Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung langkah transformasi digital UMKM menjadi solusi yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha di tengah pandemi COVID-19 agar usaha mereka tetap berjalan dengan baik.
Teten Masduki dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, menyatakan, ada sejumlah UMKM yang bisa memanfaatkan peluang untuk bertahan dan tumbuh, yaitu yang sudah terhubung dengan marketplace online melalui sistem digital.
“Kami berupaya menerapkan kebijakan membuat masyarakat berbelanja secara online untuk mendorong UMKM bertransformasi ke digital,” katanya.
Namun demikian, menurut Teten, UMKM yang terhubung melalui sistem digital masih relatif kecil, yaitu hanya 13 persen atau sekitar 8 juta pelaku UMKM. Sementara 87 persen UMKM masih mengandalkan pasar offline.
Baca juga: Sumber daya manusia faktor penting membangun bisnis UMKM
“Data penjualan e-commerce di Bank Indonesia, bulan lalu meningkat 18 persen. Bahkan Katadata mencatat lebih besar lagi, hampir 2 kali lipatnya. Kenapa bisa meningkat, karena ada kebijakan ‘sosial distancing’, PSBB, WFH, orang akhirnya belanja lewat online,” katanya.
Untuk itu Kementerian Koperasi dan UKM mendorong percepatan transformasi digital bagi pelaku UMKM.
Teten menjelaskan, UMKM yang bertahan diharuskan melakukan adaptasi bisnis dan melakukan inovasi produk serta menyesuaikan dengan permintaan pasar.
“Banyak yang banting setir dengan kebutuhan makanan dan minuman, kebutuhan pokok, termasuk kebutuhan pribadi, minuman herbal, alat kesehatan termasuk keperluan di rumah. Ini yang bisa bertahan. Kami sejak awal membantu adaptasi bisnis,” katanya.
Ke depan, menurut Teten, perilaku konsumen akan mementingkan barang konsumsi, terutama makanan dan minuman yang bersih dari COVID-19 sehingga kemasan dan pengolahan higienis menjadi sangat penting.
Baca juga: LIPI menilai stimulus dorong permintaan UMKM lebih efektif
“Ke depan kita hadapi kebiasaan baru dari perilaku konsumen, yang lebih mementingkan barang konsumsi yang bersih dari COVID-19. Ini terkait kemasan, dan pengolahan secara higienis. Belanja online menjadi tren, standar meningkat,” ujarnya.
Ia menegaskan, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan market online melalui pelatihan-pelatihan, agar semakin banyak pelaku UMKM yang dapat memperluas akses market.
Menurut dia, digitalisasi akan mendorong bisnis menjadi lebih efisien serta akses pembiayaan akan menjadi lebih mudah. Teten juga berharap GoFood bisa membangun “rumah produksi“ agar UMKM bisa bersaing dengan pebisnis besar.
Ke depan, rekam digital juga akan menjadi pertimbangan untuk mengajukan pembiayaan.
Teten mencontohkan GoFood, yang bermitra dengan UMKM, dengan cash flow yang jelas. Data inilah yang akan memudahkan bank untuk mempertimbangkan dan memberikan pembiayaan.
“Kami sudah lama punya ide untuk mendirikan rumah produksi bersama. Kenapa hal ini penting, karena UMKM dalam negeri harus bisa bersaing dengan memanfaatkan e-commerce. GoFood bisa memulai dengan membangun dapur bersama, yang dapat membantu mitranya, yaitu pelaku UMKM, agar lebih meringankan biaya produksinya,” katanya.
Sementara itu Chief Food Officer Gojek Group, Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan skala bisnis para pelaku usaha UMKM kuliner.
Gojek Grup mengambil satu langkah khusus dengan menyediakan ekosistem terlengkap yang lebih dari sekadar teknologi.
Salah satunya, menambahkan keterampilan para pelaku UMKM kuliner lewat platform edukasi dan berjejaring sehingga mereka memperoleh pengetahuan lebih dalam tentang berbisnis, langsung dari sesama pelaku usaha.
