Amuntai,  (Antaranews Kalsel) - Akibat kasus kematian ribuan ternak itik di beberapa peternakan di Kalimantan Selatan, membuat harga bibit itik anjlok.
 
Ketua Kelompok Peternak pembibitan itik di Desa Mamar, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Sealtan, Fauziah di Amuntai, Selasa mengatakan, anak itik jantan usia satu hari (dod) yang biasanya dijual seharga Rp4 ribu per ekor turun menjadi Rp3 ribu per ekor.

Demikian pula anak itik betina usia 10 hari yang biasanya dihargai Rp9 ribu juga turun menjadi Rp8 ribu perekor.

Namun, Fauziah bersyukur anak itik yang usianya masih di bawah satu bulan ini, tidak mudah terjangkit virus sehingga tidak terjadi kematian ternak sebagaimana yang menimpa ternak dewasa.

Namun, peternak lainnya di Desa Mamar yang bukan pembibitan, juga mengalami kematian ternak sebagaimana di tempat lainnya.

Total produksi bibit itik di Desa Mamar bisa mencapai 100 ribu ekor, namun kini agak menurun ketika terjadi kasus kematian ternak itik seperti saat sekarang ini.

Sementara, kelompok pembibitan ternak Sehati yang dipimpinnya hanya memiliki tiga unit alat semprot kandang, itu pun satu alat sudah rusak, sehingga untuk mematikan berbagai virus di kandang, semprotan tersebut terpaksa dipakai bergantian oleh sebanyak 44 orang anggotanya.

Menurut dia, tidak hanya anggota kelompok yang memakai alat semprot bantuan Diskannak HSU, namun yang bukan kelompok juga dipinjamkan. Untuk Diskannak diharapkan menambah bantuan alat semprot, sehingga tidak terlalu antre untuk memakainya secara bergantian.

"Memang sebelum ada kasus kematian ternak ini, alat semprot tersebut sering tidak dipakai peternak, dan baru kini menjadi rebutan," ujarnya.

Selain itu, peternak juga membutuhkan obat-obatan disinfektan yang tidak dijual di pasaran dan hanya dibagikan oleh Diskannak.

Fauziah mengatakan, beberapa jenis obat-obatan tertentu ternyata sudah tidak manjur lagi membasmi virus itu, sehingga pihak petugas Diskannak HSU mengkombinasikannya dengan jenis obat-obatan yang dijual di pasaran.

Kepala Diskannak HSU Suriani melakukan bekerja sama dengan Dinas Peternakan Provinsi Kalsel, saat ini fokus mengamankan sentra pembibitan Itik Alabio di Desa Mamar.

"Apalagi berdasarkan keputusan Menteri Pertanian Kabupaten HSU khususnya Desa Mamar sudah ditetapkan sebagai sumber pembibitan ternak itik alabio di Indonesia sehingga pengamanan sentra pembibitan dari serangan virus sangat diprioritaskan," katanya.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Sabrie Madani sebelumnya mengatakan, pihaknya telah menetapkan kebijakan siaga flu burung menyusul kematian ribuan itik pada empat kabupaten di wilayah Kalsel.

"Status Kalsel siaga flu burung dan kematian ribuan itik pada tiga dari empat kabupaten sudah dinyatakan positif terserang flu burung," ujarnya.

Disebutkan, itik yang mati dan dinyatakan positif akibat terserang flu burung itu berada dalam satu lokasi peternakan di Desa Pulosari, Kabupaten Tanah Laut berjumlah 1.498 ekor.

Kemudian di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) pada 20 Februari 2014 ditemukan 1.970 itik mati tersebar di empat kecamatan yakni Kandangan, Sungai Raya, Angkinang dan Kelumpang.

Satu kabupaten lagi adalah Hulu Sungai Tengah itik yang ditemukan mati pada 20 Februari 2014 mencapai 16.200 ekor tersebar di tiga kecamatan yakni Labuan Amas Selatan, Pandawan dan Haruyan.

  "Kasus terakhir adalah kematian 1.290 ternak itik pada tiga kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara yakni Amuntai, Amuntai Tengah dan Babirik dan penyebabnya belum diketahui karena masih menunggu hasil uji lab," ucapnya.    

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014