Sulastri Miati, warga kelurahan Jangkung, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, merupakan salah satu dari sekian banyak warga Jangkung yang memiliki perhatian khusus terhadap lingkungan.
Saat ditemui di gudang bank sampah wanita paruh baya menceritakan pengalamannya dalam mengajak masyarakat sekitar untuk peduli lingkungan.
Ia aktif menyuarakan pengelolaan sampah sebagai salah satu cara menjaga lingkungan sejak 2017, tepatnya saat ia bergabung menjadi Kader Desa Genta Si Hijau (Gerakan Tabalong Bersih & Hijau) yang merupakan program Yayasan Adaro Bangun Negeri yang sinergi dengan program Pemerintah Kabupaten Tabalong.
Meskipun perilaku ramah lingkungan, buang sampah tidak sembarangan sudah diajarkan sejak dibangku sekolah dan juga sering disosialisasi dari berbagai pihak.
Bagi Sulastri, ketika menjadi Kader Desa Genta Si Hijau membuatnya merasa lebih bertanggung jawab. Tanggung jawab itu pula lah yang membentuk perilakunya untuk secara konsisten menjadi pegiat lingkungan.
Saat ini ia fokus melakukan pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan tempat tingggalnya.
Sulastri menceritakan, jatuh bangunnya ia membangun bank sampah guna menampung sampah rumah tangga yang masih dapat dikelola dan bernilai.
“Berbekal ilmu serta pendampingan dari YABN dan instansi terkait, saya beserta beberapa teman pada 2017 membulatkan tekad membentuk bank sampah Jangkung Hijau," ungkap Sulastri.
Perjalanan dari 2017 hingga saat ini tentunya banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi, diantaranya tempat penampungan sampah sementara sebelum dijual. Hal tersebut sempat membuat bank sampah mati suri karena biaya operasional yang lebih besar dari pada jumlah sampah yang terkumpul.
“Membentuk bank sampah itu mudah, tetapi yang sulit adalah menjaga bank sampah selalu aktif dan dapat tumbuh," tambah Sulastri di sela - sela aktivitasnya memilah sampah.
Meskipun belum ada bangunan bank sampah, ia tetap optimis dan semangat untuk menghidupkan kembali bank sampahnya. Dengan dukungan penuh dari suami,
Ia selalu ikut terlibat aktif mengikuti kegiatan pembinaan bank sampah yang dilakukan oleh YABN. Selain itu juga aktif pada kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan juga aktif dalam keanggotaan ABSTA (Asosiasi Bank Sampah Tabalong).
Semangat itu ia tularkan kepada anggota pengurus bank sampahnya. Berbekal ilmu yang didapatkan dari pendampingan YABN dan pengalaman yang diserap selama mengikuti kegiatan ABSTA,
Sulastri bersama beberapa anggota pengurus Bank Sampah Jangkung Hijau terus aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Di sela aktivitas mereka bercengkrama di masyarakat, seperti ngerumpi di warung, acara yasinan dan arisan warga mereka manfaatkan untuk melakukan sosialisasi.
Menjawab permasalahan yang dihadapi serta sebagai bentuk apreasiasi atas komitmen dan semangat yang ditunjukkan oleh Sulastri, maka pada 2019, YABN memberikan bantuan berupa pembangunan gudang bank sampah.
Di lahan milik Pemerintah Kelurahan Jangkung, gudang Bank Sampah Jangkung Hijau dibangun dengan luas 30 meter persegi berupa bangunan semi permanen.
Berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota Tanjung dan di depan Pasar Jangkung Jalan Jenderal Ahmad Yani RT 5 Kelurahan Jangkung.
Pemilihan lokasi Bank Sampah juga menjadi perhatian serius bagi Sulastri, karena lokasi strategis akan berdampak pada penambahan nasabah.
“Letak yang strategis dan mudah diketahui aktifitas mereka inilah yang membuat orang yang hilir mudik tersadarkan, yang tak jarang bertanya dan melihat daftar harga jual sampah yang bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Terbukti, keberadaan gudang dengan lokasi yang cukup stategis tersebut, memberikan dampak yang cukup signifikan pada penambahan nasabah.
Hingga pertengahan tahun ini jumlah nasabah sudah mencapai 41 orang yang awalnya hanya berjumlah 13 orang ketika awal beroperasi.
Selain itu juga berdampak pada peningkatan omset, berdasarkan laporan pengurus, capaian omset Bank Sampah Jangkung Hijau tercatat selalu mengalami peningkatan tiap bulannya hingga pertengahan 2020.
Dengan rata - rata omset 602 kilogram per bulan sampah dari jenis plastik, kertas, kardus, alumunium dan besi.
Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, bank sampah tetap aktif melakukan penimbangan dengan menjalankan protokol kesehatan COVID-19 yaitu para pengurus dan nasabah harus menggunakan masker, jaga jarak ketika mau melakukan penimbangan dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
“Semoga lebih banyak warga Kelurahan Jangkung untuk mengelola sampahnya dan bergabung menjadi nasabah," ungkap Sulastri.
Tidak hanya itu, ia juga berharap masyarakat yang berada di luar Kelurahan Jangkung bisa menjadi nasabah dan sampah yang dikelola dengan tepat akan menjadi berkah untuk semua.
