Perusahaan Batubara PT Borneo Indobara (BIB) yang beroprasi di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, membina masyarakat Desa Sumber Baru Kecamatan Angsana mengembangkan tanaman padi organik.
"Pembinaan ini sudah berjalan sekitar empat tahun melalui program corporate social responsibility (CSR)," kata Senior Manager CSR dan Eksternal PT BIB, Dindin Makinudin di Batulicin Senin.
Dia mengatakan, dalam pengembangan tanam padi organik yang dilakukan sejak 2018, kini mencapai sekitar 22 hektare yang dikelola oleh tiga kelompok tani.
Tiga kelompak tani tersebut yakni Guyup Rukun, Tani Makmur dan kelompok tani Sri Rejeki.
"Target dari pragram CSR kami adalah ingin menjadikan masyarakat yang tingal di ring satu perusahaan dan masyarakat luas lainnya menjadi masyarakat yang mandiri dan produktif secara berkelanjutan," ujarnya. Sementara itu, ketua kelompok tani Sri Rejeki Desa Sumber Baru Kecamatan Angsana Ridwan menjelaskan, keunggulan dari padi organik tersebut benih padi lebih tahan hama dibandingkan dengan benih padi yang lainnya. Dan usia benih padi dengan jarak tanam lebih pendek usianya sekitar umur tujuh hari sudah siap tanam.
selain itu, kulaitas beras juga semakin tinggi bahkan nilai jual hasil panen relatih mahal dibandingkan dengan hasil panen padi yang lainnya.
"Rata-rata nilai jual padi organik per kilonya mancapai Rp20.000. Lebih mahal Rp10.000 dibandingkan beras biasa," kata Ridwan.
Bahkan lanjut Ridwan, hasil panen pada bibit padi organik tersebut berasnya tidak mengandung bahan kimia, karena proses penanaman hingga panen tidak mengunakan bahan kimia sedikitpun.
Sebenarnya dalam implementasi dalam pengembangan padi organik tersebut perawatannya hampir sama dengan padi pada umumnya. Namun perlu kesabaran dan konsisten disaat merawat padi organik.
Mulai dari bibit, pupuk pembasmi hama wereng, ulat, tikus, gulma dan yang lainnya, semuanya menggunakan bahan-bahan organik yang berasal dari rempah-rempah yang ada disekitar.
Dicontohkan Ridwan, seperti racun pembasmi hama juga mengunakan bahan organik seperti daun serai, jahe bawang putih ditumbuk menjadi satu kemudian difermentasi selama dua hari.
"Alhamdulillah melalui pembinaan yang di lakukan oleh PT BIB para petani di Kecamatan Angsana semakin berwawasan mengenai teknis penanaman hingga masa panen padi organik," ujarnya." ujarnya.
Menurut dia, dari perhitungan bisnis hasil panen padi dengan sistem organik lebih menjanjikan, bahkan dalam satu hektar hasil penen mampu mencapai empat sampai lima ton/hektare.
"Dengan adanya pembinaan ini para petani di Tanah Bumbu mulai banyak yang beralih mengunakan sistem tanam padi organik karena selain ekonomis juga sangat mudah perawatanya. Dsan juga padi organik yang kami kelola sudah mendapatkan sertifikat organik dari PT ICERT Bogor berkat binaan PT BIB," pungkas Ridwan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Pembinaan ini sudah berjalan sekitar empat tahun melalui program corporate social responsibility (CSR)," kata Senior Manager CSR dan Eksternal PT BIB, Dindin Makinudin di Batulicin Senin.
Dia mengatakan, dalam pengembangan tanam padi organik yang dilakukan sejak 2018, kini mencapai sekitar 22 hektare yang dikelola oleh tiga kelompok tani.
Tiga kelompak tani tersebut yakni Guyup Rukun, Tani Makmur dan kelompok tani Sri Rejeki.
"Target dari pragram CSR kami adalah ingin menjadikan masyarakat yang tingal di ring satu perusahaan dan masyarakat luas lainnya menjadi masyarakat yang mandiri dan produktif secara berkelanjutan," ujarnya. Sementara itu, ketua kelompok tani Sri Rejeki Desa Sumber Baru Kecamatan Angsana Ridwan menjelaskan, keunggulan dari padi organik tersebut benih padi lebih tahan hama dibandingkan dengan benih padi yang lainnya. Dan usia benih padi dengan jarak tanam lebih pendek usianya sekitar umur tujuh hari sudah siap tanam.
selain itu, kulaitas beras juga semakin tinggi bahkan nilai jual hasil panen relatih mahal dibandingkan dengan hasil panen padi yang lainnya.
"Rata-rata nilai jual padi organik per kilonya mancapai Rp20.000. Lebih mahal Rp10.000 dibandingkan beras biasa," kata Ridwan.
Bahkan lanjut Ridwan, hasil panen pada bibit padi organik tersebut berasnya tidak mengandung bahan kimia, karena proses penanaman hingga panen tidak mengunakan bahan kimia sedikitpun.
Sebenarnya dalam implementasi dalam pengembangan padi organik tersebut perawatannya hampir sama dengan padi pada umumnya. Namun perlu kesabaran dan konsisten disaat merawat padi organik.
Mulai dari bibit, pupuk pembasmi hama wereng, ulat, tikus, gulma dan yang lainnya, semuanya menggunakan bahan-bahan organik yang berasal dari rempah-rempah yang ada disekitar.
Dicontohkan Ridwan, seperti racun pembasmi hama juga mengunakan bahan organik seperti daun serai, jahe bawang putih ditumbuk menjadi satu kemudian difermentasi selama dua hari.
"Alhamdulillah melalui pembinaan yang di lakukan oleh PT BIB para petani di Kecamatan Angsana semakin berwawasan mengenai teknis penanaman hingga masa panen padi organik," ujarnya." ujarnya.
Menurut dia, dari perhitungan bisnis hasil panen padi dengan sistem organik lebih menjanjikan, bahkan dalam satu hektar hasil penen mampu mencapai empat sampai lima ton/hektare.
"Dengan adanya pembinaan ini para petani di Tanah Bumbu mulai banyak yang beralih mengunakan sistem tanam padi organik karena selain ekonomis juga sangat mudah perawatanya. Dsan juga padi organik yang kami kelola sudah mendapatkan sertifikat organik dari PT ICERT Bogor berkat binaan PT BIB," pungkas Ridwan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022