Banjarmasin,  (AntaranewsKalsel) - Seorang aktivis perempuan di Kalimantan Selatan Hj Nurul Lathifah meminta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak harus bersikap atas peristiwa penganiayaan asisten rumah tangga.


"Mungkin kaum ibu dan perempuan lain sama dengan saya meminta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindugan Anak (P3A) bersikap atas berbagai peristiwa penganiyaan asisten rumah tangga (ART) yang terkuak belakangan ini," ujarnya, di Banjarmasin, Minggu.

Apalagi, lanjut mantan aktivis Korps Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Wati (Kohati) itu, ART yang mendapat penganiayaan dari sang majikan tersebut masih tergolong perempuan muda.

"Terlebih terhadap perdagangan manusia, khususnya bagi perempuan belia, seperti yang terjadi terhadap anak yatim piatu asal Aceh, maka Menteri P3A Yohana Yembise harus bersikap tegas. Jangan hanya sebagai `simbol` kesetaraan gender dalam Kabinet Kerja Jokowi -JK," katanya.

Menurut dia, Menteri P3A atau Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) harus terus mengikuti proses hukum, baik terhadap penganiayaan ART maupun perdagangan kaumnya untuk pemuas nafsu kaum pria hidung belang.

"Jangan sampai proses hukum terhenti di tengah jalan atau terkubur tanpa pusara. Apalagi sampai memenangkan orang berduit atau majikan yang mempunyai kekuatan segala-salanya," lanjut anggota pengurus Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Kalsel itu.

Karena itu, menurut dia, tema nasional, Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-86; "Kesataraan Perempuan dan Laki-Laki Dalam Wewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan Menuju Indonesia Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian` patut mendapat apresiasi.

"Tema PHI ke-86 sungguh bagus, merupakan sebuah harapan bagi kaum perempuan atau ibu yang lebih baik pada mada mendatang," lanjut alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin tersebut.

Namun harap mantan Ketua Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Kalimantan Tengah (Kalteng) itu, tema PHI ke-86 bukan hanya sekedar tema agar mentereng kelihatanya, tapi yang terpenting realisasinya.

"Sebab tanpa implementasi atau realisasi, tema yang bagus itu tak akan punya manka apa-apa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama bagi kaum perempuan yang mayoritas di negeri ini," lanjut nenek dari dua cucu, yang sudah berusia 61 tahun tersebut.

"Sebalinya, bila tema PHI ke-86, saya yakin dan insya Allah tak ada lagi atau setidaknya penganiyaan ART dapat kita minimalkan. Begitu pula penjualan perempuan bisa kita hindari atau kurangi," demikian Nurul Lathifah.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014