Kotabaru,  (Antaranews Kalsel) - Kabupaten Kotabaru, sekitar 350 kilometer sebelah tenggara Banjarmasin Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, memerlukan modifikasi hujan buatan untuk mengantisipasi kelangkaan air bersih.

"Beberapa hari ini sisa debit air di waduk tinggal kisaran 15-30 centimeter, sehingga perlu hujan buatan agar waduk bisa terisi air kembali," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Kotabaru, Tri Basuki Rahmat, Jumat.

Apabila terjadi hujan buatan di Pulaulaut, Waduk Gunung Ulin dan bendungan air yang dikelola masyarakat secara swadaya akan terisi air kembali.

Hal itu dapat mengantisipasi kekurangan air bersih di wilayah perkotaan yang semakin parah.

Selain untuk ketersediaan air bersih, hujan buata juga diharapkan mampu mengurangi jumlah titik api yang tersebar di wilayah Kabupaten Kotabaru.

"Informasi yang kami terima, titik api di Kotabaru periode Juni-Okteber kisaran 205 titik," jelasnya.

Titik api tersebut tersebar di Pulaulaut, perbatasan Kotabaru, Kalsel dengan Kabupaten Paser, Kaltim, Hampang, Snakein dan beberapa daerah lainnya.

Tri mengaku, sudah mengusulkan modifikasi hujan buata tersebut kepada Pemprov Kalimantan Selatan.

Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, pertengahan Oktober mengungkapkan Kalsel belum memungkinkan untuk dilakukan modifikasi cuaca sehingga permintaan pemerintah provinsi untuk melakukan hujan buatan belum bisa dipenuhi.

"Bahasa mudahnya, saat ini awan di Kalsel belum cukup untuk membuat hujan buatan, sehingga keinginan tersebut belum bisa dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB)," kata Gubernur di Banjarmasin, Selasa, usai melaksanakan salat Istisqo`.

Menurut Gubernur, pemerintah tidak bisa dengan serta merta memanfaatkan dana untuk melakukan hujan buatan, bila teknologi untuk mendukung berhasilnya modifikasi cuaca tersebut belum memungkinkan.

Berdasarkan informasi, kata dia, ada beberapa syarat dan ketentuan terkait keberhasilan modifikasi cuaca, termasuk kecukupan awan atau air untuk proses terjadinya hujan, tanpa dukungan tersebut, teknologi yang canggih dan biaya besar akan menjadi sia-sia.

"Walaupun kita memiliki dana dan pesawat, tidak bisa dengan seenaknya kita menaburkan garam di awan, tanpa melihat faktor pendukung lainnya, makanya hingga kini kita belum bisa melakukan hujan buatan,

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014