Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara masih mewaspadai penyebaran virus flu burung yang kemungkinan terjadi melalui aktivitas jual beli ternak itik oleh para pedagang ke luar daerah.


Menurut Kepala Diskannak Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Suriani di Amuntai, Selasa, penyebab kekhawatiran ini karena Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) belum sepenuhnya bebas dari penyebaran virus H5N1 yang menjadi penyebab matinya ribuan ternak itik di Kalsel dalam sebulan terakhir ini.

Informasi terakhir yang didapatkan, banyak ternak itik mati di Desa Sungai Buluh, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten HSU.

Dikhawatirkan ada hubungan antara penyebaran ternak itik di daerah perbatasan HST tersebut dan pedagang itik dari Kabupaten HSU.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) HSU Putu Susila mengakui sulit untuk mencegah semua pedagang itik menghentikan 100 persen kegiatan jual beli itik, khususnya kepada pedagang dari luar daerah sehingga kemungkinan penyebaran virus H5N1 masih memungkinkan terjadi.

"Akan tetapi kita selalu imbau para pedagang untuk menghentikan sementara penjualan ternak itik ke luar daerah," kata Putu.

Berdasarkan kunjungan ke sejumlah sentra peternakan itik, petugas Diskannak sudah tidak lagi menerima laporan ternak itik yang mati.

Bahkan, kata Putu, para pedagang mempertanyakan kapan mereka bisa kembali melakukan aktivitas penjualan atau pengiriman ternak itik ke luar daerah.

"Tidak ada lagi laporan ternak itik yang mati, bahkan banyak peternak yang menanyakan kapan mereka bisa mengirim ternak ke luar daerah," katanya.

Meski demikian, kata Putu Diskannak HSU belum bisa memberikan ijin peternak atau pedagang itik untuk mengirim ternaknya ke luar daerah karena kemungkinan penyebaran virus H2NI masih bisa terjadi.

"Boleh jadi sewaktu itik mau dijual kondisinya sehat-sehat saja, namun ketika dalam pengiriman ternak ini terinfeksi virus flu burung, akan dianggap penularannya berasal dari HSU," kata Putu lagi.

Padahal, lanjut dia, informasi kematian ternak itik di HSU sudah tidak ada lagi dari peternak karena mereka sudah secara intensif melakukan penyemprotan kandang dengan cairan disinfektan dan terus menjaga kebersihan kandang.

Selain mengakui kesulitan melarang peternak menjual ternak itik yang hidup ke luar daerah, Diskannak juga mengakui pedagang dan peternak itik, kerap kali masih menjual itik potong ke daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah yang selama ini memasok daging itik dari HSU.

Meski Kalsel belum sepenuhnya bebas dari penyebarab virus flu burung. Namun, permintaan daging itik masih datang dari luar daerah.

Namun Putu, menduga pedagang itik sudah paham tentang sifat virus flu burung yang tidak berbahaya apabila daging ternak yang tertular sudah dimasak dalam suhu panas sekitar 80 derajat Celsius.

"Saya rasa pedagang maupun masyarakat juga sudah mengetahui bahwa daging unggas yang direbus dengan benar, tidak akan membahayakan jika dikonsumsi manusia," terangnya.

Selain itu Dinas Peternakan Kalsel juga telah menginstruksikan kepada Dinas Peternakan kabupaten/ kota agar tidak lagi mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan kepada peternak terhitung sejak 12 Maret 2014 hingga satu bulan ke depan.

Hal itu, kata dia, untuk mencegah peternak menjual hasil ternak itik ke luar daerah yang dikhawatirkan kembali menyebarkan virus H5N1.

"Jika batas waktu sebulan sudah lewat bersama Balai Veteriner akan kami uji kembali sampel ternak itik di sejumlah peternakan untuk memastikan virus H5N1 di HSU sudah bersih," tandasnya.

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014