Kepala Perpustakaan dan Kearsipan (Diseprsip) Kabupaten Hulu Sungai Utara Lailatanur Raudah mengatakan perpustakaan sudah berubah (transformasi) tidak sekedar tempat pinjam baca buku melainkan sudah menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengembangkan diri.
"Di era moderenisasi, perpustakaan dituntut untuk bertransformasi menjadi wahana menggerakkan ekonomi kreatif dan kebudayaan," ujar Lailatanur di Amuntai, Sabtu.
Lailatanur mengatakan, sesuai dengan peraturan Nasional, perpustakaan berbasis inklusi sosial sudah harus dikembangkan agar peran dan manfaat perpustakaan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dikatakan dengan berbasis inklusi sosial, perpustakaan menjadi lebih dekat dan dikenal masyarakat luas tidak hanya terbatas dikalangan guru, mahasiswa dan pelajar yang sering mengunjungi perpustakaan.
Lailatanur mengatakan saat ini perpustakaan juga memberikan berbagai pelatihan ekonomi kreatif kepada masyarakat.
"Disana ada pelatihan komputer, tata boga, menjahit dan kerajinan," katanya.
Berbagai upaya pendekatan kepada masyarakat terus dilakukan Dispersip HSU dalam mengembangkan literasi dan numerasi di kalangan masyarakat khususnya kalangan milenial.
Menghadiri kegiatan pelatihan pembuatan Kain Sasirangan di Gellery Kalakai, Kecamatan Banjang, Sabtu (6/11) bersama Ketua PKK HSU, Lailatanur menginformasikan bahwa pembangunan Literasi di HSU menyumbang bagi peningkatan Indeks Pembangunan Literasi (IPL) di Kalsel.
"Kalsel, tertinggi nilai indeks pembangunan literasi (IPL) se-Indonesia, salah satu penyebabnya adalah sumbangsih pembangunan Literasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara," katanya.
Ketua TP PKK HSU Hj Anisah Rasyidah Wahid pada kesempatan itu mengatakan berbagai penghargaan didapatkan dari tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi tidak lepas dari kolaborasi atau kerjasama dari semua pihak.
"Gubernur Kalimatan Selatan, Bupati HSU, Kepala Dinas Perpustakaan provinsi Kalimatan Selatan dalam waktu kurang lebih satu bulan mendapatkan penghargaan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia," kata Anisah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Di era moderenisasi, perpustakaan dituntut untuk bertransformasi menjadi wahana menggerakkan ekonomi kreatif dan kebudayaan," ujar Lailatanur di Amuntai, Sabtu.
Lailatanur mengatakan, sesuai dengan peraturan Nasional, perpustakaan berbasis inklusi sosial sudah harus dikembangkan agar peran dan manfaat perpustakaan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dikatakan dengan berbasis inklusi sosial, perpustakaan menjadi lebih dekat dan dikenal masyarakat luas tidak hanya terbatas dikalangan guru, mahasiswa dan pelajar yang sering mengunjungi perpustakaan.
Lailatanur mengatakan saat ini perpustakaan juga memberikan berbagai pelatihan ekonomi kreatif kepada masyarakat.
"Disana ada pelatihan komputer, tata boga, menjahit dan kerajinan," katanya.
Berbagai upaya pendekatan kepada masyarakat terus dilakukan Dispersip HSU dalam mengembangkan literasi dan numerasi di kalangan masyarakat khususnya kalangan milenial.
Menghadiri kegiatan pelatihan pembuatan Kain Sasirangan di Gellery Kalakai, Kecamatan Banjang, Sabtu (6/11) bersama Ketua PKK HSU, Lailatanur menginformasikan bahwa pembangunan Literasi di HSU menyumbang bagi peningkatan Indeks Pembangunan Literasi (IPL) di Kalsel.
"Kalsel, tertinggi nilai indeks pembangunan literasi (IPL) se-Indonesia, salah satu penyebabnya adalah sumbangsih pembangunan Literasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara," katanya.
Ketua TP PKK HSU Hj Anisah Rasyidah Wahid pada kesempatan itu mengatakan berbagai penghargaan didapatkan dari tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi tidak lepas dari kolaborasi atau kerjasama dari semua pihak.
"Gubernur Kalimatan Selatan, Bupati HSU, Kepala Dinas Perpustakaan provinsi Kalimatan Selatan dalam waktu kurang lebih satu bulan mendapatkan penghargaan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia," kata Anisah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021