Pengamat ekonomi dari Universitas Nasional I Made Adnyana menilai masa pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung membuka peluang pelaku industri di dalam negeri untuk meningkatkan daya saing dan juga masuk ke pasar global.
"Sektor industri manufaktur domestik bisa menjadi bagian dalam rantai pasok industri global," ujar Adnyana dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Saat pandemi, beberapa sektor tumbuh positif seperti industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, serta industri logam dasar.
Lektor Kepala Universitas Nasional itu pun mengingatkan pentingnya peningkatan kerja berbagai sektor, terutama manufaktur, yang akan menjadi sinyal pemulihan ekonomi.
Di masa pagebluk COVID-19 ini, lanjutnya, juga memunculkan peluang bagi Indonesia menjadi penyedia bahan baku atau barang setengah jadi untuk mengurangi ketergantungan produksi pada China.
Oleh karena itu, ia pun meminta pemerintah agar terus mendorong pemulihan ekonomi, dengan tetap memastikan terjaganya protokol kesehatan, serta penguatan berbagai dukungan kebijakan.
Realisasi Program Ekonomi Nasional (PEN) sendiri hingga Agustus 2020 baru mencapai 25 persen dari total Rp692 triliun.
Menurut Adnyana, sebagian besar badan usaha saat ini fokus dalam upaya stabilisasi dengan menerapkan langkah-langkah taktis untuk mempertahankan nilai bisnis, termasuk analisis likuiditas, perencanaan skenario operasional, dan penilaian berbagai program stimulus pemerintah.
Ia pun mengingatkan kepada pelaku industri untuk selalu memiliki perencanaan untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa depan serta lebih memanfaatkan teknologi digital di masa pandemi.
"Optimalkanlah segala sumber daya yang ada termasuk lebih memaksimalkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pada bisnis anda," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
"Sektor industri manufaktur domestik bisa menjadi bagian dalam rantai pasok industri global," ujar Adnyana dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Saat pandemi, beberapa sektor tumbuh positif seperti industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, serta industri logam dasar.
Lektor Kepala Universitas Nasional itu pun mengingatkan pentingnya peningkatan kerja berbagai sektor, terutama manufaktur, yang akan menjadi sinyal pemulihan ekonomi.
Di masa pagebluk COVID-19 ini, lanjutnya, juga memunculkan peluang bagi Indonesia menjadi penyedia bahan baku atau barang setengah jadi untuk mengurangi ketergantungan produksi pada China.
Oleh karena itu, ia pun meminta pemerintah agar terus mendorong pemulihan ekonomi, dengan tetap memastikan terjaganya protokol kesehatan, serta penguatan berbagai dukungan kebijakan.
Realisasi Program Ekonomi Nasional (PEN) sendiri hingga Agustus 2020 baru mencapai 25 persen dari total Rp692 triliun.
Menurut Adnyana, sebagian besar badan usaha saat ini fokus dalam upaya stabilisasi dengan menerapkan langkah-langkah taktis untuk mempertahankan nilai bisnis, termasuk analisis likuiditas, perencanaan skenario operasional, dan penilaian berbagai program stimulus pemerintah.
Ia pun mengingatkan kepada pelaku industri untuk selalu memiliki perencanaan untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa depan serta lebih memanfaatkan teknologi digital di masa pandemi.
"Optimalkanlah segala sumber daya yang ada termasuk lebih memaksimalkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pada bisnis anda," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020