Penulis : Venansius YP Mahrum & Aidah Fitriah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Saat ditemui di gudang bank sampah wanita paruh baya menceritakan pengalamannya dalam mengajak masyarakat sekitar untuk peduli lingkungan.
Ia aktif menyuarakan pengelolaan sampah sebagai salah satu cara menjaga lingkungan sejak 2017, tepatnya saat ia bergabung menjadi Kader Desa Genta Si Hijau (Gerakan Tabalong Bersih & Hijau) yang merupakan program Yayasan Adaro Bangun Negeri yang sinergi dengan program Pemerintah Kabupaten Tabalong.
Meskipun perilaku ramah lingkungan, buang sampah tidak sembarangan sudah diajarkan sejak dibangku sekolah dan juga sering disosialisasi dari berbagai pihak.
Bagi Sulastri, ketika menjadi Kader Desa Genta Si Hijau membuatnya merasa lebih bertanggung jawab. Tanggung jawab itu pula lah yang membentuk perilakunya untuk secara konsisten menjadi pegiat lingkungan.
Saat ini ia fokus melakukan pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan tempat tingggalnya.
Sulastri menceritakan, jatuh bangunnya ia membangun bank sampah guna menampung sampah rumah tangga yang masih dapat dikelola dan bernilai.
“Berbekal ilmu serta pendampingan dari YABN dan instansi terkait, saya beserta beberapa teman pada 2017 membulatkan tekad membentuk bank sampah Jangkung Hijau," ungkap Sulastri.
Perjalanan dari 2017 hingga saat ini tentunya banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi, diantaranya tempat penampungan sampah sementara sebelum dijual. Hal tersebut sempat membuat bank sampah mati suri karena biaya operasional yang lebih besar dari pada jumlah sampah yang terkumpul.
“Membentuk bank sampah itu mudah, tetapi yang sulit adalah menjaga bank sampah selalu aktif dan dapat tumbuh," tambah Sulastri di sela - sela aktivitasnya memilah sampah.
Meskipun belum ada bangunan bank sampah, ia tetap optimis dan semangat untuk menghidupkan kembali bank sampahnya. Dengan dukungan penuh dari suami,
Ia selalu ikut terlibat aktif mengikuti kegiatan pembinaan bank sampah yang dilakukan oleh YABN. Selain itu juga aktif pada kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan juga aktif dalam keanggotaan ABSTA (Asosiasi Bank Sampah Tabalong).
Semangat itu ia tularkan kepada anggota pengurus bank sampahnya. Berbekal ilmu yang didapatkan dari pendampingan YABN dan pengalaman yang diserap selama mengikuti kegiatan ABSTA,
Sulastri bersama beberapa anggota pengurus Bank Sampah Jangkung Hijau terus aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Di sela aktivitas mereka bercengkrama di masyarakat, seperti ngerumpi di warung, acara yasinan dan arisan warga mereka manfaatkan untuk melakukan sosialisasi.
Menjawab permasalahan yang dihadapi serta sebagai bentuk apreasiasi atas komitmen dan semangat yang ditunjukkan oleh Sulastri, maka pada 2019, YABN memberikan bantuan berupa pembangunan gudang bank sampah.
Di lahan milik Pemerintah Kelurahan Jangkung, gudang Bank Sampah Jangkung Hijau dibangun dengan luas 30 meter persegi berupa bangunan semi permanen.
Berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota Tanjung dan di depan Pasar Jangkung Jalan Jenderal Ahmad Yani RT 5 Kelurahan Jangkung.
Pemilihan lokasi Bank Sampah juga menjadi perhatian serius bagi Sulastri, karena lokasi strategis akan berdampak pada penambahan nasabah.
“Letak yang strategis dan mudah diketahui aktifitas mereka inilah yang membuat orang yang hilir mudik tersadarkan, yang tak jarang bertanya dan melihat daftar harga jual sampah yang bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Terbukti, keberadaan gudang dengan lokasi yang cukup stategis tersebut, memberikan dampak yang cukup signifikan pada penambahan nasabah.
Hingga pertengahan tahun ini jumlah nasabah sudah mencapai 41 orang yang awalnya hanya berjumlah 13 orang ketika awal beroperasi.
Selain itu juga berdampak pada peningkatan omset, berdasarkan laporan pengurus, capaian omset Bank Sampah Jangkung Hijau tercatat selalu mengalami peningkatan tiap bulannya hingga pertengahan 2020.
Dengan rata - rata omset 602 kilogram per bulan sampah dari jenis plastik, kertas, kardus, alumunium dan besi.
Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, bank sampah tetap aktif melakukan penimbangan dengan menjalankan protokol kesehatan COVID-19 yaitu para pengurus dan nasabah harus menggunakan masker, jaga jarak ketika mau melakukan penimbangan dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
“Semoga lebih banyak warga Kelurahan Jangkung untuk mengelola sampahnya dan bergabung menjadi nasabah," ungkap Sulastri.
Tidak hanya itu, ia juga berharap masyarakat yang berada di luar Kelurahan Jangkung bisa menjadi nasabah dan sampah yang dikelola dengan tepat akan menjadi berkah untuk semua.
Penulis : Venansius YP Mahrum & Aidah Fitriah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020