Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Produksi budidaya ikan patin di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan hingga 2014 mencapai 70.000 ton dengan asumsi harga dipasaran rata-rata Rp18.000 per kilogram berarti kontribusi pemasaran ikan ini mencapai sekitar Rp200 miliar.


Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Hulu Sungai Utara HM Suriani di Amuntai, Selasa mengatakan, melihat potensi ini Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menggelontorkan berbagai program bantuan untuk wilayah minapolitan mencapai Rp3,3 miliar.

Menurut Suriani, wajar jika miliaran rupiah digelontorkan pemerintah pusat untuk mengembangkan budidaya ikan patin ini karena kontribusi pendapatan yang sangat besar.

"Wajar jika pemerintah menggelontorkan senilai Rp3,37 miliar karena dari budidaya Patin ini memberikan kontribusi mencapai Rp200 miliar," katanya.

Dana bantuan pusat itu, terang Suriani telah dipergunakan untuk pembuatan floating keramba, keramba ikan, jala ikan (net), kolam rawa mesin penyedot lumpur, mesin pengolah pakan ikan dan benih ikan.

Selain itu, lanjut dia juga digunakan bagi, pembuatan keramba jaring apung percontohan, bantuan bibit dan pakan ikan, biaya pertemuan kelompok dan pembuatan RPJM.

Selain bantuan pusat, kata dia, petani pembudidaya ikan patin di kawasan Minapolitan seperti Kecamatan Haur Gading dan kawasan penopang (hinterland) di dua kecamatan, yakni Kecamatan Amuntai Tengah dan Banjang juga mendapat pinjamaan Kredit dari Bank Rakyat Indonesia yang nilainya sudah mencapai Rp7,8 miliar.

Kini lahan yang digunakan untuk budidaya ikan di kolam rawa Kecamatan Haur Gading tersebut, sudah mencapai 143 hektare dengan jumlah kelompok tani sebanyak 29 kelompok.

"Kawasan minapolitan ini diharapkan bisa menjadi percontohan bagi petani di kecamatan lainnya yang juga ingin mengembangkan budidaya patin, nila dan ikan mas di kolam rawa," terang Suriani.

Melihat prospek dan perkembangan budidaya ikan di kolam rawa ini Diskannak HSU berani menargetkan jumlah produksi Patin pada 2015 nanti bisa mencapai sekitar 21.000 ton.

Berkembangnya perikanan budidaya di HSU ini, khususnya ikan Patin, kata Suriani selain meningkatkan taraf hidup para petani nelayan di daerahnya, juga menyediakan pangan hewani yang murah namun memiliki protein dan nilai gizi yang tinggi.

"Bayangkan harga daging sapi saja sudah sekitar 100 ribu per kilogram, sedangkan ikan patin hanya sekitar Rp13 ribu hingga Rp18 ribu saja, sehingga sangat membantu masyarakat mendapatkan pangan yang murah," tuturnya.

Bahkan ikan patin ini, paparnya sudah diolah sebagian masyarakat HSU untuk dijadikan makanan olahan seperti pentol bakso, kerupuk, amplang dan lainnya sebagai usaha rumahan dan industri kecil.

Suriani berharap para petani pembudidaya Ikan Patin ini bisa menjadikan usaha mereka tersebut sebagai usaha pokok dan bukan usaha sampingan sehingga mampu meningkatkan produksinya.

Ia juga berharap dukungan masyarakat, khususnya petani ikan lainnya untuk tidak menggunakan bahan kimia berbahaya untuk menangkap ikan karena berdampak terhadap budidaya keramba di aliran sungai.

"Pernah terjadi ikan dikeramba mati terkena aliran sungai yang mengandung racun potas," ungkapnya.

Bagi Suriani keberhasilan budidaya yang sudah dicapai berkat kerja keras bersama yang harus dipertahankanagar pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan kembali menggelontorkan program bantuan./e

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014