Gerakan Lestari Seni (Gelas) Budaya Tapin sukses menampilkan pertunjukan tari, musik, sastra dan teater untuk masyarakat di daerahnya. Sabtu, (11/12), di Gedung Galuh Bastari Rantau.
Di malam sakral itu, empat penampilan di dalam satu pertunjukan, bertema "Marimbun Karindangan Kisah Bastari," menuai pujian. Khususnya dari tokoh seni budaya Tapin.
Akhmad Riadiy (77), tokoh seni budaya Tapin memberikan apresiasi untuk Gelas Budaya Tapin. Dia, siap untuk menyalurkan pengetahuannya , kepada para penggerak kesenian, yang ingin belajar.
"Masih banyak yang bisa digali terkait kesenian dan kebudayan kita yang ada di Tapin. Selama umur masih ada, saya siap untuk mengajarinya," ujar pria yang akrab disapa Kai Keraton itu.
Ibnu Mas'ud (60), tokoh lainnya, turut memberikan penilaian senada untuk Gelas Budaya Tapin. Dikatakannya, yang dilakukan organisasi kepemudaan itu adalah bentuk apresiasi untuk kesenian dan kebudayaan daerah.
"Ketidakhadiran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pagelaran seni daerah Tapin, tidak menyurutkan semangat Gelas Budaya menggelar paket pertunjukan Dalai Bahaga," ujarnya.
Produksi pertunjukan yang dipimpin Anggi Anggraini,
merupakan program Gelas Budaya Tapin. Direncanakan tampil setiap tahun, dengan nama Dalai Bahaga.
"Di umur hampir ke dua Tahun Gelas Budaya Tapin, Alhamdulillah kita bisa melaksanakan acara yang keren ini. Masih banyak yang perlu kita koreksi untuk tahun depan agar lebih baik," ujar Anggi.
Baca juga: Gelas Budaya bersiap persembahkan Dalai Bahaga untuk HUT Tapin ke 56
Ketua Gelas Budaya Tapin M Rizkan Fadhiil, mengatakan masyarakat harus menyadari pentingnya kesenian dan kebudayaan untuk memperteguh identitas daerah, memperkokoh karakter, memperkuat persatuan daerah sebagai penopang persatuan bangsa, dan melestarikan hasil budaya dan nilai-nilai luhur.
"Adapun Kabupaten Tapin, kita tahu sering dikatakan sebagai lumbungnya kesenian di Kalsel, punya kekayaan dan keberagaman yang memiliki daya tarik tersendiri," ujarnya aktivis muda itu.
Misalnya, bagandut ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia tahun 2020 nominasi seni pertunjukan tradisional pada Kemendimbud ristek. Kata Rizkan, juga banyak tokoh-tokoh padatuan, kisah legenda balahindang dan sebagainya yang bisa diangkat.
"Semua harus diyakini dibuktikan dengan pelestarian dan pengembangan dengan bentuk nyata. Dan salah satu kekuatan itu ada ditangan regenerasi, yakni pemuda," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Di malam sakral itu, empat penampilan di dalam satu pertunjukan, bertema "Marimbun Karindangan Kisah Bastari," menuai pujian. Khususnya dari tokoh seni budaya Tapin.
Akhmad Riadiy (77), tokoh seni budaya Tapin memberikan apresiasi untuk Gelas Budaya Tapin. Dia, siap untuk menyalurkan pengetahuannya , kepada para penggerak kesenian, yang ingin belajar.
"Masih banyak yang bisa digali terkait kesenian dan kebudayan kita yang ada di Tapin. Selama umur masih ada, saya siap untuk mengajarinya," ujar pria yang akrab disapa Kai Keraton itu.
Ibnu Mas'ud (60), tokoh lainnya, turut memberikan penilaian senada untuk Gelas Budaya Tapin. Dikatakannya, yang dilakukan organisasi kepemudaan itu adalah bentuk apresiasi untuk kesenian dan kebudayaan daerah.
"Ketidakhadiran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pagelaran seni daerah Tapin, tidak menyurutkan semangat Gelas Budaya menggelar paket pertunjukan Dalai Bahaga," ujarnya.
Produksi pertunjukan yang dipimpin Anggi Anggraini,
merupakan program Gelas Budaya Tapin. Direncanakan tampil setiap tahun, dengan nama Dalai Bahaga.
"Di umur hampir ke dua Tahun Gelas Budaya Tapin, Alhamdulillah kita bisa melaksanakan acara yang keren ini. Masih banyak yang perlu kita koreksi untuk tahun depan agar lebih baik," ujar Anggi.
Baca juga: Gelas Budaya bersiap persembahkan Dalai Bahaga untuk HUT Tapin ke 56
Ketua Gelas Budaya Tapin M Rizkan Fadhiil, mengatakan masyarakat harus menyadari pentingnya kesenian dan kebudayaan untuk memperteguh identitas daerah, memperkokoh karakter, memperkuat persatuan daerah sebagai penopang persatuan bangsa, dan melestarikan hasil budaya dan nilai-nilai luhur.
"Adapun Kabupaten Tapin, kita tahu sering dikatakan sebagai lumbungnya kesenian di Kalsel, punya kekayaan dan keberagaman yang memiliki daya tarik tersendiri," ujarnya aktivis muda itu.
Misalnya, bagandut ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia tahun 2020 nominasi seni pertunjukan tradisional pada Kemendimbud ristek. Kata Rizkan, juga banyak tokoh-tokoh padatuan, kisah legenda balahindang dan sebagainya yang bisa diangkat.
"Semua harus diyakini dibuktikan dengan pelestarian dan pengembangan dengan bentuk nyata. Dan salah satu kekuatan itu ada ditangan regenerasi, yakni pemuda," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021