Akhir Juli, yang tinggal menghitung hari, menjadi tenggat pihak pengembang Sirkuit Mandalika sebelum proses homologasi final dari federasi balap motor internasional FIM untuk menentukan kelayakan sirkuit di Lombok, NTB itu sebagai venue World Superbike dan MotoGP nantinya.
Mengusung nama resmi Mandalika International Street Circuit, trek sepanjang 4,3km dengan 17 tikungan yang dibangun di Jalan Kawasan Khusus Mandalika itu akan menjadi satu-satunya sirkuit jalan raya yang menjadi bagian kalender MotoGP.
Akan tetapi, agar mendapat lampu hijau untuk menjadi salah satu tuan rumah gelaran kejuaraan dunia balap motor paling bergengsi di dunia itu, Sirkuit Mandalika mesti memenuhi standar-standar yang ditetapkan oleh FIM ketika inspeksi final.
Biasanya, homologasi untuk sirkuit permanen harus sudah rampung tiga bulan sebelum hari pelaksanaan balapan, dalam hal ini Sirkuit Mandalika harus memenuhi Grade B untuk gelaran World Superbike pada 12-14 November sebagai seri pemungkas musim dan Grade A untuk MotoGP.
Sedangkan ambisi Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP pada Oktober tahun ini belum kesampaian ketika pada April lalu Menteri BUMN Erick Thohir memutuskan untuk menunda rencana tersebut ke tahun depan pascakunjungan inspektur keselamatan FIM bersama Managing Director Dorna Sports Carlos Ezpeleta ke Mandalika.
Kendati pengembang dan pengelola kawasan Mandalika yaitu Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) yakin progres pembangunan Sirkuit Mandalika berjalan sesuai timeline untuk homologasi, beragam reaksi bermunculan. Ada yang ikut-ikutan optimistis, ada pula yang harap-harap cemas berkaca kepada realitas di lapangan.
"Kami puas dengan kemajuan pekerjaan JKK hingga saat ini dan memastikan bahwa pekerjaan akan terus berjalan sesuai dengan timeline, termasuk target homologasi pada semester kedua 2021 ini," kata Managing Director ITDC The Mandalika, Bram Subiandoro, dalam pernyataan tertulis bulan lalu.
"Kami harap seluruh kegiatan konstruksi berjalan dengan lancar dan optimal untuk menyambut event World Superbike (WSBK) November mendatang di The Mandalika,” kata Bram.
Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selaku operator sirkuit dan promotor juga rajin memberi update progres pembangunan Sirkuit Mandalika dengan memanfaatkan sosial media untuk menjangkau audiensi.
Dalam unggahannya, MGPA menyebutkan hingga pertengahan Juli, progres kumulatif pekerjaan konstruksi sudah mencapai 81,42 persen, dengan pekerjaan yang hampir 100 persen selesai antara lain run-off gravel (99%), run-off grass (95%), tunnel & retaining wall utara (98%), outer & inner service road (95%) dan pemasangan concrete barrier (99%).
"Kalau sudah jadi, ini sirkuit bagus banget, indah, flowing (mengalir), termasuk sirkuit cepat. Itu akan menjadi primadona baru balapan," kata pengamat otomotif Arief Kurniawan ketika dihubungi Antara pekan ini.
Mantan pemimpin redaksi Tabloid Bola itu mengaku sangat antusias Indonesia bakal menjadi tuan rumah balapan berlevel internasional, namun termasuk salah satu yang khawatir dengan target homologasi melihat progres yang ada.
"Realistisnya di sini nih, kalau melihat update itu memang (kesiapan sirkuit) masih jauh dari persyaratan karena paddock aja masih belum ada," kata Arief.
"Ini kita tidak bicara soal situasi COVID dulu, tapi bicara textbook-nya FIM. Kalau inspeksi ini biasanya sudah paket komplit... dalam artian, sirkuit secara komplit tentu antara lain aspal, run-off, terus fasilitas lain seperti pit dan paddock building, akses pusat medis, helipad, terus rumah sakitnya di mana," kata Arief melanjutkan.
