Masyarakat Desa Haliau, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) melakukan perbaikan jembatan gantung yang terputus karena banjir bandang yang terjadi di pertengahan Januari 2021 lalu, secara gotong royong dengan dana swadaya dan tenaga dari masyarakat, relawan serta donatur.

Warga Haliau, Ifansyah Norhidayat, Minggu (11/7), mengatakan pihaknya telah menyampaikan permohonan perbaikan melalui pemerintah desa, kecamatan hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HST, namun karena alasan defisit anggaran daerah dan dana tanggap darurat belum jelas maka belum bisa diperbaiki.

"Kami sudah ke Dinas PU dan di sana disampaikan karena anggaran daerah defisit, juga dialihkan untuk penanganan COVID-19, dana tanggap darurat dari pusat  belum ada kejelasan, disamping itu juga mereka mengatakan belum ada instruksi dari bupati setempat," katanya.

Dijelaskan dia, masyarakat Desa Haliau bergotong royong memperbaiki semampunya agar kembali bisa menggunakan jembatan gantung tersebut untuk menyeberang dengan aman dan nyaman, karena jembatan penghubung vital masyarakat menuju tempat mata pencaharian untuk berkebun dan bertani.
 
Gotong royong dan swadaya masyarakat Haliau perbaiki jembatan gantung putus (Antarakalsel/Fathur/Ist)


Pihaknya tidak bisa menunggu realisasi pembangunan dari pemerintah, karena sudah menunggu beberapa bulan sementara masyarakat sangat memerlukan akses jembatan tersebut, seperti untuk menyadap karet dan membawa hasil pertanian dan terputusnya jembatan tersebut mengganggu aktifitas ekonomi masyarakat.

Hingga saat ini pelaksanaan perbaikan jembatan gantung sudah mencapai 40 persen, pendanaan perbaikan bersumber dari swadaya masyarakat, termasuk salah satunya dengan permintaan sumbangan di jalan.

"Alhamdulillah juga ada donatur yang membantu untuk upah tukang, jadi kami sangat terbantu karena memang ada beberapa pekerjaan yang harus melibatkan tukang yang memiliki keahlian khusus," katanya.

Menurut dia, ukuran panjang jembatan gantung sekitar 70 meter, memakai bahan perbaikan batu bronjong, semen dan lainnya, sementara untuk tiang besi yang digunakan merupakan tiang besi lama dari jembatan yang putus sebelumnya.
 
Koordinator Tukang juga Ketua Relawan Kayuh Baimbai Desa Murung B (Antarakalsel/Fathur/Ist)


Lokasi jembatan tersebut berada di RT 1, Desa Haliau, diperkirakan bisa selesai dalam hitungan belasan hari dengan kebutuhan dana yang masih diperlukan juga masih besar sekitar Rp30 juta hingga Rp40 juta, fungsi jembatan ini selain menuju lahan perkebunan dan pertanian masyarakat juga tembus ke arah Waki.

Untuk upaya mengatasi kekurangan biaya perbaikan jembatan, pihaknya mengajak para donatur untuk mengulurkan bantuan dengan menyalurkan bantuan untuk perbaikan jembatan tersebut, karena besar kecil bantuan yang diberikan akan sangat bermanfaat dalam percepatan perbaikan jembatan.

Penjabat Pambakal Haliau, Arbain, mengatakan berterima kasih atas partisipasi masyarakat, para relawan dan donatur yang telah memberikan bantuan dalam perbaikan jembatan yang sangat diperlukan masyarakat, karena diakui saat ini pihaknya memang tidak memiliki dana untuk perbaikan.

"Kami tidak punya dana dan tidak punya kemampuan untuk membangun jembatan itu, sedangkan jembatan itu sangat kami butuhkan karena perekonomian masyarakat 80 persen berkebun dan bertani melewati jembatan gantung itu," katanya.

Pihaknya mengharapkan agar jembatan gantung itu bisa diselesaikan, dan berterima kasih atas bantuan yang diberikan dengan iringan do'a supaya bantuan yang diberikan bernilai ibadah dan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.
 
Gotong royong dan swadaya masyarakat Haliau perbaiki jembatan gantung putus (Antarakalsel/Fathur/Ist)


Baca juga: Terima silaturahmi wartawan, Wabup sebut HST defisit Rp290 miliar

Baca juga: Defisit anggaran, Pemkab HST tidak buka formasi CPNS namun usulkan 817 PPPK

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021