Banjir besar yang melanda 11 di antara 13 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan pada awal 2021 menyisakan duka sebagian besar warga setempat, termasuk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, daerah terparah terdampak bencana itu.

Banjir meluluhlantakkan bukan hanya ekonomi warga, tetapi juga infrastruktur, rumah, dan menghanyutkan harta benda masyarakat.

Desa Alat, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, salah satu desa yang paling parah terdampak banjir.

Camat Hantakan Kartadipura mengungkapkan banjir meluluhlantakkan 10 di antara 12 desa di wilayah tersebut. Sebanyak 127 rumah hilang terseret arus banjir, 70 rusak berat, dan sisanya rusak ringan.

"Seluruh data tersebut telah diverifikasi oleh Dinas Perumahan dan Permukiman untuk ditindaklanjuti," katanya.

Berdasarkan data hingga saat ini, total kerusakan tempat tinggal baik yang hilang, rusak parah, sedang, dan ringan mencapai 914 unit dengan total warga yang terdampak 2.840 orang.

Sebanyak dua desa lainnya, tidak terdampak signifikan. Hanya saja, jalan longsor membuat dua desa tersebut kesulitan mendapatkan kebutuhan bahan pokok karena akses menuju desa tersebut tertutup.

Banjir besar yang datang dengan tiba-tiba tersebut, membuat banyak warga setempat trauma dan berharap adanya relokasi.

Salah seorang warga Desa Alat Helmi mengungkapkan banjir yang mengerikan itu. Dia bersama anggota keluarganya tidak sempat menyelamatkan harta bendanya.

"Banjir datang dengan tiba-tiba, sehingga tidak sempat lagi menyelamatkan harta benda, yang penting kita semua selamat," katanya.

Kesedihan yang sama diungkapkan Khadijah. Rumahnya hilang, hanyut terbawa derasnya arus sungai saat banjir melanda.

Ia menyebut pada 2013 peristiwa serupa terjadi. Waktu itu, rumahnya juga rusak berat karena diterjang arus sungai. Tetapi banjir kali ini bukan hanya rumah yang hilang, bahkan tanah untuk berdiri rumah tersebut juga terkikis sungai.

Dia berharap, pemerintah bisa segera mencarikan solusi agar dirinya dan keluarga segera bisa mendapatkan tempat tinggal.

"Tidak hanya saya dan keluarga, ada sekitar 81 warga lainnya yang berharap pindah tempat tinggal, karena sudah sangat trauma bila harus tetap bertahan di sini," katanya.
Warga melihat alat berat saat membuka akses jalan yang tertutup tanah longsor di Desa Datar Ajab, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Kamis (4/2/2021). (ANTARA/Bayu Pratama S.)

Tidak diam

Melihat kondisi tersebut, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XI Kalimantan bersama dengan perguruan tinggi swasta dan beberapa pihak lainnya, tidak tinggal diam.

Melalui program LLDIKTI PEDULI, lembaga yang menaungi PTS se-Kalimantan itu, mengajak semua pihak bersama-sama bangkit, membangun kembali segala sesuatunya dari kerusakan yang terjadi

LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan mendukung bangkitnya pembangunan Kalimantan Selatan pascabanjir, antara lain melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Mahasiswa yang ditugaskan pada program MBKM akan membantu warga selama pemulihan pascabanjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, khususnya dan di Kalsel secara umum.

Program MBKM merupakan program belajar mahasiswa untuk bisa menerapkan ilmunya di luar kampus yang diakui sebagai nilai akademik di kampusnya. Program ini seperti halnya seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Khusus Kabupaten Hulu Sungai Tengah, telah ditugaskan mahasiswa dari Universitas Sari Mulia dan Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari untuk mengabdi selama empat bulan di wilayah terdampak banjir.

Para mahasiswa nantinya membantu masyarakat dengan berbagai program yang bermanfaat, dalam rangka pemulihan pascabanjir, sedangkan mahasiswa yang ditugaskan masuk dalam SKS di Kampus.

Staf Ahli Bidang Pemerintahan Pemkab Hulu Sungai Tengah M. Yuserani berharap, mahasiswa mendorong percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam rangka pemulihan kondisi daerah itu pascabanjir.

