“ Alhamdulillah tidak menyangka tulisan saya jadi terbaik, karena jujur saya juga masih belajar menulis,” tutur Yuliawati dengan senangnya.
Yuliawati atau lebih akrab disapa Lia adalah pemenang lomba menulis dalam kegiatan Webinar Menulis Kreatif di Masa Pandemi yang diselenggarakan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) melalui program CSR Adaro Cinta Baca pada pilar Adaro Nyalakan Ilmu.
Melalui webinar Lia bersama dengan 58 siswa, mahasiswa dan masyarakat di Kabupaten Tabalong dan Balangan bisa belajar dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari penulis novel Balada si Roy, Gol A Gong.
Gol A Gong yang juga merupakan Duta Baca Indonesia memberikan ilmu cara menulis kisah inspirasi, ia menjelaskan dalam membuat tulisan kisah inspiratif dapat bersumber dari cerita perjalanan hidup kita ataupun orang sekitar.
“Sebenarnya kita tanpa sadar sudah menyia-nyiakan satu peristiwa dalam hidup yang sebetulnya jika dituliskan bisa memberikan inspirasi dan manfaat bagi orang lain,” ungkap Gol A Gong.
Lebih lanjut Ia memberikan langkah-langkah untuk memudahkan dalam menulis mulai dari mengajak peserta memilih angle tulisan yang disukai sampai dengan mencari kebenaran yang akan menjadi kerangka dalam tulisan.
Lia dan beberapa peserta mengakui sebelumnya menulis merupakan hal yang susah dan membosankan, namun setelah mengikuti webinar ini mereka termotivasi dan tidak takut untuk mencoba membuat tulisan.
“ Sebelumnya menulis itu susah bagi saya karena harus menyusun kata-kata yang baik, bermakna, dan langsung tulis aja. Tidak memperhatikan bahwa ada langkah-langkah yang harus disiapkan,” ungkap Lia.
Namun kini ia tahu langkah yang harus dilewati untuk membuat tulisan yang bermakna dan bermanfaat.
“Menulis itu ternyata perlu ide, tidak bisa langsung kesitu kesini menuangkan tulisan, misal mau menuliskan kisah sedih seorang teman, maka kita harus menunjukkan pembuktian terus faktanya dulu sebelum menulis, nah lalu memuat unsur 5W+1H nya,” jelasnya.
Lebih dalam Lia bercerita ia mencoba menuliskan kisah hidup anaknya yang berjuang membeli Smartphone untuk digunakan sekolah daring di masa pandemi.
“ Kemarin saya menulis kisah anak saya yang mandiri untuk mencapai keinginannya, ia menjual pempek dan membeli smartphone melalui keuntungan usahanya bukan untuk main tapi digunakan untuk sekolah daring,” tandas Lia.
Kisah inspiratif tersebut diberi judul “Pempek Berdering” dan mampu membuat Gol A Gong terkesima.
Karena tulisan itu mampu menggambarkan semangat anak kecil yang terjebak ke dalam suasana pandemi dan harus menghadapi sekolah daring tapi tidak patah semangat, mandiri dan berjuang untuk mendapatkan smartphone.
Kemampuan menulis ternyata bisa diasah, asalkan ada kemauan dan pandemi tidak menjadi penghalang untuk tetap produktif, bahkan justru di masa pandemi kelebihan waktu yang dimiliki bisa dialihkan ke aktivitas yang lebih bermanfaat salah satunya adalah menulis.
Selain Yuliawati, juga terdapat beberapa penulis pemula lainnya, namun isi tulisannya sangat menginspirasi, diantaranya adalah Vivi Lestari dengan judul tulisan “Siti, si Pemberdaya Sahabat”, Ainun Masrupah dengan tulisan “Teman Mahasiswaku” , Leni dengan “Miskin itu perspektif, dan ada Sahidatul Asiah dengan judul tulisan “Ambil atau Tidak".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Yuliawati atau lebih akrab disapa Lia adalah pemenang lomba menulis dalam kegiatan Webinar Menulis Kreatif di Masa Pandemi yang diselenggarakan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) melalui program CSR Adaro Cinta Baca pada pilar Adaro Nyalakan Ilmu.
Melalui webinar Lia bersama dengan 58 siswa, mahasiswa dan masyarakat di Kabupaten Tabalong dan Balangan bisa belajar dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari penulis novel Balada si Roy, Gol A Gong.
Gol A Gong yang juga merupakan Duta Baca Indonesia memberikan ilmu cara menulis kisah inspirasi, ia menjelaskan dalam membuat tulisan kisah inspiratif dapat bersumber dari cerita perjalanan hidup kita ataupun orang sekitar.
“Sebenarnya kita tanpa sadar sudah menyia-nyiakan satu peristiwa dalam hidup yang sebetulnya jika dituliskan bisa memberikan inspirasi dan manfaat bagi orang lain,” ungkap Gol A Gong.
Lebih lanjut Ia memberikan langkah-langkah untuk memudahkan dalam menulis mulai dari mengajak peserta memilih angle tulisan yang disukai sampai dengan mencari kebenaran yang akan menjadi kerangka dalam tulisan.
Lia dan beberapa peserta mengakui sebelumnya menulis merupakan hal yang susah dan membosankan, namun setelah mengikuti webinar ini mereka termotivasi dan tidak takut untuk mencoba membuat tulisan.
“ Sebelumnya menulis itu susah bagi saya karena harus menyusun kata-kata yang baik, bermakna, dan langsung tulis aja. Tidak memperhatikan bahwa ada langkah-langkah yang harus disiapkan,” ungkap Lia.
Namun kini ia tahu langkah yang harus dilewati untuk membuat tulisan yang bermakna dan bermanfaat.
“Menulis itu ternyata perlu ide, tidak bisa langsung kesitu kesini menuangkan tulisan, misal mau menuliskan kisah sedih seorang teman, maka kita harus menunjukkan pembuktian terus faktanya dulu sebelum menulis, nah lalu memuat unsur 5W+1H nya,” jelasnya.
Lebih dalam Lia bercerita ia mencoba menuliskan kisah hidup anaknya yang berjuang membeli Smartphone untuk digunakan sekolah daring di masa pandemi.
“ Kemarin saya menulis kisah anak saya yang mandiri untuk mencapai keinginannya, ia menjual pempek dan membeli smartphone melalui keuntungan usahanya bukan untuk main tapi digunakan untuk sekolah daring,” tandas Lia.
Kisah inspiratif tersebut diberi judul “Pempek Berdering” dan mampu membuat Gol A Gong terkesima.
Karena tulisan itu mampu menggambarkan semangat anak kecil yang terjebak ke dalam suasana pandemi dan harus menghadapi sekolah daring tapi tidak patah semangat, mandiri dan berjuang untuk mendapatkan smartphone.
Kemampuan menulis ternyata bisa diasah, asalkan ada kemauan dan pandemi tidak menjadi penghalang untuk tetap produktif, bahkan justru di masa pandemi kelebihan waktu yang dimiliki bisa dialihkan ke aktivitas yang lebih bermanfaat salah satunya adalah menulis.
Selain Yuliawati, juga terdapat beberapa penulis pemula lainnya, namun isi tulisannya sangat menginspirasi, diantaranya adalah Vivi Lestari dengan judul tulisan “Siti, si Pemberdaya Sahabat”, Ainun Masrupah dengan tulisan “Teman Mahasiswaku” , Leni dengan “Miskin itu perspektif, dan ada Sahidatul Asiah dengan judul tulisan “Ambil atau Tidak".
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021