Oleh Syamsuddin Hasan



Banjarmasin,  (Antaranews Kalsel) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan mengungkapkan, Kota Banjarmasin pada Oktober lalu kembali deflasi sebagaimana September 2013.

"Deflasi yang terjadi di Banjarmasin pada Oktober 2013 sebesar 0,22 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel Dian Pramono Effendy, Jumat.

Sedangkan deflasi selama September 2013 di ibu kota Provinsi Kalsel tersebut sebesar 0,60 persen, yang berarti pada Oktober lalu mengalami penurunan 0,38 persen.

Ia menerangkan, terjadinya deflasi di kota seribu sungai pada Oktober lalu itu, karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan 0,86 persen dan kelompok sandang sebesar 1,13 persen.

Sementara itu, yang mengalami kenaikan pada periode Oktober 2013, yaitu kelompok makanan jadi sebesar 0,15 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar naik 0,16 persen.

Kemudian kelompok kesehatan naik sebesar 0,34 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga naik 0,27 persen, serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,12 persen.

Sepuluh komoditas utama yang mendorong terjadinya deflasi pada Okotber 2013 di Banjarmasin, dengan andil terbesar daging ayam ras -0,1246, emas perhiasan -0,0839 dan ikan layang -0,0552.

Kemudian bawang merah, telur ayam ras, telur itik, ikan tongkol, ikan asin telang, ikan kembung/gembung dan gula pasir, ungkapnya dalam jumpa pers di Kantpr BPS Kalsel, Jalan KS Tubun (Pekauman) Banjarmasin.

Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menahan terjadinya deflasi di Banjarmasin pada Oktober lalu, dengan andil terbesar ikan gabus (haruan) 0,1301, bawang putih 0,0607 dan udang basah 0,0312.

Selain itu, makanan ringan/snack, sewa rumah, mie kering instan, pisang, rokok kretek filter, angkutan udara, dan rekreasi tercatat andil paling kecil, yaitu sebesar 0,0106.

Menurut komponennya, barang-barang yang harganya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (administered goods inflation) secara umum pada Oktober 2013 mengalami inflasi sebesar 0,14 persen.

Kemudian harga yang bergejolak (volatile goods inflation) secara umum pada Oktober lalu mengalami deflasi 0,80 persen, dan komponen inti (core inflation) mengalami deflasi sebesar 0,04 persen.

Dari 66 kota di Indonesia, tercatat mengalami inflasi 39 kota dan deflasi 27 kota. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga, Sumatera Utara sebesar 1,25 persen dan terendah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur 0,04 persen.

Sementara itu, deflasi tertinggi di Kota Ambon, Provinsi Maluku sebesar 3,82 persen dan terendah di Kota Watampone, Sulawesi Selatan 0,02 persen, demikian Dian Pramono.

Pewarta:

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2013