Para peternak/ penetas Itik Alabio di Desa Mamar Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan mengalami penurunan produksi dan pendapatan dari hasil penjualan bibit anak itik.
Salah seorang penetas Taufikurrahman di Desa Mamar- Amuntai belum lama ini mengakui harga jual anak itik menurun akibat minimnya permintaan selama Pandemi COVID-19.
"Harga itik betina jenis MA yang umur 10 hari dijual dengan harga 12000 perekor yang dulunya 15000 sampai 16000, untuk harga itik jenis packing juga sangat anjlok 3500 perekornya yang sebelumnya 5000. Untuk Pejantan jenis MA 1500 sebelumnya 4000 perekor," ujar Taufik.
Taufik mengatakan, anjloknya harga bibit Itik Alabio ini diyakininya akibat Pandemi dan pemberlakuan PPKM sehingga pembeli mengurangi permintaan.
Jenis bibit/anakan itik yang dikembangkan adalah Itik Mojokerto Alabio dan itik Packing. Telor yang dihasilkan disortir terlebih dahulu untuk penetasan dan konsumsi.
'Lama telur hingga menetas membutuhkan waktu satu bulan hingga bisa dijual, sedangkan untuk telur yang hanya bisa dikonsumsi maka akan kita jual kembali atau bisa dibuat telur asin," terangnya.
Selama 30 tahun Taufik mewarisi usaha penetasan anak Itik Alabio dan sudah memasaran sendiri produk anakan itik ke Kota Palangkaraya, Balikpapan dan luar kota lainnya.
Ia mewakili para penetas di Desa Mamar sangat berharap Pandemi cepat berlalu dan perekonomian bisa kembali normal.
Kepala bidang peternakan Ahmad Rijani mengatakan, untuk produksi telur tetas tergantung terhadap permintaan anak itik.
"Permintaan anak itik yang dihasilkan di mamar tergantung dari musim dan harga jual telur di pasaran," kata Rijani.
Ia juga memperkirakan, harga jual telur yang murah disebabkan pandemi, PPKM dan daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan harga telor murah.
Rijani juga mengatakan, selain produksi dan harga bibit Itik Alabio yang menurun, harga telor konsumsi juga mengalami penurunan harga jual akibat terjadinya Pandemi COVID-19.
"Harga telur turun berkisar antara harga 1.700 yang terendah dan tertinggi harga 1.900, kalau harga normal atau harga minimal yang menguntungkan peternak paling tidak harus berada di harga 2.200 per butir," katanya.
Ia mengatakan, upaya Pemerintah khususnya dari Dinas Pertanian Kabupaten HSU memasarkan telur dengan cara online menawarkan ke ASN untuk dibeli sehingga bisa membantu peternak khususnya binaan dinas bisa terjual di atas harga pasar.
Pada 2020 kemarin, katanya, produksi telur juga turun disebabkan banyak indukan yang dijual peternak untuk kebutuhan ekonomi sehari-hari.
"Sekarang posisi populasi lebih kurang 70 persen saja lagi dari sebelum pendemi 1,2 juta ekor," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Salah seorang penetas Taufikurrahman di Desa Mamar- Amuntai belum lama ini mengakui harga jual anak itik menurun akibat minimnya permintaan selama Pandemi COVID-19.
"Harga itik betina jenis MA yang umur 10 hari dijual dengan harga 12000 perekor yang dulunya 15000 sampai 16000, untuk harga itik jenis packing juga sangat anjlok 3500 perekornya yang sebelumnya 5000. Untuk Pejantan jenis MA 1500 sebelumnya 4000 perekor," ujar Taufik.
Taufik mengatakan, anjloknya harga bibit Itik Alabio ini diyakininya akibat Pandemi dan pemberlakuan PPKM sehingga pembeli mengurangi permintaan.
Jenis bibit/anakan itik yang dikembangkan adalah Itik Mojokerto Alabio dan itik Packing. Telor yang dihasilkan disortir terlebih dahulu untuk penetasan dan konsumsi.
'Lama telur hingga menetas membutuhkan waktu satu bulan hingga bisa dijual, sedangkan untuk telur yang hanya bisa dikonsumsi maka akan kita jual kembali atau bisa dibuat telur asin," terangnya.
Selama 30 tahun Taufik mewarisi usaha penetasan anak Itik Alabio dan sudah memasaran sendiri produk anakan itik ke Kota Palangkaraya, Balikpapan dan luar kota lainnya.
Ia mewakili para penetas di Desa Mamar sangat berharap Pandemi cepat berlalu dan perekonomian bisa kembali normal.
Kepala bidang peternakan Ahmad Rijani mengatakan, untuk produksi telur tetas tergantung terhadap permintaan anak itik.
"Permintaan anak itik yang dihasilkan di mamar tergantung dari musim dan harga jual telur di pasaran," kata Rijani.
Ia juga memperkirakan, harga jual telur yang murah disebabkan pandemi, PPKM dan daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan harga telor murah.
Rijani juga mengatakan, selain produksi dan harga bibit Itik Alabio yang menurun, harga telor konsumsi juga mengalami penurunan harga jual akibat terjadinya Pandemi COVID-19.
"Harga telur turun berkisar antara harga 1.700 yang terendah dan tertinggi harga 1.900, kalau harga normal atau harga minimal yang menguntungkan peternak paling tidak harus berada di harga 2.200 per butir," katanya.
Ia mengatakan, upaya Pemerintah khususnya dari Dinas Pertanian Kabupaten HSU memasarkan telur dengan cara online menawarkan ke ASN untuk dibeli sehingga bisa membantu peternak khususnya binaan dinas bisa terjual di atas harga pasar.
Pada 2020 kemarin, katanya, produksi telur juga turun disebabkan banyak indukan yang dijual peternak untuk kebutuhan ekonomi sehari-hari.
"Sekarang posisi populasi lebih kurang 70 persen saja lagi dari sebelum pendemi 1,2 juta ekor," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021