Komunitas Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin mendemontrasikan sekaligus memperkenalkan proses memasak nasi humbal dan masak ikan bapalan di lokasi kebun nursery FKH di bilangan Kayu Tangi Koa Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Selasa siang.

Proses memasak nasi humbal dan ikan bapalan yang merupakan masakan nenek moyang suku Dayak Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalsel tersebut sekaligus memeriahkan hari ulang tahun anggota FKH, Haji Muhammad Ridha Chairullah dan ibu Lisna Rahmawati, dan masakan tersebut sekaligus menu para undangan yang datang di lokasi tersebut.

Menurut, panitia penyelanggara Mohammad Ary proses memasak nasi humbal dan ikan bapalan di Banjarmasin tersebut sebagai ujicoba untuk menjamu jika ada perhelaan perkawinan, ulang tahun, atau ulang tahun sebuah organisasi.
Proses memasak ikan bapalan di nursery FKH Banjarmasin (Antaranews Kalsel/Hasan Z)
Bahkan bisa jadi kedepan ada restauran di Banjarmasin yang menyajikan makanan khas suku dayak pedalaman tersebut, kata Mohammad Ary yang juga dikenal sebagai pimpinan FKH Banjarmasin dan sekretaris komunitas dangsanak geopark Kalsel.

Kali ini proses pemasakan makanan khas tersebut sengaja mendatangkan dua orang koki dari Tanuhi, Loksado, sekaligus membawa peralatan seperti bambu buluh dan daun lirik yang merupakan sarana memasak makanan tersebut, sekaligus membawa beras varietar padi gogo atau padu gunung yang disebut padi buyung.

Sementara ikan dan bumbu dapurnya mencari di Banjarmasin saja, seperti ikan sanggang, patin, dan ikan haruan. Kemudian proses pembuatannya sekaligus memasknya di lokasi nursery tersebut.
Proses memasak nasi humbal di nursery FKH Banjarmasin (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Makanan ini belakangan kian dikenal saja khususnya bagi wisatawan yang datang ke kawasan sentra wisata Loksado, seperti di resort balai punggal, resort Meratus atau resort alam roh. Sehingga kawasan geoprak hutan hujan tropis  basah yang juga dinilai sebagai kawasan penghasil oksigen atau paru paru dunia tersebut.

Nasi humbal yakni nasi yang dimasak  dengan dibungkus dengan daun lirik yakni jenis tanaman hutan yang banyak tumbuh di kawasan bebatuan geopark Meratus tersebut. Kenapa daun lirik karena budah dibentuk, sementara daun pisang suka robek bila dibentuk.

Caranya beras yang dimasak menjadi nasi Humbal tersebut dibungkus dengan daun lirik, seperti bulatan bulan kecil kemudian dimasukan dalam bambu, tentu bambu yang dipilih adalah jenis bambu buluh karena agak tipis.
Undangan milah Haji Ridha (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Setelah itu bambu di bakar ke api seperti layaknya juga memasak makanan khas Banjar, Lamang. setelah dinilai masak lalu bambu dibuka dan nasi humbal siap disajikan.

Berdasarkan sejarahnya makanan ini tercipta oleh para pemburu binatang di hutan. Saat berburu berhari-hari di hutan, mereka hanya membawa bekal beras, serta bumbu garam, bawang, kemiri, jahe, kunyit, kencur dan gula. Di tengan hutan, pemburu memasak nasi tersebut dengan batang bambu karena bambu banyak tumbuh di kawasan tersebut.

Sedangkan lauknya, mencari ikan di sungai dan dimasak dengan memasukan pula ke dalam bambu. Tradisi memasak nasi Humbal dan lauk Bapalan itu, sampai sekarang masih dilestarikan.






 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021