Sebagian nelayan di Kabupaten Kotabaru mulai mengantisipasi kerugian yang cukup besar dengan memasang jaring atau dari di pinggiran tambak sebelum terjadi banjir rob di mana permukaan air laut naik.

"Kami memasang dari atau jaring hitam dengan lebar sekitar 2 meter di sepanjang pinggiran tambak agar kepiting yang sudah mulai membesar itu tidak terseret arus banjir rob," kata pengusaha penggemukan kepiting di Kotabaru, Dr M Arif, dilaporkan, Rabu.

Arif yang juga Wakil Ketua DPRD Kotabaru itu menjelaskan, saat terjadi banjir rob permukaan air di dalam kolam tambak nelayan naik hingga kisaran satu meter lebih.

Hal itu menyebabkan semua jenis ikan, udang dan kepiting yang dipelihara nelayan dalam tambak akan terseret arus banjir rob keluar dari tambak, sehingga nelayan akan menderita kerugian yang cukup besar.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap bulan Desember akan terjadi air pasang tinggi, sehingga tambak-tambak akan limpas.

Mengantisipasi kerugian tersebut, sebagian nelayan kini mulai berinovasi belajar dari banjir rob sebelum-sebelumnya, dengan memasang dari di sepanjang galangan atau bibir tambak.

"Alhamdulillah, saya membeli limba jaring dari nelayan bagan yang sudah tidak dipakai lagi, untuk dipasang ditambak," terangnya.

Saat ini, lanjut Arif, beberapa kolam tambak miliknya sudah diisi dengan anakan kepiting untuk produksi ekspor.

"Anak kepiting yang kami pelihara di tambak sudah berukuran berat rata-rata tiga ons, dan baru dipanen setelah beratnya lebih 0,5 ons per ekor," paparnya.

Anak kepiting produk ekspor dengan berat rata-rata 3 ons tersebut dibeli dengan harga kisaran Rp50 ribu per kilogram dari nelayan atau pengumpul, dan setelah dipelihara sekitar 2-3 minggu akan dipanen dan dijual dengan harga kisaran Rp150 ribu poer kilogram.

Pewarta: *

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021