Pimpinan DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam hal ini Wakil Ketuanya Muhammad Syaripuddin SE mengharapkan, agar hasil pemeriksaan virus Corona atau COVID-19 dapat diketahui secepat mungkin.

"Pemeriksaan terhadap mereka yang terduga kena tularan COVID-19 perlu diketahui dengan cepat,  guna pengambilan langkah-langkah berikutnya sedini mungkin," ujar M Syaripuddin yang akrab dengan sapaan Bang Dhin itu di Banjarmasin, Sabtu.

Selain itu, hasil pemeriksaan juga harus  seakurat mungkin guna menunjang diagnosa serta penanganan yang lebih efektif, lanjut politikus muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu melalui WA Group Kabinet "Amnesia".

Mantan anggota DPRD Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel itu menerangkan,  beragam cara atau peralatan untuk pemeriksaan COVID-19 seperti melalui Rapit Diagnosis Test (RDT), serta Polymerase Chain Reaction (PCR) dan kini Tes Cepat Molekuler (TMC).

Metode pemeriksaan spesimen SWAB untuk mengonfirmasi paparan COVID-19, sebelumnya hanya menggunakan PCR dan RDT.

Uji spesimen SWAB metode PCR di Kalsel atau provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota bisa di Laboratorium Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan (BBTKLPP) Banjarbaru (35 kilometer utara Banjarmasin), sedangkan RDT dilakukan untuk identifikasi awal.

Pemeriksaan SWAB kini semakin beragam dan membuat hasil yang semakin cepat seperti RSUD Ulin Banjarmasin, sudah bisa melakukan uji spesimen sendiri melalui TCM.

"Sebagaimana penjelasan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel HM Muslim selaku Juru Bicara (Jubir) Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 provinsi setempat mengenai perbedaan tiga jenis tes tersebut," kutipnya.

Pemeriksaan melalui PCR menggunakan sampel usapan lendir dari hidung atau tenggorokan. Virus yang aktif memiliki material genetika yang bisa berupa DNA maupun RNA.

Pada virus corona, material genetiknya adalah RNA yang diamplifikasi dengan RT-PCR sehingga bisa dideteksi.

RDT berbeda dengan PCR, pemeriksaan rapid test ini menggunakan sampel darah. Seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di darah.

Kelemahan RDT bisa menghasilkan "false negative" yakni ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi jika rapid test dilakukan kurang dari tujuh hari setelah terinfeksi. 

Sementara TCM sebelumnya terkenal untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis (TB) berdasarkan pemeriksaan molekuler. Pemeriksaan pada TCM ini menggunakan dahak dengan amplifikasi asam nukleat berbasis cartridge. 

Tes tersebut akan mengidentifikasi RNA pada virus corona pada mesin yang menggunakan cartridge khusus yang bisa mendeteksi virus itu sendiri.

"Hasil tes TCM dapat diketahui dalam waktu kurang dari dua jam, untuk menentukan pasien positif maupun negatif," kutip wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel VI/Kabupaten Kotabaru dan Tanbu tersebut.

"RSUD Ulin Banjarmasin sudah mampu pemeriksaan konfirmasi sendiri menggunakan TCM," lanjutnya mengutip keterangan Jubir Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalsel.

Ia berharap, dengan TMC tersebut upaya mempercepat kasus yang ditangani di rumah sakit baik Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun positif semakin maksimal lagi.

"Kemudian daripada itu, kita berharap mewabahnya COVID-19 atau virus yang membuat kematian seseorang tersebut segera berlalu di negeri ini, termasuk Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota dan kini berpenduduk lebih empat juta jiwa," demikian Bang Dhin.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020