Riam Kiwa, salah satu daerah aliran sungai atau DAS yang melintasi wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) kini meluap dan dikhawatirkan merendam benih padi (lacak) yang siap mereka tanam.

Pewarta Antara Kalsel yang baru kembali dari daerah hulu sungai atau "Banua Anam" provinsi tersebut ke Banjarmasin, Senin melaporkan, luapan air Riam Kiwa sudah mendekati bibir sungai atau tebing.

Warga tani "Bumi Barakat" Banjar khawatir kalau hujan kembali turun dalam dua atau tiga hari belakangan, luapan air sungai melampaui tebing dengan ketinggian antara 30 - 50 Cm dan merendam lacak mereka sehingga rusak/mati.

"Lacak tersebut persiapan kami untuk turun ke sawah atau bercocok tanam bulan depan Jumadil Akhir 1442 Hijriah. Tapi kalau mati terendam air, terpaksa kami membuat lacak kembali," ujar beberapa warga tani di wilayah Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Di Kabupaten Banjar terdapat dua DAS besar yang mengaliri wilayah tersebut yaitu Riam Kanan dan Riam Kiwa, yang berhulu pada kawasan Pegunungan Meratus, bila keduanya banjir juga bisa merendam beberapa kawasan "Kota Seribu Sungai" Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel.

Kabupaten Banjar sendiri merupakan lumbung padi Kalsel dengan berbagai varietas, namun masih banyak menggunakan jenis lokal seperti di wilayah Kecamatan Gambut, Sungai Tabuk dan Kecamatan Kertak Hanyar.

Mereka yang mempertahankan menanam varietas lokal seperti jenis Karandukuh, Siam Unus, Mutiara dan Mayang karena rasanya yang sesuai selera urang Banjar Kalsel, juga harga bisa bertahan dan bahkan jauh lebih mahal dari beras varietas unggul.

Sebagai contoh kalau harga beras dari varietas unggul per liter cuma sekitar Rp8.000, sementara varietas lokal paling murah Rp10.000 atau bisa mencapai Rp12.000 lebih.

 

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020