Produsen pupuk Wilmar Grup memberikan pendampingan agronomi atau lingkungan kepada petani kelapa sawit dan pekebun (planters) guna mengantisipasi fenomena alam La Nina yang diprediksi akan berlanjut pada tahun ini.

Head of Fertilizer Business Wilmar Group Hendrogiarto Tiwow mengatakan La Nina yang diprediksi masih akan berlanjut tahun ini perlu dicermati dengan baik untuk menekan dampaknya terhadap produksi kelapa sawit.

"Langkah (pendampingan) itu dilakukan demi mengawal target produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit tahun ini," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Selain itu pihaknya juga memberikan layanan analisa laboratorium tanah dan daun serta rekomendasi pemupukan secara gratis, terutama kepada perkebunan kelapa sawit rakyat.

Baca juga: Dirut Petrokimia pastikan ketersediaan pupuk bersubsidi

Dengan berbagai pendampingan ini, ujar Hendro, perusahaan berharap produktivitas kelapa sawit rakyat dapat mendekati, bahkan setara dengan skala besar.

Selain melakukan pendampingan, produsen Pupuk Mahkota itu juga menjamin ketersediaan pupuk sehingga petani tidak kesulitan untuk mendapatkannya saat diperlukan.

Head of Agronomy and Technical Support Department PT Wilmar Chemical Indonesia Syaiful Bahri Panjaitan menuturkan pendampingan secara virtual tersebut dilakukan sejak Maret 2020 saat pandemi merebak di Indonesia dan diteruskan pada tahun ini.

Sebenarnya La Nina, kata dia, telah terjadi sejak tahun lalu dan diprediksi berlanjut hingga 2021. Tingginya jumlah hari hujan dan curah hujan pada semester kedua 2020 diramalkan berlanjut hingga semester pertama tahun ini.

Hal itu, lanjutnya, akan mengurangi penyerbukan serbuk sari ke kepala putik akibat keterbatasan polen kering yang akan menyerbuki kepala putik yang siap dibuahi.

Baca juga: Yazid Fahmi : Laporkan apabila ada indikasi kecurangan distribusi pupuk

Jumlah rerata tandan yang terbentuk di pohon tahun ini, kata dia, tergolong cukup banyak tetapi kemungkinan rasio produksi brondolan terhadap tandan rendah pada semester satu sehingga produksi berpotensi turun.

"Penurunan produksi akan terjadi hampir merata dan diprediksi berlangsung hingga April 2021," ujar syaiful.

Meski demikian, menurut dia, produksi di beberapa lokasi mungkin berbeda tergantung dari kondisi agronomi di masing-masing daerah.

Bagi daerah tertentu yang curah hujan cukup tinggi tetapi jumlah hari hujannya masih ideal, justru kondisi La Nina berdampak positif terhadap peningkatan produksi TBS pada paruh pertama tahun ini.

Dampak positif lain La Nina yakni menjamin ketersediaan air tanah yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman secara umum.

La Nina juga bermanfaat bagi areal pertanian baru di daerah bergaram (saline), yang membantu menghilangkan residu garam sehingga tanah tersebut dapat diusahakan untuk pertanian.

Syaiful menambahkan selama pendampingan pihaknya telah memberikan sejumlah saran bagi petani kelapa sawit dalam menghadapi dampak La Nina, terutama mengantisipasi tingginya serangan hama penggerek tandan sawit (Tirathaba sp), serta penyakit busuk tandan (Marasmius Palmivorus).

"Hal yang paling penting dalam pendampingan ini adalah penggunaan pupuk sebaiknya dilakukan dengan konsep keseimbangan nutrisi di lapangan," kata dia.


 

Pewarta: Subagyo

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021