Setelah mendengar kabar Jumiatin (40) seorang wanita penyandang disabilitas terpuruk karena pandemi COVID-19, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tapin, Hj Ratna Ellyani bersama Ketua Gerakan Organisasi Wanita (GOW) Tapin, Hj Mustaidah langsung mengunjungi dan memberikan bantuan. 

"Setelah mendapatkan info adanya seorang pengrajin yang ekonominya terdampak pandemi COVID-19, saya dan Ketua GOW Tapin langsung mendatangi pengrajin tersebut untuk memberikan  sembako dan uang tunai.  ," ujar Hj Ratna Ellyani, Rabu. 

Selain memberikan banatuan, kedatangan tim juga untuk memberikan dukungan moril kepada sesama wanita untuk menghadapi situasi sulit seperti sekarang. 

Senada dengan Ketua Dekranasda Tapin, Ketua GOW Tapin juga memberikan dukungan moril kepada wanita penyandang disabilitas itu agar tetap berjuang.

"Saya sangat mengapresiasi produk olahan tangan dari Ibu Jumiatin. Sesama wanita, dimomen hari Kartini, kita berikan semangat untuk Ibu Jumiatin," ujarnya. 

Setelahnya, kedua istri pejabat itu juga mempromosikan hasil olahan tangan dari Jumiatin agar dibeli oleh masyarakat Tapin. 

Dikabarkan sebelumnya, cerita Jumiatin, usaha kreatif yang gelutinya sejak  2009 lalu, sampai ke masa yang dianggapnya berpenghasilan cukup yaitu memiliki omset Rp. 500 Ribu perbulan ternyata harus berubah karena pandemi COVID-19. 

Sejak 2020 lalu rajutan tangan dari benang wol membentuk tas, boneka, bros, hiasan pensel, masker, baju anak, taplak meja dan tutup televisi sekarang tidak laku lagi. 

"Sejak pandemi COVID-19 orderan hampir tidak ada, sebelum seperti bros dan hiasan pensel paling laku penghasilannya cukup untuk membantu kebutuhan di rumah," ujarnya. Senin, di Rantau. 

Masalahnya bertambah, beberapa bulan terakhir, suaminya sudah jarang bekerja sebagai buruh bangunan, dikatakannya panggilan kerja sudah hampir tidak ada lagi, memaksa suaminya untuk istirahat di rumah bekerja serabut. 

"Suami saya kuli bangunan, adanya pandemi ajakan kerja sangat jarang sekali sekarang," ujarnya. 

Ibu dua anak itu pun mulai menambah kreasinya, yaitu membuat tas dari plastik bekas dan tas belanja dari karung, namun tetap saja tidak merubah keadaan perekonomiannya, hasil karya barunya belum ada yang meminati. 

Kedua kakinya sedari lahir tidak tumbuh normal, mengharuskan memakai dua tongkat dan mengesut saat beraktivitas di rumah sederhananya, untuk pemasaran hanya bermodal kabar dari mulut ke mulut. Harga dagangan yang ditawarkannya pun cukup bervariatif mulai dari Rp. 7 Ribu sampai yang termahal Rp. 150 Ribu. 

Sayang, apa yang dihasilkannya saat ini bukan kebutuhan pokok tentunya akan sangat sulit untuk menjual, apalagi bagi Jumiatin yang hanya menunggu datangnya orderan di rumahnya di RT.14 Kelurahan Bitahan, Kecamatan Lokpaikat, Kabupaten Tapin.

"Di Tapin, cenderung di masa pandemi COVID-19 ini kebanyakan orang lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pokok dibanding kebutuhan lainnya," ujar Kepala Bidang Ekonomi Pemkab Tapin, Wahyudi Pranoto, saat ditemui. 
Jumiatin wanita 42 Tahun seorang penyandang disabilitas saat berada di rumahnya bersama dengan hasil kerajinan tangannya ( ANTARA / Muhammad Fauzi Fadilah)

Baca juga : https://kalsel.antaranews.com/amp/berita/248754/hasil-kerajinan-tangan-wanita-disabilitas-kurang-diminati-di-masa-pandemi-covid-19
 

Pewarta: M Fauzi Fadillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021