Budaya masyarakat menyambut bulan maulud, yang disebut acara "Bamulutan" masih marak di berbagai wilayah desa Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Wartawan Antara Biro Kalsel yang melakukan perjalanan ke wilayah Balangan, Kamis diundang warga menghadiri acara "bamulutan" (Mauludan Rasul) di Desa Inan (Pulauwanin), Kecamatan Paringin Selatan, dan menyempatkan menikmati masakan suguhan acara tersebut yang disebut "Gangan Bahari" atau masak kendul, yakni masakan daging sapi yang diberi kuah santan dikit dan bumbu merah atau lumbuk habang.
Desa yang tadinya sepi sepi sontak ramai hiruk-pikuk dengan kedatangan undangan acara Bamulutan, bukan saja berasal dari warga masyarakat sekitar desa itu tapi tak sedikit warga yang berasal dari desa desa lain, bahkan dari berbagai kota.
Meriahnya acara Mauludan Rasul di desa tersebut, karena bukan saja sebagai atraksi budaya dan agama ternyata acara tersebut dinilai sebagai ajang silaturahmi terbesar di tengah masyarakat.
Menurut beberapa warga setempat bila acara Maulud Rasul itu digelar salah satu keluarga, maka keluarga yang lain seakan wajib menghadiri acara itu, karena kehadiran keluarga dan atau pamily lainnya merupakan bentuk penghargaan bagi sipenyelanggara acara tersebut.
“Makanya bila ada keluarga yang tak hadir dalam acara Maulud Rasul maka keluarga tersebut dianggap kurang hubungan kekeluargaanya, dan nantinya bila keluarga yang tidak hadir itu menyelanggarakan acara serupa maka si keluarga yang lain bisa tidak hadir pula,” kata penduduk setempat.
Oleh karena itu tidak heran bila satu keluarga menggelar acara Maulud Rasul maka hampir seluruh keluarga berdatangan, bahkan yang berada di kota juga ikut mudik untuk meramaikan acara tahunan tersebut.
Bahkan menghadiri Maulud Rasul dianggap lebih sakral ketimbang hadir saat Lebaran Idul Fitri atau Idhul Adha, karena saat acara ini merupakan ajang silaturahmi keluarga paling akbar dalam setahun.
Pada perayaan Maulud Rasul di desa tersebut dipusatkan salah satu masjid yang ada di desa tersebut, dibarengi dengan pembacaan syair-syair Maulud Al Habsyi, dan Maulud Diba serta ceramah agama oleh seorang ulama setempat.
Berdasarkan keterangan, acara serupa merupakan yang kesekian kali di gelar oleh warga di desa-desa kawasan tersebut, bahkan terkesan setiap hari selalu saja ada yang menggelar acara tersebut sehingga selama bulan Rabiul Awal atau bulan maulid nabi ini banyak sekali undangan menghadiri acara itu, tambah penduduk yang lain.
Acara ini dianggap menarik maka banyak sekali warga berdatangan dari berbadai daerah bahkan warga dari propinsi tetangga Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Penyelanggaraan acara Mauludan Rasul dalam rangka memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW memang dinilai mahal, tetapi bagi warga tidak menjadi masalah, karena penyelanggraan yang telah terjadi secara turun-temurun di tengah masyarakat Muslim setempat dinilai bisa mengangkat harkat martabat, disamping nilai-nilai agama.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Wartawan Antara Biro Kalsel yang melakukan perjalanan ke wilayah Balangan, Kamis diundang warga menghadiri acara "bamulutan" (Mauludan Rasul) di Desa Inan (Pulauwanin), Kecamatan Paringin Selatan, dan menyempatkan menikmati masakan suguhan acara tersebut yang disebut "Gangan Bahari" atau masak kendul, yakni masakan daging sapi yang diberi kuah santan dikit dan bumbu merah atau lumbuk habang.
Desa yang tadinya sepi sepi sontak ramai hiruk-pikuk dengan kedatangan undangan acara Bamulutan, bukan saja berasal dari warga masyarakat sekitar desa itu tapi tak sedikit warga yang berasal dari desa desa lain, bahkan dari berbagai kota.
Meriahnya acara Mauludan Rasul di desa tersebut, karena bukan saja sebagai atraksi budaya dan agama ternyata acara tersebut dinilai sebagai ajang silaturahmi terbesar di tengah masyarakat.
Menurut beberapa warga setempat bila acara Maulud Rasul itu digelar salah satu keluarga, maka keluarga yang lain seakan wajib menghadiri acara itu, karena kehadiran keluarga dan atau pamily lainnya merupakan bentuk penghargaan bagi sipenyelanggara acara tersebut.
“Makanya bila ada keluarga yang tak hadir dalam acara Maulud Rasul maka keluarga tersebut dianggap kurang hubungan kekeluargaanya, dan nantinya bila keluarga yang tidak hadir itu menyelanggarakan acara serupa maka si keluarga yang lain bisa tidak hadir pula,” kata penduduk setempat.
Oleh karena itu tidak heran bila satu keluarga menggelar acara Maulud Rasul maka hampir seluruh keluarga berdatangan, bahkan yang berada di kota juga ikut mudik untuk meramaikan acara tahunan tersebut.
Bahkan menghadiri Maulud Rasul dianggap lebih sakral ketimbang hadir saat Lebaran Idul Fitri atau Idhul Adha, karena saat acara ini merupakan ajang silaturahmi keluarga paling akbar dalam setahun.
Pada perayaan Maulud Rasul di desa tersebut dipusatkan salah satu masjid yang ada di desa tersebut, dibarengi dengan pembacaan syair-syair Maulud Al Habsyi, dan Maulud Diba serta ceramah agama oleh seorang ulama setempat.
Berdasarkan keterangan, acara serupa merupakan yang kesekian kali di gelar oleh warga di desa-desa kawasan tersebut, bahkan terkesan setiap hari selalu saja ada yang menggelar acara tersebut sehingga selama bulan Rabiul Awal atau bulan maulid nabi ini banyak sekali undangan menghadiri acara itu, tambah penduduk yang lain.
Acara ini dianggap menarik maka banyak sekali warga berdatangan dari berbadai daerah bahkan warga dari propinsi tetangga Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Timur (Kaltim).
Penyelanggaraan acara Mauludan Rasul dalam rangka memperingati kelahiran nabi Muhammad SAW memang dinilai mahal, tetapi bagi warga tidak menjadi masalah, karena penyelanggraan yang telah terjadi secara turun-temurun di tengah masyarakat Muslim setempat dinilai bisa mengangkat harkat martabat, disamping nilai-nilai agama.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021