Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Cuaca ekstrem yang terjadi sejak akhir 2014 hingga sekarang mengancam produksi padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, sehingga dikhawatirkan target produksi padi tidak bisa tercapai.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Ilham Hadi di Amuntai, Rabu, mengatakan target luas tanam pada 2014 tidak tercapai, karena cuaca ekstrem yang diperparah oleh kondisi lahan rawa.

Menurut Ilham, pada 2014 luas tanam ditargetkan 27.500 hektare namun hanya bisa direalisasikan 24.995 hektare, sehingga berdampak pada pencapaian target produksi padi yang ditetapkan.

Meski demikian, kata dia, Hulu Sungai Utara, pada 2014 mengalami surplus 49 ton beras dengan varietas padi chiherang, cibogo dan IR 66 yang sebagian di jual ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Varietas chiherang banyak dipilih petani karena tingkat produksinya yang tinggi mencapai 6-7 ton gabah kering giling (gkg) per-hektare, Selain itu varietas ini juga cukup laku dipasarkan karena rasanya yang pulen.

Selanjutnya juga dijelaskan, target luas panen di 2014 kurang tercapai disebabkan kemunduran masa tanam hingga dua bulan akibat tingginya curah hujan, sehingga membuat lahan pertanian cukup lama tergenang air.

"Biasanya masa tanam dimulai Mei, namun pada 2014, masa tanam baru bisa dimulai Juni itu pun terbatas pada watun satu," jelas Ilham.

Adanya pembangunan jalan tembus yang melewati beberapa kecamatan, diduga juga turut menghambat aliran air keluar dari areal persawahan sehingga petani terlambat menanam padi.

Kendala lain yang dihadapi petani di 2014 kemaren, papar Ilham yakni lahan terlalu cepat kering saat masa tanam Juni -Agustis sehingga tidak banyak lahan yang bisa ditanami padi.

"Saat itu petani juga kekurangan benih padi, akibat dihentikannya penyaluran benih subsidi, sementara kios penjual benih juga kurang pasokan karena tahu petani sudah dapat benih subsidi" tuturnya.

Akibat ketiadaan benih, sambungnya banyak petani menggunakan benih unggul yang tidak berlabel. Petani bikin bibit sendiri yang kualitasnya kurang baik.

"Karena genangan air lambat surut, menyebabkan bibit padi menjadi agak tua sehingga tanaman padi tidak dapat memproduksi anakan secara maksimal" jelas Ilham.

Perubahan cuaca yang labil tahun 2014, juga membuat lahan cepat kering pada saat tanaman padi justru mulai mengurai dan pengisian bulir.

Sedangkan bagi petani yang mulai menanam Agustus dan September 2014, panen terpaksa dipercepat karena air kembali menggenangi lahan persawahan, padahal tanaman padi yang dipanen belum matang.

Sebagai upaya mengatasi permasalahan yang terjadi di 2014 terkait cuaca eksterm, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura tahun ini akan mendorong petani tanam lebih awal jika cuaca mendukung.

Bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum juga dilakukan perbaikan dan penambahan saluran irigasi."Mulai tahun ini kita juga mengotimalkan lahan yang kurang tergarap" kata ilham.

Dinas pertanian, katanya juga memberi bantuan pompa air sesuai permintaan petani dan mengadakan sekolah lapang bagi meningkatkan sumber daya manusia dikalangan petani.

"Subsidi benih tetap kita lakukan disamping adanya bantuan benih padi kepada petani," imbuhnya.

Hingga Pebruari ini sebanyak 1152 lahan yang sudah ditanami padi, meski sebagian lahan di Kecamatan Amuntai Selatan dan Babirik dilaporkan sempat terendam banjir, sehingga menyebabkan sebagian padi atau bibit yang sudah ditanam rusak.

"Namun kita optimis produktivitas padi di Hulu Sungai Utara kembali surplus untuk menyokong swasembada beras di 2017," katanya.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2015