Pengalaman gaya hidup (lifestyle experience) seperti pengalaman berbelanja merupakan salah satu kunci agar bisnis yang dijalankan secara daring (online) dapat terus berjalan dan bertahan di kala pandemi virus corona (COVID-19).
Menurut dosen Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Dr Zaroni melalui konferensi virtual, Selasa, saat ini konsumen tak hanya menilai barang yang ia beli dan dapatkan, namun juga menilai kepuasannya ketika berbelanja di sebuah toko daring.
"Saat ini, konsumen bukan hanya mendapatkan barangnya, tapi juga pengalaman berbelanja yang menyenangkan, mulai dari memesan, menerima, atau bahkan retur barang," kata Zaroni.
Baca juga: Tips merancang bisnis model canvas bagi wirausahawan
Tak hanya konsumen, hal ini juga berlaku bagi produsen dan distributor atau logistik. Menurut dia, produsen sebagai penyedia produk dan jasa pun memiliki pengalaman tersendiri ketika beralih secara digital.
Zaroni berpendapat, produsen dan penyedia jasa logistik harus dapat beradaptasi guna menyediakan produk dan layanan agar performanya dapat dialami dengan baik dan menyenangkan oleh para konsumen.
"Seller dan logistik juga mengalami ini. Ketika masyarakat beralih online, produsen juga memiliki (perubahan) pengalaman, mulai dari mengatur tampilan produk (di toko online), proses pemesanan, pembayaran, pengiriman, hingga retur," jelas dia.
Baca juga: Koperasi luncurkan Cyberjek ramaikan bisnis ojek online, ini kelebihannya
Lebih lanjut, meskipun secara keseluruhan daya beli secara makro cenderung menurun karena dipengaruhi adanya penurunan penghasilan dan PHK yang dialami calon pembeli, Zaroni menilai pergeseran tren untuk penjualan barang daring ini dapat mendongkrak kembali minat konsumsi masyarakat.
"Tiga bulan terakhir, daya beli lebih condong ke berpindah atau shifting dari offline ke online," kata dia.
"Pebisnis juga berpikir untuk memenuhi kebutuhan konsumen seiring dengan adanya pembatasan sosial, protokol kesehatan, dan lain-lain, agar lifestyle experience-nya (untuk konsumen) terbentuk," pungkas dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Menurut dosen Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Dr Zaroni melalui konferensi virtual, Selasa, saat ini konsumen tak hanya menilai barang yang ia beli dan dapatkan, namun juga menilai kepuasannya ketika berbelanja di sebuah toko daring.
"Saat ini, konsumen bukan hanya mendapatkan barangnya, tapi juga pengalaman berbelanja yang menyenangkan, mulai dari memesan, menerima, atau bahkan retur barang," kata Zaroni.
Baca juga: Tips merancang bisnis model canvas bagi wirausahawan
Tak hanya konsumen, hal ini juga berlaku bagi produsen dan distributor atau logistik. Menurut dia, produsen sebagai penyedia produk dan jasa pun memiliki pengalaman tersendiri ketika beralih secara digital.
Zaroni berpendapat, produsen dan penyedia jasa logistik harus dapat beradaptasi guna menyediakan produk dan layanan agar performanya dapat dialami dengan baik dan menyenangkan oleh para konsumen.
"Seller dan logistik juga mengalami ini. Ketika masyarakat beralih online, produsen juga memiliki (perubahan) pengalaman, mulai dari mengatur tampilan produk (di toko online), proses pemesanan, pembayaran, pengiriman, hingga retur," jelas dia.
Baca juga: Koperasi luncurkan Cyberjek ramaikan bisnis ojek online, ini kelebihannya
Lebih lanjut, meskipun secara keseluruhan daya beli secara makro cenderung menurun karena dipengaruhi adanya penurunan penghasilan dan PHK yang dialami calon pembeli, Zaroni menilai pergeseran tren untuk penjualan barang daring ini dapat mendongkrak kembali minat konsumsi masyarakat.
"Tiga bulan terakhir, daya beli lebih condong ke berpindah atau shifting dari offline ke online," kata dia.
"Pebisnis juga berpikir untuk memenuhi kebutuhan konsumen seiring dengan adanya pembatasan sosial, protokol kesehatan, dan lain-lain, agar lifestyle experience-nya (untuk konsumen) terbentuk," pungkas dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020