Jakarta, (Antaranews Kalsel) - Indonesia masih memiliki peluang untuk menaikkan kontribusi ekspor ke pertumbuhan dengan mengoptimalkan pasar non-tradisional, maka itu pesimistis para pemangku kepentingan terhadap kinerja ekspor sepanjang sisa tahun perlu dihilangkan, demikian pernyataan Kementerian PPN/Bappenas.
"Dari laporan IMF kemarin (Rabu, 6/5) ada (kesan) positif buat stabilitas (Asia Pasifik). Namun, karena Tiongkok memang diprediksikan masih melambat, kita harus serius perluasan ke sasaran non-tradisional," kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Leondard Tampubolon dalam pernyataan kepada Antara dikutip di Jakarta, Minggu.
Leo mengakui selama triwulan I, kontribusi ekspor memang belum maksimal. Namun, dia mengklaim, pada triwulan II, pemerintah akan serius menggarap kinerja ekspor untuk pasar-pasar non tradisional, terutama dengan menindaklanjuti kerja sama yang dihasilkan dengan negara-negara Asia dan Afrika, setelah peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika.
Disinggung apakah kontribusi ekspor dari negara-negara yang menjadi pasar non-tradisional akan signifikan, Leo mengakui hal tersebut tidak akan signifikan dalam jangka pendek.
"Tapi itu penting untuk berkelanjutan. 'Sedikit-sedikit menjadi bukit' dong," ujarnya.
Leo mengaku masih optimistis laju pertumbuhan masih sejalan dengan rencana untuk mencapai target di APBN-Perubahan 2015 sebesar 5,7 persen.
Selain tambahan kontribusi ekspor, percepatan realisasi investasi pemerintah dia yakini akan membuat pertumbuhan ekonomi melaju kencang di triwulan II, dan dua triwulan berikutnya.
Ekonom DBS Bank Gundy Cahyadi, melalui pesan elektronik, menyatakan ekspor dari sektor manufaktur, khususnya industri elektronik dari Indonesia memberikan sinyal positif pada April 2015. Namun, untuk ekspor komoditi, yang masih menjadi andalan Indonesia, dia memperkirakan belum ada perbaikan kinerja secara signifikan hingga akhir tahun karena pelambatan ekonomi global.
Hingga triwulan I 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke level 4,71 persen dibanding triwulan I 2014 sebesar 5,14 persen.
Menurut data Badan Pusat Statistik dalam situsnya, jika dibandingkan triwulan sebelumnya, ekonomi Indonesia turun 0,18 persen (q-to-q). Hal itu, dari sisi pengeluaran disebabkan terkontraksinya kinerja ekspor (minus 5,98 persen), dan investasi (minus 4,72 persen)/e
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015
"Dari laporan IMF kemarin (Rabu, 6/5) ada (kesan) positif buat stabilitas (Asia Pasifik). Namun, karena Tiongkok memang diprediksikan masih melambat, kita harus serius perluasan ke sasaran non-tradisional," kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Leondard Tampubolon dalam pernyataan kepada Antara dikutip di Jakarta, Minggu.
Leo mengakui selama triwulan I, kontribusi ekspor memang belum maksimal. Namun, dia mengklaim, pada triwulan II, pemerintah akan serius menggarap kinerja ekspor untuk pasar-pasar non tradisional, terutama dengan menindaklanjuti kerja sama yang dihasilkan dengan negara-negara Asia dan Afrika, setelah peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika.
Disinggung apakah kontribusi ekspor dari negara-negara yang menjadi pasar non-tradisional akan signifikan, Leo mengakui hal tersebut tidak akan signifikan dalam jangka pendek.
"Tapi itu penting untuk berkelanjutan. 'Sedikit-sedikit menjadi bukit' dong," ujarnya.
Leo mengaku masih optimistis laju pertumbuhan masih sejalan dengan rencana untuk mencapai target di APBN-Perubahan 2015 sebesar 5,7 persen.
Selain tambahan kontribusi ekspor, percepatan realisasi investasi pemerintah dia yakini akan membuat pertumbuhan ekonomi melaju kencang di triwulan II, dan dua triwulan berikutnya.
Ekonom DBS Bank Gundy Cahyadi, melalui pesan elektronik, menyatakan ekspor dari sektor manufaktur, khususnya industri elektronik dari Indonesia memberikan sinyal positif pada April 2015. Namun, untuk ekspor komoditi, yang masih menjadi andalan Indonesia, dia memperkirakan belum ada perbaikan kinerja secara signifikan hingga akhir tahun karena pelambatan ekonomi global.
Hingga triwulan I 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke level 4,71 persen dibanding triwulan I 2014 sebesar 5,14 persen.
Menurut data Badan Pusat Statistik dalam situsnya, jika dibandingkan triwulan sebelumnya, ekonomi Indonesia turun 0,18 persen (q-to-q). Hal itu, dari sisi pengeluaran disebabkan terkontraksinya kinerja ekspor (minus 5,98 persen), dan investasi (minus 4,72 persen)/e
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015