Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina menyatakan tertarik kedepannya membuat rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada tradisi membuat bubur Asyura yang biasa dilaksanakan pada 10 Muharram.

Menurut dia di Banjarmasin, Senin, tradisi membuat bubur Asyura sudah menjadi budaya di Banjarmasin dalam merayakan hari Asyura atau setiap tanggal 10 Muharram, termasuk pada tahun hijriah ini, yakni, 1442 Hijriah.

"Diadakan atau tidak diadakan event apapun, tradisi membuat bubur Asyura pada 10 Muharram dilaksanakan sebagian besar warga Banjarmasin di komplek atau kampung," ujarnya.

Tentunya, kata dia, tradisi ini bisa menjadi distilasi wisata jika dikemas dengan baik. Sehingga bisa menarik orang untuk datang menyaksikan budaya ini.

"Misalnya kita buat di satu tempat, membuat bubur Asyura sebanyak 100 kawah atau wajan besar, bisa lebih banyak lagi di sepanjang jalan Sudirman depan siring sungai Martapura itu, setiap warga komplek datang membuatnya," ujar Ibnu Sina.

Di mana, ucap Ibnu Sina, kegiatan bertema membuat bubur Asyura terbanyak di Indonesia, hingga bisa memecahkan rekor dunia atau MURI.

"Bisa kedepannya nanti kita buat event ini," tuturnya.

Terkait tradisi Asyura pada 10 Muharram ini, Ibnu Sina menjelaskan, bahwa ada tuntunan Nabi Muhammad SAW di mana ada keistimewaan bulan Muharram ini, pada 9 Muharram disebutnya Tasu'a dan 10 Muharram disebutnya Asyura, disunnahkan untuk berpuasa.

"Karena puasa Asyura itu bisa menghapus dosa setahun yang lalu," tuturnya.

Ada beberapa hadist yang bisa menjadi referensi keistimewaan bulan Muharram ini, meskipun memang diakuinya ada perdebatan dalam tradisi ini.

"Tetapi tuntunan alim ulama kita, kita ambil hikmahnya saja, seperti tradisi membuat bubur Asyura, di sana ada gotong royong, yang lagi berpuasa Asyura, bubur yang dibuat itu untuk berbuka puasa, moga berbagi keberkahan untuk semua," pungkasnya.


 

Pewarta: Sukarli

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020