Kegiatan MBKM Universitas Sari Mulia di daerah itu diikuti 328 mahasiswa, yang dilaksanakan selama empat bulan dari tiga fakultas, yaitu Fakultas Kesehatan, Fakultas Humaniora, dan Fakultas Saintek serta berasal dari 14 program studi (prodi).

Khusus di Kecamatan Hantakan ada 165 mahasiswa dengan program, yaitu membuat alarm tanggap bencana, pembuatan solarsell atau tenaga alternatif, penyembuhan trauma, edukasi manajemen bencana (disaster management), klasterisasi masyarakat dampak bencana dan pengintegrasian program pada Dinas Sosial.

Di wilayah Kecamatan Batu Benawa 35 mahasiswa yang ditugaskan dengan kegiatan membangun Desa Pramuka. Tempatnya di Desa Baru, Waki. Di Kecamatan Barabai 38 mahasiswa dengan membuat sekolah tanggap bencana, di Kecamatan Batang Alai Selatan 97 mahasiswa dengan kegiatan membangun desa kawasan ekonomi produktif untuk menuju mandiri ekonomi

Mahasiswa dari perguruan tinggi swasta Kalimantan berperan membantu pemulihan pembangunan di beberapa daerah yang terdampak banjir untuk melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Terus mengalir

Hingga saat ini, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak masih terus mengalir untuk meringankan dan membangkitkan asa para korban banjir dari bencana tersebut.

Setelah PTS, dari berbagai daerah di Kalimantan juga sigap mengulurkan bantuan secara bergantian. Posko Kemanusiaan Lintas Iman dari Keuskupan Banjarmasin, Caritas Keuskupan dan Gusdurian menyerahkan bantuan untuk pembangunan hunian sementara (huntara) kepada warga yang rumahnya rusak berat atau hilang akibat banjir di Kecamatan Hantakan.

Pastor C. Cosmas MSF dari Keuskupan Banjarmasin menyampaikan pihaknya bersama beberapa organisasi lintas iman membantu 12 unit huntara.

Selain itu, bantuan fisik dan non-fisik, seperti bantuan petugas medis yang akan melayani masyarakat di Desa Batu Tunggal dan lainnya yang sakit, juga telah disiapkan.

Geliat kebersamaan penanganan banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan daerah-daerah lain terdampak banjir, hingga saat ini masih terasa di Kalimantan Selatan. Akai mereka untuk membangkitkan kembali semangat para korban banjir dari trauma dan keterpurukan.

Berbagai pihak dan organisasi sosial, masih bersemangat menyalurkan bantuan ke korban banjir di seluruh pelosok daerah setempat.

Organisasi sosial dan profesi, seperti Persatuan Jurnalis Perempuan Kalimantan Selatan, yang anggotanya para jurnalis perempuan, juga masih bersemangat menyisihkan waktu di sela tidak bertugas, untuk berjibaku menyalurkan bantuan dari berbagai daerah di Tanah Air dan para pengusaha daerah.

Begitu juga dengan organisasi sosial lainnya, hingga saat ini masih bersemangat untuk menyalurkan bantuan bagi korban yang berada di pelosok daerah.

Pemerintah bersama TNI dan Polri juga masih berjibaku menyelesaikan penanganan infrastruktur yang rusak dan menghambat kelancaran distribusi kebutuhan pokok serta transportasi masyarakat antardesa, kabupaten, dan provinsi.

Banjir telah banyak memorak-porandakan berbagai sendi kehidupan di daerah yang kaya sumber daya alam ini. Akan tetapi bencana tersebut juga banyak memberikan pelajaran berharga, bukan hanya tentang pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga membangkitkan semangat persatuan dan kebersamaan, senasib sepenanggungan dalam kesedihan.

Lebih penting dari itu semua, banjir juga menjadi pembuktian bahwa kemanusiaan dan empati terhadap sesama masih terpelihara dengan baik, dan mampu menggerakkan berbagai pihak untuk bersama-sama bangkit, membangun kembali masa depan.

Pewarta: Ulul Maskuriah/M Taupik Rakhman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021