18 tahun sejak trilogi terakhir "The Matrix" (2003) dirilis, kehadiran Keanu Reeves dan Carrie Anne-Moss dalam "The Matrix Resurrections" membawa penggemar dalam acara "reuni" untuk mengenang masa lalu dan sedikit bercerita tentang masa kini.

"The Matrix Resurrections" yang disutradarai dan ditulis oleh Lana Wachowski ini berdurasi 148 menit. Berlatar belakang 20 tahun setelah "The Matrix Revolutions", Neo atau Thomas Anderson bekerja sebagai pembuat game terkenal dan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja di perusahaan pimpinan Smith (Jonathan Groff).

Dia membuat game trilogi The Matrix berdasarkan apa yang ada di otaknya. Permainan ciptaannya ini sangat terkenal dan dimainkan oleh banyak orang.

Hampir setiap hari Neo pergi ke sebuah kafe dekat kantornya di mana dia selalu melihat sosok Trinity atau Tiffany (Carrie-Anne Moss). Neo merasa pernah mengenalnya, begitu pun dengan Tiffany.

Dalam kehidupan masa kini, Tiffany telah menikah dan memiliki anak. Hal inilah yang membuat Neo menjadi bingung dan merasa seperti mengalami deja vu.

Merasa mengalami halusinasi, Neo melakukan terapi dengan psikiater (Neil Patrick Harris) yang selalu memintanya untuk menghadapi kenyataan. Dia kemudian memberikan resep obat berupa pil biru.


 
Film "The Matrix Resurrections" (ANTARA/Warner Bros)



Yang perlu diingat, dalam dunia Matrix ada dua pil yang bisa dimakan manusia, yakni pil biru untuk membuat mereka berada di dunia saat ini atau simulasi dan pil merah untuk membawa ke dunia nyata atau Zion.

Neo merasa bingung dengan apa yang tengah dialaminya. Tiba-tiba, Neo bertemu dengan Bugs (Jessica Henwick), seorang tentara Zion muda yang sangat senang ketika mengetahui idolanya belum mati.

Dalam "The Matrix Revolutions" (2003), Trinity disebut telah mati dan Neo mengorbankan diri demi kemenangan Zion. Akan tetapi, dalam "The Matrix Resurrections" ini, Neo hidup kembali karena nyawanya telah diselamatkan.

Sayangnya, dia sudah tidak mengingat apa yang terjadi di dunia Matrix karena dicekoki pil biru. Namun, kepingan-kepingan kejadian di masa lampau terus bermunculan dan dipercaya olehnya sebagai hal yang nyata.

Pikiran Neo semakin kacau saat Morpheus muda (Yahya Abdul-Mateen II) muncul dan mengajaknya untuk kembali ke Zion. Neo pun memutuskan untuk pergi lantaran penasaran dengan apa yang terjadi dan dia juga percaya bahwa selama ini Trinity masih hidup.

Selama film berlangsung, ingatan penonton akan disegarkan kembali lewat momen-momen penting pada trilogi "The Matrix" dan potongan adengan lawas ini pun cukup banyak ditampilkan sepanjang pertunjukan.

Lana Wachowski masih menggunakan konsep lama dalam sisi pertarungan. Adegan slow motion saat peluru melesat yang sangat membekas ingatan masih ditampilkan pada "The Matrix Resurrections".
 


Wajah lama dan baru

Seri "The Matrix" kali ini menghadirkan beberapa wajah lama seperti Reeves yang ikonik, Carrie-Anne dan Jada Pinkett-Smith sebagai Niobe. Akan tetapi, jangan mengharapkan tampilan Carrie-Anne dan Jada Pinkett seperti 18 tahun lalu.

Jarak yang hampir dua dekade, sangat mempengaruhi wajah mereka. Usia rupanya tidak bisa berbohong, Trinity terlihat telah menua dengan beberapa kerutan di wajah, begitu juga dengan Niobe.

Sementara Neo, tak menimbulkan kesan tua sedikitpun. Neo masih terlihat sangat segar, muda dan gagah, seperti diawetkan untuk kemungkinan kembali 18 tahun kemudian.

Menghidupkan kembali Neo dan Trinity, artinya harus menghadirkan karakter kunci lainnya agar masih memiliki benang merah dengan trilogi "The Matrix" sebelumnya.

Agen Smith (Jonathan Groff) dan Morpheus (Yahya Abdul-Mateen II) pun kembali dihadirkan meski telah diganti dengan aktor baru yang lebih muda. Meski dalam filmnya, cuplikan lama dari Laurence Fishburne dan Hugo Weaving masih tetap ditampilkan.

Jika dalam trilogi sebelumnya Agen Smith adalah tokoh antagonis utama, kali ini dia harus rela berbagi karakter jahat bersama tokoh baru yakni Sang Analis (Neil Patrick Harris) yang merupakan psikiater Neo. Hidup Neo selama ini pun berada dibawah kendalinya.

Meski demikian, ada hal yang menyegarkan dari Agen Smith. Versi lawas, Smith adalah sosok yang mengintimidasi dengan setelah jas hitam lengkap beserta kacamatanya. Sedangkan Smith versi masa kini dibuat lebih santai dan tidak kaku, bahkan ada sedikit guyonan.

Aksi para tentara Zion muda pun cukup memberi penyegaran meski berulang-ulang Neo selalu disebut sebagai sosok legenda. Selain itu, cara mereka bekerja pun disesuaikan dengan perkembangan zaman.
 


Nostalgia masa lalu

Pada dasarnya, "The Matrix Resurrections" bukanlah cerita yang benar-benar baru, tidak dapat disangkal jika ini lebih pada tambalan daripada peningkatan dari waralaba sebelumnya.

Film ini sepertinya juga tidak terlalu ambisius dalam lingkup cerita. Tidak ada adegan pertarungan yang benar-benar epik. Pertempuran terakhir Neo melawan Agen Smith dan Sang Analis pun bukan sebuah duel yang menegangkan, pertarungannya terasa terlalu koreografi.

"The Matrix Resurrections" menawarkan sesuatu yang lebih emosional dalam diri Neo dan Trinity. Membangkitkan kenangan masa lalu memang lebih menggoda dibandingkan dengan menghadapi masa kini dan yang akan datang.

Salah satu hal menarik yang dapat ditemukan dalam seri keempat ini adalah bagaimana dialog pemain mengolok-olok pihak studio Warner Bros. tentang pembuatan sekuel dari trilogi "The Matrix". Namun hal ini justru mengundang tawa penonton, terlebih bagi yang mengikuti dari seri pertama "The Matrix" (1999).

"The Matrix Resurrections" tayang mulai 22 Desember 2021 di seluruh bioskop Indonesia. Sebelum menyaksikan seri terbaru ini, akan lebih baik untuk kembali mengulang triloginya agar tidak bingung dengan jalan cerita yang disuguhkan.
 

Pewarta: Maria Cicilia

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021