Protokol kesehatan tetap diterapkan Fathoni, pengusaha kuliner di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dalam setiap proses produksi untuk menghindari penyebaran COVID-19..

Fathoni yang ditemui di Bajarmasin, Jumat mengatakan, penerapan protokol kesehatan dilakukan sejak proses memilih bahan baku, proses produksi atau pengolahan hingga ke tangan konsumen. Bahkan ia membuat video proses pengolahan makanan untuk meyakinkan pelanggannya bahwa makanan yang dipesan benar-benar bersih.

"Video itu saya kirim ke pelanggan untuk meyakinkan mereka. Dan ini adalah tantangan bagi pebisnis kuliner," ujarnya.

Sejak pandemi COVID-19, usaha kuliner yang sudah ia tekuni selama ini menjadi lesu, permintaan pelanggannya turun drastis, omsetnya turun hingga tersisa 20 persen dibandingkan kondisi normal bahkan sebagian mitra usahanya juga terpaksa tutup tidak beroperasi.

Mantan manajer di sebuah perusahaan media di Kalimantan Selatan itu tetap bersemangat dan terus mendorong mitra usahanya untuk tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang tengah terpuruk akibat diguncang COVID-19.

"Alhamdulillah, konsumen saya tidak ragu terhadap makanan yang dipesan, karena melihat proses pengolahannya dilakukan sesuai protokol kesehatan, dan ini ada dalam tuntutan Islam," tambah dia.

Selain memperhatikan proses produksi ia juga mewajibkan pengunjung memakai masker, menyiapkan tempat cuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Pemilik usaha juga harus memakai masker, memakai sarung tangan, dan membuat batas plastik pada meja kasir. Tujuannya, untuk menjaga konsumen dan kasir terhindar dari penularan COVID-19 melalui droplet.

Begitu juga dengan piring, gelas, sendok, garpu, atau bahan baku bila perlu dicuci dengan menggunakan air panas.

"Cara tersebut membuat konsumen yakin bahwa makanan yang dimakan benar-benar higienis terhindar dari virus dan bakteri," ujarnya.

Menghindari kekhawatiran pelanggan yang memesan lewat online, sebagai produsen Fathoni meminta pekerja atau mitra yang mengolah makanan untuk selalu memakai sarung tangan dan masker saat memasak hingga mengemas.

Sebab kalau ternyata produsen ini terpapar covid dan masuk sebagai kategori orang tanpa gejala, maka sangat mungkin droplet akan jatuh dalam makanan yang dikemas dan dikonsumsi pelanggan.

"Itu berbahaya bagi konsumen. Kita harus yakinkan pelanggan bahwa kita juga telah melakukan protokol kesehatan, sehingga mereka tetap tenang dan percaya sama kita," katanya.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020