Menurut Arief, standar medis dari FIM menjadi hal paling berat yang harus dipenuhi karena ketersediaan layanan medis itu mutlak untuk menjamin keamanan dan keselamatan pebalap.
Saat ini Rumah Sakit Mandalika telah disiapkan di lokasi yang berjarak kurang lebih 13km dari sirkuit, dan pembangunan jalan bypass sepanjang 17,3km sedang dikebut sebagai akses langsung dari Bandara Internasional Lombok ke Sirkuit Mandalika.
Senada dengan Arief, Ezpeleta ketika ditemui Antara di Lombok saat pra-homologasi April lalu mengungkapkan bahwa, "untuk homologasi, semuanya harus selesai termasuk marshal, medis, pusat medis, dan trek itu sendiri."
"Tentu setiap orang tahu masih banyak hal yang harus dikerjakan... tapi kami tidak sabar lagi menyaksikan MotoGP di sini dan kami yakin para pebalap MotoGP akan menyukainya," kata Ezpeleta.
Calon primadona baru
Indonesia tak ayal lagi salah satu pasar terbesar bagi MotoGP dengan basis fan yang sangat besar serta jutaan dolar yang digelontorkan sejumlah brand Tanah Air ke tim-tim yang berkompetisi di berbagai kelas kejuaraan dunia itu.
Akan tetapi, bisa dibilang negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara itu bukan negara yang memiliki heritage atau tradisi kuat di dunia motorsport.
Meski demikian, tidak ada kata terlambat untuk memulai hal itu melihat keberhasilan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang telah menuai kesuksesan menjadi bagian rutin kalender MotoGP.
"Indonesia kalau saya bilang mendingan jadi negara penyelenggara dulu tapi rutin, jangan setahun-dua tahun hilang, seperti di Sentul dulu kan cuma tahun 96-97 sudah hilang," kata Arief.
"Kalau mau dianggap sebagai negara penyelenggara motorsports dengan tradisi yang kuat, event-nya juga harus digelar rutin.
"Kalau Mandalika ini nanti jadi, Masyaallah deh itu (Sirkuit Sepang dan Chang) 'lewat' semua. Karena sirkuit ini dan lokasinya bagus banget, indah banget."
Apabila semua fasilitas sirkuit telah lengkap dan memenuhi standard FIM, maka Arief yakin Sirkuit Mandalika bisa menjadi primadona baru olahraga dunia balap.
"Kalau bahasa jualannya itu Mandalika memiliki unique selling point, tempatnya di kawasan ekonomi khusus, pantainya juga indah. Memang saat ini aksesnya susah, tapi itu dalam empat-lima tahun ke depan aksesnya akan mudah, butuh proses lah," kata dia.
Belum lagi kekuatan branding yang sangat besar dari gelaran balap MotoGP itu sendiri yang bakal mengangkat pamor Indonesia di mata dunia sehingga menambah kepercayaan diri pabrikan maupun perusahaan internasional untuk menjalin kemitraan.
"Artinya ketika digelar, Indonesia sudah menjadi bagian dari pemain global bahwa negara ini aman, maju, negara yang ramah karena orang tidak perlu khawatir datang ke Indonesia karena bisa menggelar (balapan) dengan sukses," Arief menambahkan.
Akan tetapi, mencapai euforia itu semua membutuhkan jalan yang panjang.
"Sekali lagi kita harus realistis. Realitasnya kita masih jauh panggang dari api," kata Arief.
"Tapi saya yakin teman-teman di MGPA dan ITDC itu semangat dan yakin. Dan ini juga didukung oleh presiden kan dan memang Insyaallah MotoGP Mandalika ini harus jadi, entah kapan, kalau bisa 2022 alhamdulillah.
