Washington, (Antaranews Kalsel/AFP) - Frank Lampard mungkin bisa dimaafkan atas ketakutannya memulai karir baru di New York City FC.


Mantan gelandang Chelsea dan Manchester City itu bergabung dengan klub yang baru terbentuk, yang selama musim pertama klub tersebut menghabiskan waktu di papan bawah Liga Utama Sepak Bola Amerika Serikat Wilayah Timur (Eastern Conference) dan bermain di Yankee Stadium karena ketiadaan markas.

David Beckham, mantan bintang Inggris yang baru merilis tim Miami miliknya, juga akan berpartisipasi dalam kesuksesan New York City, yang dibangun sejak awal dari gelimang kekayaan pemilik Manchester City asal Abu Dhabi.

Namun, sejarah menunjukkan bahwa seluruh uang di dunia tidak selalu menarik penggemar, apalagi memastikan loyalitas pendukung dan membawa keberhasilan di lapangan.

Lalu, apa yang dibutuhkan untuk membangun sebuah klub sepak bola?
Beckham dan pemodal City itu mungkin perlu mengamati DC United, yang 11 kali menduduki posisi puncak Eastern Conference dan menjadi tim paling sukses Liga Utama AS.

Kunci keberhasilan jangka panjang DC United, seperti dikatakan Kepala Operasional Tom Hunt, adalah rencana DC United memiliki stadion sendiri yang akan terlaksana pada 2017.

Didanai sejak 20 tahun lalu, mereka sudah bermain di stadion yang sudah hampir roboh, RFK Stadium.

"Jika anda ingin membentuk klub yang sukses, salah satu modal utama adalah memiliki dan menjalankan stadionmu sendiri," katanya.

"Di RFK ini kami hanya penyewa. Menjadi penyewa berarti kami tidak mendapat akses ke aliran pendapatan yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah bisnis, termasuk tidak mampu menjual hak nama dan membangun kerja sama dengan sponsor," Hunt menambahkan.

"Jika anda pernah berkunjung ke fasilitas modern entah itu stadion atau arena, mereka memiliki teknologi dan pilihan makanan. Seluruh pengalaman yang didapat pengunjung di sana sangat berbeda dengan yang bisa kami sediakan di RFK," ujarnya.

DC United telah kehilangan uang selama 20 tahun perjalanannya, dan Hunt memprediksi kondisi tersebut tidak akan berubah sampai klub tersebut mempunyai "rumah" sendiri.

    
Berjuang Demi Kehormatan

Para suporter sangat bergairah mendukung tim-tim unggulan dalam liga, namun jumlah pendukung tim tuan rumah yang menurun menandai sebuah titik kemarahan bagi banyak penggemar terutama mereka yang menyalahkan klub karena permainannya dianggap tidak mampu membuat "panas" kursi penonton.

Berdasarkan sebuah studi penggemar yang dirilis dalam blog Black and Red United, DC United secara konsisten memiliki lebih dari 17.000 orang untuk pertandingan tuan rumah sejak 1996 hingga 2010.

Namun, jumlah tersebut berkurang menjadi 15.000 orang sejak 2011, menyebabkan DC United menjadi satu dari sekian tim paling miskin dalam Liga Utama AS.

Chris Dodds, seorang penjual tiket musiman sekaligus anggota grup suporter Screaming Eagles, mengiyakan bahwa kurangnya fasilitas di RFK menjadi faktor yang "menghalau" penonton.

"DC United juga gagal berinvestasi untuk pemasaran dan promosi tim," kata Dodds yang merupakan satu dari banyak penggemar yang baru-baru ini bertemu dengan pejabat klub untuk menawarkan umpan balik.

"Ini adalah area yang mulai diperbaiki pada musim ini. Di kantor depan sudah dipasang undakan untuk menggaet penggemar-penggemar baru," tuturnya.

Dodds dan Hunt sepakat bahwa ketersediaan fasilitas stadion yang memadai tidak ada apa-apanya jika tim kesebelasan tidak berhasil menunjukkan taringnya.

Hunt mengakui bahwa Liga Utama AS tidak dekat dengan Liga Premier, dimana tim-tim bermain penuh untuk rumah masing-masing meskipun jika peringkat mereka turun, namun pemilik dan administrator tim olahraga AS memiliki rekam jejak yang baik untuk membangun klub olahraga yang sukses.

Sejarah mengerikan pada musim 2013 telah membuat banyak penggemar pergi, kata Dodds yang mengaku sering kesulitan menemukan orang menemaninya menonton pertandingan.

"Sayangnya, setelah 20 tahun, DC United masih memperjuangkan kehormatan di depan para penggemar olahraga di area metropolitan DC," tuturnya.

"Ini benar-benar sulit dipercaya karena DC memiliki rating tertinggi dalam televisi untuk Piala Dunia Pria, peringkat kedua tertinggi untuk Piala Dunia Wanita, tim dengan empat gelar juara Liga Utama AS, dan beberapa penulis sepak bola terbaik di seluruh negara," Dodds menambahkan.
    
Mencetak Para Bintang

Hunt mengatakan bahwa ketika para tokoh menunjukkan gairah positif untuk sepak bola, tayangan olahraga lokal seperti pertandingan tim bisbol, hoki, dan bola basket sudah terlebih dulu merebut perhatian pecinta olahraga.

Washington tidak spesial dalam hal menghargai satu sama lain, tim Beckham harus bersaing dengan beberapa tim olahraga profesional di Miami termasuk "the Dolphins (NFL)" dan "Miami Heat", serta kejuaraan NBA pada 2012 dan 2013.

Terkadang, dosis kesabaran seperti yang dimiliki orang-orang pada zaman dahulu, tidak lagi bisa bertahan di zaman sekarang.

"Ini tentang membentuk para bintang. Robert Griffin, 'quarterback' tim Redskins pergi ke swalayan dan semua orang mengenalinya. Sedangkan Bill Hamid, kiper DC United, orang mungkin memandangnya dan berpikir dia adalah atlet namun tidak semua orang menyadari siapa dia sebenarnya," kata Hunt.

"Sepuluh tahun sejak sekarang, kondisi itu harus diubah. Menilik kembali ke masa dimana NBA berusaha keras mencetak para bintang, kita pun sedang berada di titik dimana kita harus mulai membentuk bintang-bintang sepak bola yang terkenal," Hunt mengatakan./e

Pewarta:

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015