Ulat sagu menjadi alternatif asupan protein hewani yang efektif untuk menambah masa otot, kata atlet binaraga peraih emas Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
"Ulat sagu proteinnya bagus. Papua kaya dengan protein yang begitu luar biasa. Saya kira di Papua tidak ada yang kurang," kata peraih emas PON XX Papua kelas 65 kg Oto Gideon Wantik di Jayapura, Senin (4/10).
Laporan penelitian menyebutkan bahwa larva dari kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugenesis) yang kerap bertelur di pucuk pohon sagu berprotein 9,34 persen atau hampir separuh dari daging merah yang mencapai 28 gram lebih protein per 100 gram konsumsi.
Selain itu, santapan khas Papua itu juga mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84 persen), asam glutamat (2,72 persen), tirosin (1,87 persen), lisin (1,97 persen), dan methionin (1,07 persen).
Baca juga: Warga Batola diajak lebih mengenal budaya banua dan kearifan lokal
Oto meyakini bahwa ulat sagu mampu membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari serangan virus dan bakteri penyebab penyakit. Kandungan asam lemak pada ulat sagu juga mampu menghalau peradangan pada tubuh dan menurunkan kadar trigliserida pada tubuh sehingga jantung akan menjadi lebih sehat.
Rasa ulat sagu disebut Oto mirip dengan sensasi menyantap potongan lemak daging sapi namun dengan semburat rasa gurih yang lebih kuat. Sajiannya disarankan dengan cara dibakar biar lebih sedap di mulut.
"Ulat sagu ini bisa dimasak dengan cara dibakar atau direbus. Tapi lebih sedap dibakar," katanya.
Sajian lain bisa dilakukan dengan cara dibakar lalu dibungkus dengan varian daun lalapan seperti yang dilakukan atlet Papua peraih emas binaraga di kelas 75 kg PON XX Edoardus Apcowo.
"Kalau saya biasanya dibungkus dengan lalapan daun. Kalau menurut saya ulat sagu lebih mirip sama rasa ikan salmon. Sangat cocok buat protein tubuh," katanya.
Peraih medali emas PON XVIII Riau 2012 itu justru mengecap rasa gurih ulat sagu berasal dari kandungan lemak larva berwarna putih dan terlihat gemuk itu.
"Baik untuk protein dan otot. Karena dia punya lemak itu bukan lemak jenuh," katanya.
Baca juga: Kearifan lokal muslim banjar ziarah kubur jelang Ramadhan masih terpelihara
Edo menyebut ulat sagu cocok bagi atlet pemula yang ingin merintis karir di binaraga sebab harga jualnya yang relatif terjangkau.
Harga ulat sagu di sejumlah lokasi kuliner di Papua dibanderol seharga Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per 25 ekor kata Edo menambahkan.
Bahkan ulat tersebut cenderung mudah didapat pada perkebunan pohon sagu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
"Ulat sagu proteinnya bagus. Papua kaya dengan protein yang begitu luar biasa. Saya kira di Papua tidak ada yang kurang," kata peraih emas PON XX Papua kelas 65 kg Oto Gideon Wantik di Jayapura, Senin (4/10).
Laporan penelitian menyebutkan bahwa larva dari kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugenesis) yang kerap bertelur di pucuk pohon sagu berprotein 9,34 persen atau hampir separuh dari daging merah yang mencapai 28 gram lebih protein per 100 gram konsumsi.
Selain itu, santapan khas Papua itu juga mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84 persen), asam glutamat (2,72 persen), tirosin (1,87 persen), lisin (1,97 persen), dan methionin (1,07 persen).
Baca juga: Warga Batola diajak lebih mengenal budaya banua dan kearifan lokal
Oto meyakini bahwa ulat sagu mampu membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dari serangan virus dan bakteri penyebab penyakit. Kandungan asam lemak pada ulat sagu juga mampu menghalau peradangan pada tubuh dan menurunkan kadar trigliserida pada tubuh sehingga jantung akan menjadi lebih sehat.
Rasa ulat sagu disebut Oto mirip dengan sensasi menyantap potongan lemak daging sapi namun dengan semburat rasa gurih yang lebih kuat. Sajiannya disarankan dengan cara dibakar biar lebih sedap di mulut.
"Ulat sagu ini bisa dimasak dengan cara dibakar atau direbus. Tapi lebih sedap dibakar," katanya.
Sajian lain bisa dilakukan dengan cara dibakar lalu dibungkus dengan varian daun lalapan seperti yang dilakukan atlet Papua peraih emas binaraga di kelas 75 kg PON XX Edoardus Apcowo.
"Kalau saya biasanya dibungkus dengan lalapan daun. Kalau menurut saya ulat sagu lebih mirip sama rasa ikan salmon. Sangat cocok buat protein tubuh," katanya.
Peraih medali emas PON XVIII Riau 2012 itu justru mengecap rasa gurih ulat sagu berasal dari kandungan lemak larva berwarna putih dan terlihat gemuk itu.
"Baik untuk protein dan otot. Karena dia punya lemak itu bukan lemak jenuh," katanya.
Baca juga: Kearifan lokal muslim banjar ziarah kubur jelang Ramadhan masih terpelihara
Edo menyebut ulat sagu cocok bagi atlet pemula yang ingin merintis karir di binaraga sebab harga jualnya yang relatif terjangkau.
Harga ulat sagu di sejumlah lokasi kuliner di Papua dibanderol seharga Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per 25 ekor kata Edo menambahkan.
Bahkan ulat tersebut cenderung mudah didapat pada perkebunan pohon sagu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021