Martapura, (Antaranews Kalsel) - Ribuan kaum muslimin berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan dan provinsi Kalimantan Tengah serta Kalimantan Timur berbondong--bondong menghadiri haul ke 209 Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Kampung Dalam Pagar Kecamatan Astambul Kabupaten Martapura, Rabu (22/7).
Rilis Humas Pemkab Banjar diterima Antaranews Kalsel, menyebutkan sejak pagi warga antusiasme mendatangi kawasan Masjid Jami Tuhfaturroghibin di tempat pusat peringatan haul ke-209 Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau juga dikenal dengan nama Datu Kelampayan.
Di awali pembacaan Maulid Al Habsy, peringatan haulan berjalan dengan khusuk yang dilanjutkan dengan pengajian Alquran, sambutan-sambutan, pembacaan manaqib Datu Kelampayan, pembacaan surah yasin, Tahlil dan Doa.
Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Ariffin yang membaur dengan ribuan jemaah itu, dalam sambutan menegaskan sepatutnya masyarakat yang hidup dalam masa ini mencontoh serta meneladani sifat-sifat yang dimiliki Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
"Sepatutnya kita yang hidup dimasa sekarang berterima kasih dengan para pendahulu kita yang telah berjasa dan menorehkan sejarah gemilang dalam membangun daerah kita yang tercinta ini sebagai bentuk rasa kecintaan terhadap tanah air yang sebagaimana tertanam dalam jiwa Syekh Muhammad Al-Banjari," katanya.
Turut hadir pula dalam acara haulan kali ini Wakil Gubernur Rudi Resnawan, anggota DPR RI, Bupati Banjar Sultan H. Khairul Shaleh dan Wakilnya H. Ahmad Fauzan Saleh, bupati dan wali kota se-kalimantan, unsur Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) provinsi, Forpimda kabupaten/kota, para ulama dan habaib.
Pada pembacaan riwayat (manakib) disebutkan, Datu Kelampayan bernama Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Hidup dua abad yang silam, dimasa Kesultanan Banjar. Dalam manaqibnya dituturkan, beliau dilahirkan pada malam Kamis 15 Shafar 1122 H atau 19 Maret 1710 M di Kampung Lok Gabang, sebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Banjar yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Astambul.
Ayahnya bernama Abdullah dan Ibunya bernama Aminah, sama persis dengan nama ayah dan ibu Rasulullah. Ayahnya merupakan seorang pekerja di lingkungan istana dan merupakan kesayangan sang Sultan. Datu Kelampayan lahir dari keluarga yang tergolong taat beragama.
Beberapa sumber menyebutkan, hubungannya dengan Kesultanan Banjar terjadi pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun. Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh sultan.
Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.
Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (fiqih, red), yang kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.
Selama kurang lebih 41 tahun Muhammad Arsyad Al-Banjari menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di daerah Banjar.
Tepat pada 6 Sawwal 1227 H/1812 M, beliau wafat di rumah beliau di Dalam Pagar Martapura dalam usia 105 tahun dalam perhitungan Hijriah, dan 102 tahun menurut perhitungan Masehi. Kemudian, sesuai dengan wasiat beliau, Syekh Muhammad Arsyad dimakamkan di Desa Kelampayan, Astambul, Martapura.
Kitab Karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling dikenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin littafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama".
Selain itu, Syekh Muhammad Arsyad juga telah menulis beberapa kitab untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, diantaranya kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Dua Puluh, Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas tentang wanita serta tertib suami-istri, dan Kitabul Fara-idl, semacam hukum perdata. (Tohal/Sayuti/e)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Rilis Humas Pemkab Banjar diterima Antaranews Kalsel, menyebutkan sejak pagi warga antusiasme mendatangi kawasan Masjid Jami Tuhfaturroghibin di tempat pusat peringatan haul ke-209 Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau juga dikenal dengan nama Datu Kelampayan.
Di awali pembacaan Maulid Al Habsy, peringatan haulan berjalan dengan khusuk yang dilanjutkan dengan pengajian Alquran, sambutan-sambutan, pembacaan manaqib Datu Kelampayan, pembacaan surah yasin, Tahlil dan Doa.
Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Ariffin yang membaur dengan ribuan jemaah itu, dalam sambutan menegaskan sepatutnya masyarakat yang hidup dalam masa ini mencontoh serta meneladani sifat-sifat yang dimiliki Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
"Sepatutnya kita yang hidup dimasa sekarang berterima kasih dengan para pendahulu kita yang telah berjasa dan menorehkan sejarah gemilang dalam membangun daerah kita yang tercinta ini sebagai bentuk rasa kecintaan terhadap tanah air yang sebagaimana tertanam dalam jiwa Syekh Muhammad Al-Banjari," katanya.
Turut hadir pula dalam acara haulan kali ini Wakil Gubernur Rudi Resnawan, anggota DPR RI, Bupati Banjar Sultan H. Khairul Shaleh dan Wakilnya H. Ahmad Fauzan Saleh, bupati dan wali kota se-kalimantan, unsur Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) provinsi, Forpimda kabupaten/kota, para ulama dan habaib.
Pada pembacaan riwayat (manakib) disebutkan, Datu Kelampayan bernama Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Hidup dua abad yang silam, dimasa Kesultanan Banjar. Dalam manaqibnya dituturkan, beliau dilahirkan pada malam Kamis 15 Shafar 1122 H atau 19 Maret 1710 M di Kampung Lok Gabang, sebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Banjar yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Astambul.
Ayahnya bernama Abdullah dan Ibunya bernama Aminah, sama persis dengan nama ayah dan ibu Rasulullah. Ayahnya merupakan seorang pekerja di lingkungan istana dan merupakan kesayangan sang Sultan. Datu Kelampayan lahir dari keluarga yang tergolong taat beragama.
Beberapa sumber menyebutkan, hubungannya dengan Kesultanan Banjar terjadi pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun. Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh sultan.
Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.
Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (fiqih, red), yang kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.
Selama kurang lebih 41 tahun Muhammad Arsyad Al-Banjari menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di daerah Banjar.
Tepat pada 6 Sawwal 1227 H/1812 M, beliau wafat di rumah beliau di Dalam Pagar Martapura dalam usia 105 tahun dalam perhitungan Hijriah, dan 102 tahun menurut perhitungan Masehi. Kemudian, sesuai dengan wasiat beliau, Syekh Muhammad Arsyad dimakamkan di Desa Kelampayan, Astambul, Martapura.
Kitab Karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling dikenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin littafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama".
Selain itu, Syekh Muhammad Arsyad juga telah menulis beberapa kitab untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, diantaranya kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Dua Puluh, Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas tentang wanita serta tertib suami-istri, dan Kitabul Fara-idl, semacam hukum perdata. (Tohal/Sayuti/e)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015