Banjarmasin, Â (Antaranews Kalsel) - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menilai sistem penjualan tiket penumpang kapal laut di Kalimantan Selatan masih kuno sehingga sangat menyulitkan calon penumpang untuk mendapatkan tiket secara murah dan cepat.
Menurut Ignasius saat melakukan pantauan arus mudik di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, Rabu, penumpukan penumpang angkutan laut yang terjadi di Pelabuhan Trisakti saat ini salah satunya disebabkan sistem penjualan tiket yang masih kuno.
"Kalau dilihat dari tiketnya, juga terlihat kuno, seharusnya perusahaan pelayaran sudah memanfaatkan teknologi, antara lain dengan menjual secara "online"," katanya.
Ke depan, kata dia, sistem tersebut sudah harus diubah, pemerintah akan coba membantu merumuskan, dan apa yang bisa dilakukan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan pembelian tiket kapal secara baik.
"Sistem ini pengaruhnya sangat besar agar penumpang angkutan laut tidak harus sampai tidur di pelabuhan. Dengan sistem `online`, masyarakat tidak perlu ke pelabuhan untuk mendapatkan tiket, dan mereka sudah bisa memastikan kapan akan berangkat, dan kapan harus ke pelabuhan," katanya.
Kalau yang terjadi saat ini, kata dia, masyarakat dari daerah terpencil harus datang ke pelabuhan untuk membeli tiket, tanpa mengetahui secara pasti kapan diberangkatkan.
Tanpa mengetahui jadwal keberangkatan kapal dan tanpa memegang tiket, kata dia, mereka datang ke pelabuhan, akhirnya mereka tidak mendaptkan tiket, dan terpaksa menunggu hingga berhari-hari.
Berbeda bila penjualan dengan "online", masyarakat sebelum datang ke pelabuhan sudah mendapatkan kepastian pukul berapa berangkat dan kapan waktnya sehingga tidak harus menunggu dan menginap di pelabuhan seperti yang terjadi saat ini.
"Dapat dibayangkan, masyarakat yang tinggal di pelosok untuk mendapatkan tiket harus jauh datang ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, kemudian harus kembali ke rumahnya untuk menunggu jadwal keberangkatan kapal, tentu sangat merepotkan dan melelahkan," katanya.
Sistem tersebut, kata dia, tentu sangat tidak efektif dan merepotkan sehingga sistem ini harus diubah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.
Kedatangan Menhub ke Kalimantan Selatan untuk melakukan pemantauan langsung arus mudik di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
Kunjungan Menhub ke pelabuhan disambut "dingin" oleh para calon penumpang yang tampak kelelahan menunggu pemberangkatan kapal.
Para calon penumpang seakan tidak peduli dengan kedatangan rombongan menteri, gubernur, dan muspida ke pelabuhan.
"Kami ini yang penting cepat diberangkatkan Pak, tidak usah dikunjungi," celetuk salah seorang penumpang.
Puluhan penumpang lainnya tampak santai tiduran di halaman ruang tunggu pelabuhan.
Sebagian calon penumpang mengaku sudah empat hari menunggu di pelabuhan karena baru saja mendapatkan tiket untuk berangkat ke Surabaya.
Bahkan, ratusan calon penumpang lainnya, hingga kini juga belum mendapatkan tiket. Mereka belum memiliki kepastian kapan bisa diberangkatkan.
Rencanaya sebagian penumpang tersebut pada Rabu malam akan diangkut dengan kapal perang milik angkatan laut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
Menurut Ignasius saat melakukan pantauan arus mudik di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, Rabu, penumpukan penumpang angkutan laut yang terjadi di Pelabuhan Trisakti saat ini salah satunya disebabkan sistem penjualan tiket yang masih kuno.
"Kalau dilihat dari tiketnya, juga terlihat kuno, seharusnya perusahaan pelayaran sudah memanfaatkan teknologi, antara lain dengan menjual secara "online"," katanya.
Ke depan, kata dia, sistem tersebut sudah harus diubah, pemerintah akan coba membantu merumuskan, dan apa yang bisa dilakukan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan pembelian tiket kapal secara baik.
"Sistem ini pengaruhnya sangat besar agar penumpang angkutan laut tidak harus sampai tidur di pelabuhan. Dengan sistem `online`, masyarakat tidak perlu ke pelabuhan untuk mendapatkan tiket, dan mereka sudah bisa memastikan kapan akan berangkat, dan kapan harus ke pelabuhan," katanya.
Kalau yang terjadi saat ini, kata dia, masyarakat dari daerah terpencil harus datang ke pelabuhan untuk membeli tiket, tanpa mengetahui secara pasti kapan diberangkatkan.
Tanpa mengetahui jadwal keberangkatan kapal dan tanpa memegang tiket, kata dia, mereka datang ke pelabuhan, akhirnya mereka tidak mendaptkan tiket, dan terpaksa menunggu hingga berhari-hari.
Berbeda bila penjualan dengan "online", masyarakat sebelum datang ke pelabuhan sudah mendapatkan kepastian pukul berapa berangkat dan kapan waktnya sehingga tidak harus menunggu dan menginap di pelabuhan seperti yang terjadi saat ini.
"Dapat dibayangkan, masyarakat yang tinggal di pelosok untuk mendapatkan tiket harus jauh datang ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, kemudian harus kembali ke rumahnya untuk menunggu jadwal keberangkatan kapal, tentu sangat merepotkan dan melelahkan," katanya.
Sistem tersebut, kata dia, tentu sangat tidak efektif dan merepotkan sehingga sistem ini harus diubah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.
Kedatangan Menhub ke Kalimantan Selatan untuk melakukan pemantauan langsung arus mudik di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
Kunjungan Menhub ke pelabuhan disambut "dingin" oleh para calon penumpang yang tampak kelelahan menunggu pemberangkatan kapal.
Para calon penumpang seakan tidak peduli dengan kedatangan rombongan menteri, gubernur, dan muspida ke pelabuhan.
"Kami ini yang penting cepat diberangkatkan Pak, tidak usah dikunjungi," celetuk salah seorang penumpang.
Puluhan penumpang lainnya tampak santai tiduran di halaman ruang tunggu pelabuhan.
Sebagian calon penumpang mengaku sudah empat hari menunggu di pelabuhan karena baru saja mendapatkan tiket untuk berangkat ke Surabaya.
Bahkan, ratusan calon penumpang lainnya, hingga kini juga belum mendapatkan tiket. Mereka belum memiliki kepastian kapan bisa diberangkatkan.
Rencanaya sebagian penumpang tersebut pada Rabu malam akan diangkut dengan kapal perang milik angkatan laut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015