Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak berbagai pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan memperhatikan aspek pengemasan yang merupakan komponen penting dalam kesuksesan penjualan dan pemasaran produk perikanan.
"Keberhasilan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) produk perikanan salah satunya ditentukan dari kemasan sebagai identitas produk," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo, dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Nilanto mengungkapkan dalam sebuah kemasan, di dalamnya terdapat label yang menjadi kata kunci keberterimaan produk di pasar lokal maupun global.
Baca juga: KKP lepasliarkan 260 lobster hasil dari budidaya di NTB
Apalagi, ia mengingatkan bahwa faktor produk perikanan sebagai bahan pangan yang diyakini mampu meningkatkan imunitas tubuh, memberi angin segar bagi kinerja usaha perikanan di masa pandemi.
Dengan pengemasan yang berkualitas, lanjutnya, baik dari sisi desain maupun bahannya, produk UKM perikanan memungkinkan menembus jaringan pasar modern dan e-commerce.
Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Daya Saing dan Nilai Tambah, Rina Sa’adah menekankan strategi RINA agar produk perikanan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
RINA yang dia maksud ialah Repositioning, Innovation, New paradigm, Added value, dan dimulai dari menempatkan posisi citra merk terhadap produk perikanan tersebut, serta kemudian diperlukan inovasi sejak proses pengolahan hingga pemasaran.
Baca juga: Menelisik strategi KKP meningkatkan produktivitas udang
"Jangan lupa, New Paradigma salah satunya Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia menjadi paradigma baru untuk menciptakan mindset masyarakat agar cinta produk lokal yang berdaya saing," ujar Rina.
Terakhir, Added Value adalah menciptakan nilai tambah untuk meningkatkan nilai jual suatu produk itu sendiri.
Direktur Pengembangan Bisnis Indonesian Packaging Federation, Ariana Susanti mengemukakan, tren kemasan terkini yang harus memenuhi aspek fungsional, ekonomis, ekologis, serta desain dan teknologi.
"Dalam penerapannya, perlu mempertimbangkan kebutuhan konsumen, karakteristik produk, serta regulasi yang berlaku," urai Ariana.
Dijelaskannnya, kemasan berfungsi untuk menyimpan produk, melindungi produk (dari sisi kualitas, keamanan, kesegaran), memberikan informasi, serta memberikan kenyamanan hingga pengiriman ke konsumen.
Ariana mengingatkan, selain fungsi dari sisi teknis, kemasan bisa menjadi brand image untuk identitas produk yang dihasilkan ataupun citra perusahaannya. "Tentunya dengan branding produk tersebut, maka produk cepat dikenal orang," ucapnya.
Selain itu, Ariana menekankan pentingnya kemasan rapi dan menarik dengan desain kreatif dan inovatif sehingga produsen juga perlu mempertimbangkan standar kualitas sejak pemilihan bahan baku hingga menjadi produk.
Selain itu, masih menurut dia, juga perlu ditambahkan dengan aspek menetapkan harga jual yang bersaing, menciptakan promosi kreatif dan informatif serta bisa memanfaatkan e-commerce atau bentuk pemasaran digital.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
"Keberhasilan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) produk perikanan salah satunya ditentukan dari kemasan sebagai identitas produk," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo, dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Nilanto mengungkapkan dalam sebuah kemasan, di dalamnya terdapat label yang menjadi kata kunci keberterimaan produk di pasar lokal maupun global.
Baca juga: KKP lepasliarkan 260 lobster hasil dari budidaya di NTB
Apalagi, ia mengingatkan bahwa faktor produk perikanan sebagai bahan pangan yang diyakini mampu meningkatkan imunitas tubuh, memberi angin segar bagi kinerja usaha perikanan di masa pandemi.
Dengan pengemasan yang berkualitas, lanjutnya, baik dari sisi desain maupun bahannya, produk UKM perikanan memungkinkan menembus jaringan pasar modern dan e-commerce.
Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Daya Saing dan Nilai Tambah, Rina Sa’adah menekankan strategi RINA agar produk perikanan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
RINA yang dia maksud ialah Repositioning, Innovation, New paradigm, Added value, dan dimulai dari menempatkan posisi citra merk terhadap produk perikanan tersebut, serta kemudian diperlukan inovasi sejak proses pengolahan hingga pemasaran.
Baca juga: Menelisik strategi KKP meningkatkan produktivitas udang
"Jangan lupa, New Paradigma salah satunya Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia menjadi paradigma baru untuk menciptakan mindset masyarakat agar cinta produk lokal yang berdaya saing," ujar Rina.
Terakhir, Added Value adalah menciptakan nilai tambah untuk meningkatkan nilai jual suatu produk itu sendiri.
Direktur Pengembangan Bisnis Indonesian Packaging Federation, Ariana Susanti mengemukakan, tren kemasan terkini yang harus memenuhi aspek fungsional, ekonomis, ekologis, serta desain dan teknologi.
"Dalam penerapannya, perlu mempertimbangkan kebutuhan konsumen, karakteristik produk, serta regulasi yang berlaku," urai Ariana.
Dijelaskannnya, kemasan berfungsi untuk menyimpan produk, melindungi produk (dari sisi kualitas, keamanan, kesegaran), memberikan informasi, serta memberikan kenyamanan hingga pengiriman ke konsumen.
Ariana mengingatkan, selain fungsi dari sisi teknis, kemasan bisa menjadi brand image untuk identitas produk yang dihasilkan ataupun citra perusahaannya. "Tentunya dengan branding produk tersebut, maka produk cepat dikenal orang," ucapnya.
Selain itu, Ariana menekankan pentingnya kemasan rapi dan menarik dengan desain kreatif dan inovatif sehingga produsen juga perlu mempertimbangkan standar kualitas sejak pemilihan bahan baku hingga menjadi produk.
Selain itu, masih menurut dia, juga perlu ditambahkan dengan aspek menetapkan harga jual yang bersaing, menciptakan promosi kreatif dan informatif serta bisa memanfaatkan e-commerce atau bentuk pemasaran digital.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020