“Dari awal berdiri, GoFood berkomitmen untuk meningkatkan skala bisnis para pelaku usaha UMKM kuliner. Kami juga terus menghimpun arus permintaan dengan ekspansi layanan dan kategori makanan yang disesuaikan dengan perilaku baru masyarakat saat ini,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Teten Masduki dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, menyatakan, ada sejumlah UMKM yang bisa memanfaatkan peluang untuk bertahan dan tumbuh, yaitu yang sudah terhubung dengan marketplace online melalui sistem digital.
“Kami berupaya menerapkan kebijakan membuat masyarakat berbelanja secara online untuk mendorong UMKM bertransformasi ke digital,” katanya.
Namun demikian, menurut Teten, UMKM yang terhubung melalui sistem digital masih relatif kecil, yaitu hanya 13 persen atau sekitar 8 juta pelaku UMKM. Sementara 87 persen UMKM masih mengandalkan pasar offline.
Baca juga: Sumber daya manusia faktor penting membangun bisnis UMKM
“Data penjualan e-commerce di Bank Indonesia, bulan lalu meningkat 18 persen. Bahkan Katadata mencatat lebih besar lagi, hampir 2 kali lipatnya. Kenapa bisa meningkat, karena ada kebijakan ‘sosial distancing’, PSBB, WFH, orang akhirnya belanja lewat online,” katanya.
Untuk itu Kementerian Koperasi dan UKM mendorong percepatan transformasi digital bagi pelaku UMKM.
Teten menjelaskan, UMKM yang bertahan diharuskan melakukan adaptasi bisnis dan melakukan inovasi produk serta menyesuaikan dengan permintaan pasar.
“Banyak yang banting setir dengan kebutuhan makanan dan minuman, kebutuhan pokok, termasuk kebutuhan pribadi, minuman herbal, alat kesehatan termasuk keperluan di rumah. Ini yang bisa bertahan. Kami sejak awal membantu adaptasi bisnis,” katanya.
Ke depan, menurut Teten, perilaku konsumen akan mementingkan barang konsumsi, terutama makanan dan minuman yang bersih dari COVID-19 sehingga kemasan dan pengolahan higienis menjadi sangat penting.
Baca juga: LIPI menilai stimulus dorong permintaan UMKM lebih efektif
“Ke depan kita hadapi kebiasaan baru dari perilaku konsumen, yang lebih mementingkan barang konsumsi yang bersih dari COVID-19. Ini terkait kemasan, dan pengolahan secara higienis. Belanja online menjadi tren, standar meningkat,” ujarnya.
Ia menegaskan, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan market online melalui pelatihan-pelatihan, agar semakin banyak pelaku UMKM yang dapat memperluas akses market.
Menurut dia, digitalisasi akan mendorong bisnis menjadi lebih efisien serta akses pembiayaan akan menjadi lebih mudah. Teten juga berharap GoFood bisa membangun “rumah produksi“ agar UMKM bisa bersaing dengan pebisnis besar.
Ke depan, rekam digital juga akan menjadi pertimbangan untuk mengajukan pembiayaan.
Teten mencontohkan GoFood, yang bermitra dengan UMKM, dengan cash flow yang jelas. Data inilah yang akan memudahkan bank untuk mempertimbangkan dan memberikan pembiayaan.
“Kami sudah lama punya ide untuk mendirikan rumah produksi bersama. Kenapa hal ini penting, karena UMKM dalam negeri harus bisa bersaing dengan memanfaatkan e-commerce. GoFood bisa memulai dengan membangun dapur bersama, yang dapat membantu mitranya, yaitu pelaku UMKM, agar lebih meringankan biaya produksinya,” katanya.
Sementara itu Chief Food Officer Gojek Group, Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan skala bisnis para pelaku usaha UMKM kuliner.
Gojek Grup mengambil satu langkah khusus dengan menyediakan ekosistem terlengkap yang lebih dari sekadar teknologi.
Salah satunya, menambahkan keterampilan para pelaku UMKM kuliner lewat platform edukasi dan berjejaring sehingga mereka memperoleh pengetahuan lebih dalam tentang berbisnis, langsung dari sesama pelaku usaha.
“Dari awal berdiri, GoFood berkomitmen untuk meningkatkan skala bisnis para pelaku usaha UMKM kuliner. Kami juga terus menghimpun arus permintaan dengan ekspansi layanan dan kategori makanan yang disesuaikan dengan perilaku baru masyarakat saat ini,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020