Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota DPR-RI Habib Nabiel Almusawa menilai dengan defisitnya neraca perdagangan, menunjukkan kinerja pemerintahan Indonesia bidang perekonomian buruk.
"Pemerintah hendaknya merasa tercambuk, menyusul neraca perdagangan Juni 2014 yang diprediksi mengalami defisit 300 juta dolar AS," ujarnya dalam keterangan pers kepada wartawan di Banjarmasin, Kamis malam.
Legislator asal daerah Kalimantan Selatan itu berharap, agar pemerintah dan segenap aparaturnya bekerja lebih keras agar defisit tidak berlanjut pada bulan-bulan berikut.
"Neraca perdagangan adalah indikator sederhana kinerja Pemerintah secara umum. Defisit merupakan indikator buruknya kinerja," lanjut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
Menurut dia, semakin besar defisit maka semakin buruk kinerja. Sebaliknya apabila surplus, apalagi kalau semakin besar surplus maka semakin baik pula kinerja.
Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat mengemukakan pendapatanya itu menanggapi laporan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit.
Dalam laporan Gubernur BI Agus DW Martowardojo, ungkapnya, memprediksi neraca perdagangan Juni 2014 defisit 300 juta dolar AS. Defisit tersebut terutama dipicu tingginya impor bahan bakar minyak (BBM).
"Jika impor BBM masih tinggi, maka capaian kinerja ekspor non migas yang telah menunjukkan perbaikan akan sia-sia. Angka neraca perdagangan Juni lebih parah dibandingkan Mei yang masih mencatat surplus 70 juta dolar AS," lanjutnya mengutip pernyataan Gubernur BI.
"Sungguh menarik membandingkan neraca perdagangan bulan Mei dengan Juni. Sudah sejak lama kita impor BBM, termasuk di kedua bulan tersebut. Tetapi mengapa neraca perdagangan di Mei bisa surplus sementara Juni defisit?," katanya.
Secara sederhana, menurut dia, upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menekan impor BBM di bulan Mei lebih berhasil ketimbang pada Juni. "Kinerja Pemerintah di Bulan Mei jauh lebih baik dibandingkan di bulan Juni," ujarnya.
Wakil rakyat yang menyandang gelar magister bidang pertanian itu berharap, di akhir masa bakti harusnya Pemerintah lebih baik dalam bekerja melayani rakyat, jangan malah makin loyo.
"Lakukan evaluasi dan temukan kelemahan kinerja di bulan Juni, lalu perbaiki. Berikan contoh yang baik kepada Pemerintah yang akan datang tentang makna berjuang bagi bangsa dan negara." demikian Habib Nabiel./e
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014
"Pemerintah hendaknya merasa tercambuk, menyusul neraca perdagangan Juni 2014 yang diprediksi mengalami defisit 300 juta dolar AS," ujarnya dalam keterangan pers kepada wartawan di Banjarmasin, Kamis malam.
Legislator asal daerah Kalimantan Selatan itu berharap, agar pemerintah dan segenap aparaturnya bekerja lebih keras agar defisit tidak berlanjut pada bulan-bulan berikut.
"Neraca perdagangan adalah indikator sederhana kinerja Pemerintah secara umum. Defisit merupakan indikator buruknya kinerja," lanjut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
Menurut dia, semakin besar defisit maka semakin buruk kinerja. Sebaliknya apabila surplus, apalagi kalau semakin besar surplus maka semakin baik pula kinerja.
Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat mengemukakan pendapatanya itu menanggapi laporan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit.
Dalam laporan Gubernur BI Agus DW Martowardojo, ungkapnya, memprediksi neraca perdagangan Juni 2014 defisit 300 juta dolar AS. Defisit tersebut terutama dipicu tingginya impor bahan bakar minyak (BBM).
"Jika impor BBM masih tinggi, maka capaian kinerja ekspor non migas yang telah menunjukkan perbaikan akan sia-sia. Angka neraca perdagangan Juni lebih parah dibandingkan Mei yang masih mencatat surplus 70 juta dolar AS," lanjutnya mengutip pernyataan Gubernur BI.
"Sungguh menarik membandingkan neraca perdagangan bulan Mei dengan Juni. Sudah sejak lama kita impor BBM, termasuk di kedua bulan tersebut. Tetapi mengapa neraca perdagangan di Mei bisa surplus sementara Juni defisit?," katanya.
Secara sederhana, menurut dia, upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menekan impor BBM di bulan Mei lebih berhasil ketimbang pada Juni. "Kinerja Pemerintah di Bulan Mei jauh lebih baik dibandingkan di bulan Juni," ujarnya.
Wakil rakyat yang menyandang gelar magister bidang pertanian itu berharap, di akhir masa bakti harusnya Pemerintah lebih baik dalam bekerja melayani rakyat, jangan malah makin loyo.
"Lakukan evaluasi dan temukan kelemahan kinerja di bulan Juni, lalu perbaiki. Berikan contoh yang baik kepada Pemerintah yang akan datang tentang makna berjuang bagi bangsa dan negara." demikian Habib Nabiel./e
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014