Inkubator Bisnis Teknologi Universitas Lambung Mangkurat (IBT ULM) melakukan pendampingan atau mementori usaha pada 150 keluarga penerima manfaat (KPM) Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) Kementerian Sosial RI di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
"Sebagai langkah awal ProKUS maka perlu dilakukan inkubasi mentoring bisnis terhadap para KPM dan IBT ULM diberi amanah oleh Kemensos melakukan pendampingan usaha," terang Ketua IBT ULM Dr Totok Wianto, S.Si, M.Si di Tanjung, Rabu (15/12).
Sebanyak 15 mentor yang lolos seleksi dan telah mengikuti pelatihan diterjunkan melaksanakan pendampingan usaha para KPM yang tersebar di 12 kecamatan di Tabalong.
Dijelaskan Totok, KPM diarahkan pada pendampingan produk mulai pengolahan, pengemasan, diversifikasi produk dan peningkatan kapasitas produksi serta kualitas produk yang dihasilkan.
Kemudian pendampingan juga pada sisi manajemen seperti pembukuan, perencanaan keuangan keluarga dan pemasaran.
Diharapkan setelah adanya pendampingan, kategori KPM dapat meningkat ke tingkat yang lebih baik
dari pemula menjadi berkembang dan akhirnya suatu saat nanti bisa meningkat ke kategori maju.
Totok mengungkapkan rintisan usaha dari KPM di Tabalong sangat bervariatif, mulai pengolahan produk pangan, pengolahan hasil pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan produk pangan, peternakan, mebel, kerajinan hingga bengkel.
Beberapa KPM yang potensial menghasilkan produk unggulan selanjutnya dibimbing secara intensif agar nantinya dapat berkembang lebih maju. Bahkan akan diikutsertakan dalam pameran produk KPM di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
"Aspek legalitas usaha, sertifikasi dan standarisasi produk, perluasan pasar dan promosi akan dilaksanakan secara intensif pada ProKUS di tahun berikutnya," timpal Totok.
Dia menyampaikan terima kasih kepada Dinas Sosial Tabalong yang telah berkenan menjadi fasilitator pada program tersebut. Begitu juga para mentor baik dari tenant IBT sendiri maupun mahasiswa yang gigih dalam melakukan pendampingan.
Diharapkan kerja sama dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan pada ProKUS di tahun berikutnya agar tujuan untuk menciptakan masyarakat kurang mampu dapat menjadi masyarakat mandiri secara ekonomi dapat terwujud.
Sejumlah KPM menyambut antusias pendampingan usaha yang diberikan IBT ULM. Bahkan banyak di antaranya ingin diberikan pelatihan yang intensif agar rintisan usahanya bisa sukses dan berhasil.
Salah satunya Rusmina (55), penjual jamu di Kecamatan Pugaan yang ingin diajarkan cara membuat ramuan jamu serbukan. Di samping jamu berbentuk cair yang selama ini dijualnya.
Senada disampaikan Ani Apriyanti (39) penjual sayur mayur di Desa Kambitin Kecamatan Tanjung yang ingin diajari cara membuat sambel botolan karena sering cabe dan tomat dagangannya membusuk tidak laku.
ProKUS merupakan program pemberdayaan sosial bagi keluarga miskin dan rentan yang mengombinasikan kegiatan bisnis dan sosial serta pendekatan bisnis untuk mencegah dan mengatasi resiko sosial dan masalah sosial yang ada di masyarakat.
Kewirausahaan sosial mengandung dua konsep, kewirausahaan murni dan kewirausahaan sosial. Konsep kewirausahaan murni berkaitan dengan pengelolaan keuangan usaha, strategi pemasarannya, membangun kemitraan, mengembangkan usaha ProKUS, menginformasikan akses media ProKUS dan lainnya.
Sementara konsep kewirausahaan sosial berkaitan dengan upaya untuk membangun kesadaran berusaha, inovasi, spirit dan keinginan yang kuat untuk mengembangkan usaha.
