Tim pakar dari berbagai bidang keilmuan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melakukan kajian terkait bencana banjir besar yang menerjang 11 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan (Kalsel) awal tahun ini.

"Persoalan banjir ini jangan sampai terulang di kemudian hari, maka kajian yang komprehensif perlu dilakukan," terang Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi di Banjarmasin, Selasa.

Dia berharap, hasil kajian menjadi bahan pertimbangan mengambil kebijakan oleh pihak terkait baik pemerintah di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.

Misalnya berkaitan regulasi bagaimana pemanfaatan lahan di Pegunungan Meratus dan sebagainya, Sutarto ingin setiap kebijakan harus berdasarkan kajian ilmiah pada aspek lingkungan.
Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi saat berada di Kecamatan Hantakan, Kabupaten HST yang rusak parah diterjang banjir bandang. (ANTARA/Firman)


Sutarto juga mencontohkan banjir di Kota Banjarmasin, ibukota Kalimantan Selatan, pihaknya telah memberikan masukan ke Walikota Banjarmasin Ibnu Sina untuk program normalisasi sungai.

"Ini momentum yang tepat bagaimana menyelamatkan sungai-sungai yang selama ini tertutup oleh bangunan. Sehingga ketika hujan dengan intensitas tinggi, maka banjir terjadi akibat aliran sungai terganggu," jelasnya.

Untuk itulah, setiap bangunan yang menghalangi aliran air atau sungai wajib dilakukan pembongkaran tanpa terkecuali.

"Perda harus ditegakkan. Apapun bangunannya harus dibongkar jika bertentangan dengan program normalisasi sungai," pungkas Sutarto.  

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021