Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan rencana pelaksanaan 10 ribu tes swab massal di Kalimantan Selatan harus berdasarkan skala prioritas.

"Strategi pelaksanaan harus benar-benar matang agar justru tidak menimbulkan klaster baru dan juga supaya hasil yang diperoleh efektif untuk mencegah perluasan penyebaran COVID-19," terang dia di Banjarmasin, Sabtu.

Dijelaskan Syamsul, tes usap merupakan pemeriksaan laboratorium yang mahal, maka agar efektif perlu ditetapkan sasaran yang tepat.

Berdasarkan penelitian, kata dia, swab massal secara acak yang dilakukan hanya mampu menurunkan rata-rata 2 persen dari kasus terkonfirmasi sebelumnya.

Tetapi jika tes massal dilakukan pada sasaran kontak erat dilanjutkan isolasi, maka mampu menurunkan rata-rata 57 persen. Dan semakin efektif jika tes massal dapat dilakukan pada semua kontak diikuti isolasi yaitu 64 persen.

Syamsul menambahkan, sasaran tes massal harus berdasarkan skala prioritas, terutama juga untuk yang "suspect" dan "probable". Dengan kelompok ini yang diprioritaskan maka diharapkan tingkat kematian kasus menjadi minimal atau menurun sebab dapat dilakukan penanganan dengan segera.

"Penentuan jumlah tes massal adalah dengan memperhatikan bahwa 1 persen dari jumlah penduduk harus sudah terpenuhi test swab PCR, sehingga dapat dilakukan perhitungan kuota tiap kabupaten atau kota untuk mendekati standar tersebut," papar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.


                                                     Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd

Kemudian tindak lanjut setelah dilakukan tes massal seandainya terkonfirmasi positif, diingatkan Syamsul harus pula dipersiapkan, sebab secara nasional CPR (case positive rate) adalah sekitar 12,27 persen yaitu angka nasional pertanggal 23 Juli 2020.

"Oleh karena itu harus dilakukan persiapan tempat isolasi, apakah mandiri atau karantina pada tempat khusus. Di samping logistik dan manajemen terapi yang harus diperhatikan," timpalnya.

Sedangkan dalam pelaksanaan tes usap massal juga harus benar-benar mengikuti protokol kesehatan dan protap tes agar jangan sampai dari kegiatan tersebut memunculkan klaster baru yaitu klaster "test swab massal".

"Yang harus diperhatikan juga penolakan masyarakat karena tenaga kesehatan yang melakukan tes menggunakan hanya satu hand scoon yang terus menerus selama pemeriksaan," tandasnya.

Berdasarkan data Gugus Tugas Pencegahan, Pengendalian, dan Penanganan COVID-19 di Kalimantan Selatan, pertanggal 25 Juli 2020 kasus terkonfirmasi positif di provinsi itu berjumlah 5.540 orang, 2.514 masih dirawat, 2.760 sembuh dan 266 meninggal dunia.

Pewarta: Firman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020