"Kalau belum juga menurut saya jangan patah semangat karena saya yakin ini sewaktu-waktu bisa jadi 'wow'. Efek wow-nya akan gede ini di Mandalika," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Mengusung nama resmi Mandalika International Street Circuit, trek sepanjang 4,3km dengan 17 tikungan yang dibangun di Jalan Kawasan Khusus Mandalika itu akan menjadi satu-satunya sirkuit jalan raya yang menjadi bagian kalender MotoGP.
Akan tetapi, agar mendapat lampu hijau untuk menjadi salah satu tuan rumah gelaran kejuaraan dunia balap motor paling bergengsi di dunia itu, Sirkuit Mandalika mesti memenuhi standar-standar yang ditetapkan oleh FIM ketika inspeksi final.
Biasanya, homologasi untuk sirkuit permanen harus sudah rampung tiga bulan sebelum hari pelaksanaan balapan, dalam hal ini Sirkuit Mandalika harus memenuhi Grade B untuk gelaran World Superbike pada 12-14 November sebagai seri pemungkas musim dan Grade A untuk MotoGP.
Sedangkan ambisi Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP pada Oktober tahun ini belum kesampaian ketika pada April lalu Menteri BUMN Erick Thohir memutuskan untuk menunda rencana tersebut ke tahun depan pascakunjungan inspektur keselamatan FIM bersama Managing Director Dorna Sports Carlos Ezpeleta ke Mandalika.
Kendati pengembang dan pengelola kawasan Mandalika yaitu Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) yakin progres pembangunan Sirkuit Mandalika berjalan sesuai timeline untuk homologasi, beragam reaksi bermunculan. Ada yang ikut-ikutan optimistis, ada pula yang harap-harap cemas berkaca kepada realitas di lapangan.
"Kami puas dengan kemajuan pekerjaan JKK hingga saat ini dan memastikan bahwa pekerjaan akan terus berjalan sesuai dengan timeline, termasuk target homologasi pada semester kedua 2021 ini," kata Managing Director ITDC The Mandalika, Bram Subiandoro, dalam pernyataan tertulis bulan lalu.
"Kami harap seluruh kegiatan konstruksi berjalan dengan lancar dan optimal untuk menyambut event World Superbike (WSBK) November mendatang di The Mandalika,” kata Bram.
Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selaku operator sirkuit dan promotor juga rajin memberi update progres pembangunan Sirkuit Mandalika dengan memanfaatkan sosial media untuk menjangkau audiensi.
Dalam unggahannya, MGPA menyebutkan hingga pertengahan Juli, progres kumulatif pekerjaan konstruksi sudah mencapai 81,42 persen, dengan pekerjaan yang hampir 100 persen selesai antara lain run-off gravel (99%), run-off grass (95%), tunnel & retaining wall utara (98%), outer & inner service road (95%) dan pemasangan concrete barrier (99%).
"Kalau sudah jadi, ini sirkuit bagus banget, indah, flowing (mengalir), termasuk sirkuit cepat. Itu akan menjadi primadona baru balapan," kata pengamat otomotif Arief Kurniawan ketika dihubungi Antara pekan ini.
Mantan pemimpin redaksi Tabloid Bola itu mengaku sangat antusias Indonesia bakal menjadi tuan rumah balapan berlevel internasional, namun termasuk salah satu yang khawatir dengan target homologasi melihat progres yang ada.
"Realistisnya di sini nih, kalau melihat update itu memang (kesiapan sirkuit) masih jauh dari persyaratan karena paddock aja masih belum ada," kata Arief.
"Ini kita tidak bicara soal situasi COVID dulu, tapi bicara textbook-nya FIM. Kalau inspeksi ini biasanya sudah paket komplit... dalam artian, sirkuit secara komplit tentu antara lain aspal, run-off, terus fasilitas lain seperti pit dan paddock building, akses pusat medis, helipad, terus rumah sakitnya di mana," kata Arief melanjutkan.
