkan kapasitas terpasang PLTS atap bisa mencapai 3,6 gigawatt dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Optimalisasi pengembangan PLTS atap akan bertumpu pada sektor rumah tangga dan industri untuk memaksimalkan pencapaian target tersebut.
Iwa memandang rencana meningkatkan kapasitas terpasang PLTS atap hingga 3,6 gigawatt akan sulit tercapai mengingat kondisi PLN saat ini masih kelebihan pasokan listrik dan sisi lain komponen impor yang masih tinggi pada produk PLTS hanya akan menguntungkan negara-negara produsen.
Lebih lanjut ia meminta pemerintah untuk tidak terlalu ambisius dalam mengejar target bauran energi terbarukan di dalam negeri, terkhusus listrik yang bersumber dari radiasi matahari.
Baca juga: BPPT rekomendasikan energi surya untuk listrik
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Andaikata PLTS ini dikoneksikan atau menjadi satu sistem dengan baterai, maka rasanya bagi pemerintah, masyarakat enggak usah langganan lagi dengan PLN," ujarnya dalam siaran CNBC Energy Corner yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Iwa menuturkan harga baterai untuk energi surya saat ini masih tinggi yang membuat biaya listrik menjadi mahal. Ia memperkirakan harga baterai akan semakin turun lantaran biaya instalasi PLTS kini sudah murah dan bisa bersaing dengan energi kotor dari bahan bakar fosil.
"Ketika baterai masuk jadi mahal sekali biaya listriknya. Baterai ini akan semakin turun, harga PLTS sudah murah sangat bersaing dengan fosil," kata Iwa.
Dalam berbagai penelitian, investasi yang harus dikeluarkan untuk memasang PLTS sistem off-grid yang dapat menyimpan listrik memerlukan biaya dua hingga tiga kali lipat dibandingkan PLTS on-grid karena banyak komponen tambahan dan instalasi yang lebih kompleks, termasuk perawatan teratur.
Baca juga: Penggunaan panel surya kurangi tagihan listrik
Komponen utama PLTS off-grid berupa panel surya, baterai, charger controller, dan inverter. Sedangkan, komponen utama dalam PLTS on-grid hanya panel surya dan inverter karena ada proses ekspor-impor listrik dengan PLN.
Pemerintah telah menetapkan PLTS atap sebagai program strategis nasional untuk mempercepat pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Kementerian ESDM menargetkan kapasitas terpasang PLTS atap bisa mencapai 3,6 gigawatt dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Optimalisasi pengembangan PLTS atap akan bertumpu pada sektor rumah tangga dan industri untuk memaksimalkan pencapaian target tersebut.
Iwa memandang rencana meningkatkan kapasitas terpasang PLTS atap hingga 3,6 gigawatt akan sulit tercapai mengingat kondisi PLN saat ini masih kelebihan pasokan listrik dan sisi lain komponen impor yang masih tinggi pada produk PLTS hanya akan menguntungkan negara-negara produsen.
Lebih lanjut ia meminta pemerintah untuk tidak terlalu ambisius dalam mengejar target bauran energi terbarukan di dalam negeri, terkhusus listrik yang bersumber dari radiasi matahari.
Baca juga: BPPT rekomendasikan energi surya untuk listrik
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022