Kalangan legislatif menilai penundaan sistem belajar dengan tatap muka di kelas, menjadi solusi terbaik dalam menekan bertambahnya kasus positif COVID-19 di Kotabaru, khususnya dari lingkungan keluarga dan sekolahan.

Penegasan ini disampaikan Anggota Komisi III DPRD Kotabaru Denny Hendro Kurnianto menyusul adanya kebijakan pemerintah pusat hingga kabupaten yang kembali melanjutkan metode daring tau online terhadap pembelajaran bagi pelajar.

"Melanjutkan kebijakan sebelumnya dengan melakukan pembelajaran secara online pada saat ini, merupakan langkah tepat, sampai ada perkembangan berkurangnya kasus COVID-19 di Kotabaru yang kini dalam status zona merah," kata Denny, Kamis.

Pasalnya lanjut dia, Kotabaru dalam perkembangannya kasus positif COVID-19 terus mengalami trend   meningkat, dan bahkan terkini terpantau sebanyak 1.063 kasus, 851 sembuh, 176 dalam perawatan dan 36 kasus meninggal akibat terpapar virus corona.

Tidak dipungkiri, peningkatan kasus positif COVID-19 didominasi dari klaster karyawan baik perkebunan dan pertambangan.

Politisi PPP ini menduga tingginya kasus positif COVID-19 di Kotabaru dalam beberapa bulan terakhir ini disebabkan longgarnya penerapan protokol kesehatan (prokes) terlebih di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan seperti area perkebunan dan tambang.

"Pada awal-awal terjadinya pandemi diterapkan PSBB masyarakat begitu disiplin dalam prokes, tapi seiring dengan melandainya kasus membuat warga 'abai' dan yakin COVID-19 sudah berlalu," jelasnya.

Akibatnya, melonggarnya prokes yang seolah kehidupan normal seperti semula, bahkan hingga pelaksanaan pilkada, bahkan belakangan akan dilakukan proses belajar dengan tatap muka walau secara bertahap.

Namun selang beberapa waktu kemudian kasus positif COVID-19 terus meningkat bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. Status zona kuning yang sempat disandang Kotabaru, tak berlangsung lama karena secara drastis menjadi zona jingga dan kini zona merah.

Pewarta: M. Shohib

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021