Menurut Arief, standar medis dari FIM menjadi hal paling berat yang harus dipenuhi karena ketersediaan layanan medis itu mutlak untuk menjamin keamanan dan keselamatan pebalap.
Saat ini Rumah Sakit Mandalika telah disiapkan di lokasi yang berjarak kurang lebih 13km dari sirkuit, dan pembangunan jalan bypass sepanjang 17,3km sedang dikebut sebagai akses langsung dari Bandara Internasional Lombok ke Sirkuit Mandalika.
Senada dengan Arief, Ezpeleta ketika ditemui Antara di Lombok saat pra-homologasi April lalu mengungkapkan bahwa, "untuk homologasi, semuanya harus selesai termasuk marshal, medis, pusat medis, dan trek itu sendiri."
"Tentu setiap orang tahu masih banyak hal yang harus dikerjakan... tapi kami tidak sabar lagi menyaksikan MotoGP di sini dan kami yakin para pebalap MotoGP akan menyukainya," kata Ezpeleta.
Calon primadona baru
Indonesia tak ayal lagi salah satu pasar terbesar bagi MotoGP dengan basis fan yang sangat besar serta jutaan dolar yang digelontorkan sejumlah brand Tanah Air ke tim-tim yang berkompetisi di berbagai kelas kejuaraan dunia itu.
Akan tetapi, bisa dibilang negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara itu bukan negara yang memiliki heritage atau tradisi kuat di dunia motorsport.
Meski demikian, tidak ada kata terlambat untuk memulai hal itu melihat keberhasilan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang telah menuai kesuksesan menjadi bagian rutin kalender MotoGP.
"Indonesia kalau saya bilang mendingan jadi negara penyelenggara dulu tapi rutin, jangan setahun-dua tahun hilang, seperti di Sentul dulu kan cuma tahun 96-97 sudah hilang," kata Arief.
"Kalau mau dianggap sebagai negara penyelenggara motorsports dengan tradisi yang kuat, event-nya juga harus digelar rutin.
"Kalau Mandalika ini nanti jadi, Masyaallah deh itu (Sirkuit Sepang dan Chang) 'lewat' semua. Karena sirkuit ini dan lokasinya bagus banget, indah banget."
Apabila semua fasilitas sirkuit telah lengkap dan memenuhi standard FIM, maka Arief yakin Sirkuit Mandalika bisa menjadi primadona baru olahraga dunia balap.
"Kalau bahasa jualannya itu Mandalika memiliki unique selling point, tempatnya di kawasan ekonomi khusus, pantainya juga indah. Memang saat ini aksesnya susah, tapi itu dalam empat-lima tahun ke depan aksesnya akan mudah, butuh proses lah," kata dia.
Belum lagi kekuatan branding yang sangat besar dari gelaran balap MotoGP itu sendiri yang bakal mengangkat pamor Indonesia di mata dunia sehingga menambah kepercayaan diri pabrikan maupun perusahaan internasional untuk menjalin kemitraan.
"Artinya ketika digelar, Indonesia sudah menjadi bagian dari pemain global bahwa negara ini aman, maju, negara yang ramah karena orang tidak perlu khawatir datang ke Indonesia karena bisa menggelar (balapan) dengan sukses," Arief menambahkan.
Akan tetapi, mencapai euforia itu semua membutuhkan jalan yang panjang.
"Sekali lagi kita harus realistis. Realitasnya kita masih jauh panggang dari api," kata Arief.
"Tapi saya yakin teman-teman di MGPA dan ITDC itu semangat dan yakin. Dan ini juga didukung oleh presiden kan dan memang Insyaallah MotoGP Mandalika ini harus jadi, entah kapan, kalau bisa 2022 alhamdulillah.
"Kalau belum juga menurut saya jangan patah semangat karena saya yakin ini sewaktu-waktu bisa jadi 'wow'. Efek wow-nya akan gede ini di Mandalika," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021