Program inovasi Kemensos tersebut dalam upaya pemberdayaan sosial melalui kewirausahaan sosial yang bersifat integratif dan adaptif. Diharapkan program ini dapat memutus ketergantungan KPM terhadap bantuan sosial dan mengarahkannya menjadi produktif.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Sebagai langkah awal ProKUS maka perlu dilakukan inkubasi mentoring bisnis terhadap para KPM dan IBT ULM diberi amanah oleh Kemensos melakukan pendampingan usaha," terang Ketua IBT ULM Dr Totok Wianto, S.Si, M.Si di Tanjung, Rabu (15/12).
Sebanyak 15 mentor yang lolos seleksi dan telah mengikuti pelatihan diterjunkan melaksanakan pendampingan usaha para KPM yang tersebar di 12 kecamatan di Tabalong.
Dijelaskan Totok, KPM diarahkan pada pendampingan produk mulai pengolahan, pengemasan, diversifikasi produk dan peningkatan kapasitas produksi serta kualitas produk yang dihasilkan.
Kemudian pendampingan juga pada sisi manajemen seperti pembukuan, perencanaan keuangan keluarga dan pemasaran.
Diharapkan setelah adanya pendampingan, kategori KPM dapat meningkat ke tingkat yang lebih baik
dari pemula menjadi berkembang dan akhirnya suatu saat nanti bisa meningkat ke kategori maju.
Totok mengungkapkan rintisan usaha dari KPM di Tabalong sangat bervariatif, mulai pengolahan produk pangan, pengolahan hasil pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan produk pangan, peternakan, mebel, kerajinan hingga bengkel.
Beberapa KPM yang potensial menghasilkan produk unggulan selanjutnya dibimbing secara intensif agar nantinya dapat berkembang lebih maju. Bahkan akan diikutsertakan dalam pameran produk KPM di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
"Aspek legalitas usaha, sertifikasi dan standarisasi produk, perluasan pasar dan promosi akan dilaksanakan secara intensif pada ProKUS di tahun berikutnya," timpal Totok.
Dia menyampaikan terima kasih kepada Dinas Sosial Tabalong yang telah berkenan menjadi fasilitator pada program tersebut. Begitu juga para mentor baik dari tenant IBT sendiri maupun mahasiswa yang gigih dalam melakukan pendampingan.
Diharapkan kerja sama dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan pada ProKUS di tahun berikutnya agar tujuan untuk menciptakan masyarakat kurang mampu dapat menjadi masyarakat mandiri secara ekonomi dapat terwujud.
Sejumlah KPM menyambut antusias pendampingan usaha yang diberikan IBT ULM. Bahkan banyak di antaranya ingin diberikan pelatihan yang intensif agar rintisan usahanya bisa sukses dan berhasil.
Salah satunya Rusmina (55), penjual jamu di Kecamatan Pugaan yang ingin diajarkan cara membuat ramuan jamu serbukan. Di samping jamu berbentuk cair yang selama ini dijualnya.
Senada disampaikan Ani Apriyanti (39) penjual sayur mayur di Desa Kambitin Kecamatan Tanjung yang ingin diajari cara membuat sambel botolan karena sering cabe dan tomat dagangannya membusuk tidak laku.
ProKUS merupakan program pemberdayaan sosial bagi keluarga miskin dan rentan yang mengombinasikan kegiatan bisnis dan sosial serta pendekatan bisnis untuk mencegah dan mengatasi resiko sosial dan masalah sosial yang ada di masyarakat.
Kewirausahaan sosial mengandung dua konsep, kewirausahaan murni dan kewirausahaan sosial. Konsep kewirausahaan murni berkaitan dengan pengelolaan keuangan usaha, strategi pemasarannya, membangun kemitraan, mengembangkan usaha ProKUS, menginformasikan akses media ProKUS dan lainnya.
Sementara konsep kewirausahaan sosial berkaitan dengan upaya untuk membangun kesadaran berusaha, inovasi, spirit dan keinginan yang kuat untuk mengembangkan usaha.
Program inovasi Kemensos tersebut dalam upaya pemberdayaan sosial melalui kewirausahaan sosial yang bersifat integratif dan adaptif. Diharapkan program ini dapat memutus ketergantungan KPM terhadap bantuan sosial dan mengarahkannya menjadi produktif.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021