Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kalimantan Selatan Zulkifli berupaya membantu memberdayakan kelompok perempuan dari keluarga tidak mampu dari hasil penjualan barang bekas sebagai modal usaha.
Menurut Zulkifli di Banjarbaru Selasa, pihaknya berupaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya perempuan dengan memberikan modal usaha.
Menariknya dana yang diperuntukkan membantu masyarakat miskin ini berasal dari penjualan barang-barang bekas pemberian masyarakat dan bisa berupa apa saja.
Pada 2019, Zulkifli menggagas gerakan pemberdayaan perempuan dari kelompok kurang mampu di Kalsel yang disebut Komunitas Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment Club).
Gerakan tersebut antara lain dengan membantu para perempuan untuk membuka usaha produktif, dengan modal dari penjualan barang bekas.
"Kita tahu kaum perempuan sangat rentan dengan kemiskinan. Banyak faktor yang menyebabkan perempuan perlu diberdayakan," kata Zulkifli ketika ditemui saat berjualan barang bekas di Sunday Market area car free day kawasan perkantoran Pemprov Kalsel di Banjarbaru.
Meski secara keseluruhan tingkat kemiskinan di Kalsel rendah, tambah Zulkifli, namun masih banyak kelompok perempuan yang perlu dibantu.
Menurut Zulkifli, hingga kini ketidakadilan terhadap kaum perempuan masih terjadi, banyak kaum perempuan menjadi tertinggal dan terbelakang.
Di sisi lain SDM kaum perempuan juga rendah dan menghadapi keterbatasan akses permodalan.
Zulkifli, menjelaskan awalnya gerakan filantropi ini peruntukan bagi pegawai di lingkungan Dinas PMD Kalsel untuk menumbuhkan kepedulian antarsesama.
Lambat laun gerakan ini mendapat respon positif dari masyarakat dan sekarang jumlah donatur barang bekas sangat banyak.
Hingga kini sudah belasan orang yang mendapatkan bantuan permodalan usaha mikro dari komunitas ini dengan rata-rata besaran dana bantuan diberikan Rp1,5 juta tergantung jenis usaha.
Tidak sekadar bantuan permodalan komunitas ini juga ikut membantu promosi dan pemasaran.
"Memang belum banyak yang bisa kita berikan bantuan, kami berharap gerakan ini terus meluas sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus membantu upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan," katanya.
Salah seorang penerima bantuan, Riani, 45 warga Loktabat, Banjarbaru mengatakan, mendapatkan bantuan dari komunitas tersebut, untuk berjualan bakso.
Menurut dia, sejak suaminya meninggal dunia, dia menjadi penopang ekonomi keluarga.
"Saya mendapat bantuan untuk usaha berjualan bakso dan angkringan dan hasilnya lumayan cukup buat memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anak saya," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Menurut Zulkifli di Banjarbaru Selasa, pihaknya berupaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya perempuan dengan memberikan modal usaha.
Menariknya dana yang diperuntukkan membantu masyarakat miskin ini berasal dari penjualan barang-barang bekas pemberian masyarakat dan bisa berupa apa saja.
Pada 2019, Zulkifli menggagas gerakan pemberdayaan perempuan dari kelompok kurang mampu di Kalsel yang disebut Komunitas Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment Club).
Gerakan tersebut antara lain dengan membantu para perempuan untuk membuka usaha produktif, dengan modal dari penjualan barang bekas.
"Kita tahu kaum perempuan sangat rentan dengan kemiskinan. Banyak faktor yang menyebabkan perempuan perlu diberdayakan," kata Zulkifli ketika ditemui saat berjualan barang bekas di Sunday Market area car free day kawasan perkantoran Pemprov Kalsel di Banjarbaru.
Meski secara keseluruhan tingkat kemiskinan di Kalsel rendah, tambah Zulkifli, namun masih banyak kelompok perempuan yang perlu dibantu.
Menurut Zulkifli, hingga kini ketidakadilan terhadap kaum perempuan masih terjadi, banyak kaum perempuan menjadi tertinggal dan terbelakang.
Di sisi lain SDM kaum perempuan juga rendah dan menghadapi keterbatasan akses permodalan.
Zulkifli, menjelaskan awalnya gerakan filantropi ini peruntukan bagi pegawai di lingkungan Dinas PMD Kalsel untuk menumbuhkan kepedulian antarsesama.
Lambat laun gerakan ini mendapat respon positif dari masyarakat dan sekarang jumlah donatur barang bekas sangat banyak.
Hingga kini sudah belasan orang yang mendapatkan bantuan permodalan usaha mikro dari komunitas ini dengan rata-rata besaran dana bantuan diberikan Rp1,5 juta tergantung jenis usaha.
Tidak sekadar bantuan permodalan komunitas ini juga ikut membantu promosi dan pemasaran.
"Memang belum banyak yang bisa kita berikan bantuan, kami berharap gerakan ini terus meluas sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus membantu upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan," katanya.
Salah seorang penerima bantuan, Riani, 45 warga Loktabat, Banjarbaru mengatakan, mendapatkan bantuan dari komunitas tersebut, untuk berjualan bakso.
Menurut dia, sejak suaminya meninggal dunia, dia menjadi penopang ekonomi keluarga.
"Saya mendapat bantuan untuk usaha berjualan bakso dan angkringan dan hasilnya lumayan cukup buat memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anak saya," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020