Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) mendukung upaya pemerintah dalam optimalisasi dan perluasan lahan proyek lumbung pangan (food estate) di Provinsi Kalimantan Tengah, salah satunya melalui restorasi lahan.
Ketua Umum Peragi Andi Muhammad Syakir mengatakan restorasi lahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman pangan di lahan rawa yang memiliki tingkat kemasaman tinggi. Menurut dia, kajian ilmiah di perguruan tinggi dan lembaga penelitian telah banyak dilakukan untuk mengatasi tanah masam.
"Kuncinya adalah restorasi atau penyehatan tanah masam. Restorasi lahan juga terbukti efektif untuk meningkatkan produksi tanaman palawija, hortikultura, perkebunan dan kayu-kayuan," kata Syakir dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Syakir menjelaskan bahwa secara nasional, potensi lahan untuk intensifikasi dan ekstensifikasi seluas 119,6 juta hektare, terdiri dari lahan kering dan lahan rawa. Secara umum, 76,64 persen dari lahan tersebut berupa tanah masam yang memiliki pH rendah, sehingga tergolong lahan sub optimal (LSO).
Lahan masam itu berupa 107,3 juta ha lahan kering masam dan 33,4 juta ha berupa lahan rawa masam, sedangkan sisanya seluas 5,7 juta ha berupa lahan basah/sawah.
Baca juga: Rifqi : Kalsel gerbang ibukota, perlu disiapkan sebagai lumbung pangan nasional
Tingkat kemasaman yang tinggi ini menyebabkan produksi tanaman kurang optimal. Hal itu karena pertumbuhan tanaman terganggu akibat perakaran terhambat. Demikian pula unsur hara di tanah berada dalam bentuk tidak tersedia.
"Persoalannya, sebagian besar tanaman pertanian dan pangan yang bernilai ekonomis tinggi kurang toleran pada kondisi tanah masam," kata Syakir.
Melalui restorasi lahan, produktivitas tanaman padi dapat meningkat dari 1,8 ton menjadi 5 - 6 ton per hektare, sedangkan jagung dari 4 ton menjadi 12 ton per hektare.
Kegiatan restorasi yang dilakukan bertumpu pada manajemen air dan manajemen pH tanah. Pada lahan kering masam, manajemen air dilakukan dengan mengoptimalkan panen air hujan serta upaya meretensi air selama mungkin dengan penambahan bahan organik.
Sementara pada lahan basah masam atau sering disebut lahan sulfat masam, menajemen air dilakukan dengan mengoptimalkan pencucian kemasaman tanah melalui pengaturan irigasi dan drainase yang tepat.
Baca juga: Tanah Bumbu siap jadi lumbung pangan untuk ibu kota baru
Menurut Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Husnain, tingkat kemasaman tanah dapat dikurangi dengan pemberian dolomit 1-2 ton/ha serta rock fospat 1 ton/ha. Agar berhasil, pupuk anorganik dan organik juga perlu diberikan.
Pemberian dolomit-kapur sangat strategis untuk mencapai program intensifikasi dan ekstensifikasi dalam jangka pendek. Bahan tersebut secara nasional juga melimpah.
"Indonesia kaya gunung kapur yang hampir tersedia di setiap pulau," kata Husnain.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Ketua Umum Peragi Andi Muhammad Syakir mengatakan restorasi lahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman pangan di lahan rawa yang memiliki tingkat kemasaman tinggi. Menurut dia, kajian ilmiah di perguruan tinggi dan lembaga penelitian telah banyak dilakukan untuk mengatasi tanah masam.
"Kuncinya adalah restorasi atau penyehatan tanah masam. Restorasi lahan juga terbukti efektif untuk meningkatkan produksi tanaman palawija, hortikultura, perkebunan dan kayu-kayuan," kata Syakir dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Syakir menjelaskan bahwa secara nasional, potensi lahan untuk intensifikasi dan ekstensifikasi seluas 119,6 juta hektare, terdiri dari lahan kering dan lahan rawa. Secara umum, 76,64 persen dari lahan tersebut berupa tanah masam yang memiliki pH rendah, sehingga tergolong lahan sub optimal (LSO).
Lahan masam itu berupa 107,3 juta ha lahan kering masam dan 33,4 juta ha berupa lahan rawa masam, sedangkan sisanya seluas 5,7 juta ha berupa lahan basah/sawah.
Baca juga: Rifqi : Kalsel gerbang ibukota, perlu disiapkan sebagai lumbung pangan nasional
Tingkat kemasaman yang tinggi ini menyebabkan produksi tanaman kurang optimal. Hal itu karena pertumbuhan tanaman terganggu akibat perakaran terhambat. Demikian pula unsur hara di tanah berada dalam bentuk tidak tersedia.
"Persoalannya, sebagian besar tanaman pertanian dan pangan yang bernilai ekonomis tinggi kurang toleran pada kondisi tanah masam," kata Syakir.
Melalui restorasi lahan, produktivitas tanaman padi dapat meningkat dari 1,8 ton menjadi 5 - 6 ton per hektare, sedangkan jagung dari 4 ton menjadi 12 ton per hektare.
Kegiatan restorasi yang dilakukan bertumpu pada manajemen air dan manajemen pH tanah. Pada lahan kering masam, manajemen air dilakukan dengan mengoptimalkan panen air hujan serta upaya meretensi air selama mungkin dengan penambahan bahan organik.
Sementara pada lahan basah masam atau sering disebut lahan sulfat masam, menajemen air dilakukan dengan mengoptimalkan pencucian kemasaman tanah melalui pengaturan irigasi dan drainase yang tepat.
Baca juga: Tanah Bumbu siap jadi lumbung pangan untuk ibu kota baru
Menurut Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Husnain, tingkat kemasaman tanah dapat dikurangi dengan pemberian dolomit 1-2 ton/ha serta rock fospat 1 ton/ha. Agar berhasil, pupuk anorganik dan organik juga perlu diberikan.
Pemberian dolomit-kapur sangat strategis untuk mencapai program intensifikasi dan ekstensifikasi dalam jangka pendek. Bahan tersebut secara nasional juga melimpah.
"Indonesia kaya gunung kapur yang hampir tersedia di setiap pulau," kata Husnain.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020